29. Kekecewaan Bilqis

2.1K 237 40
                                    


Assalamualaikum.

Karena aku baik hati, jadi aku akan kabulin keinginan kalian buat double up. But, kalian juga harus jgn siders.

Oke, happy reading!

.
.
.

"Bi-lqis..."

Tubuh Alfi rasanya sangat sulit untuk ia gerakan ketika melihat istrinya berdiri dengan netra yang berkaca-kaca. Dirinya benar-benar tidak bisa melihat netra itu menatapnya dengan kecewa. Netra itu selalu menatapnya dengan lembut dan memuja, dan sekarang, netra itu tidak lagi menatapnya dengan demikian.

"Wah, si permaisuri akhirnya tau juga, gak sia-sia lo nguping." tidak ada yang menanggapi perkataan Gladis. Bilqis dan Alfi masih sibuk saling menatap, Bilqis dengan tatapan kekecewaannya dan Alfi dengan tatapan bersalahnya.

"Ka-mu selama ini cuman akting, ya?" tanya Bilqis seraya terkekeh hambar. Dirinya merasa kembali termakan tipu daya manusia.

Baru saja Rere yang mengkhianatinya, dan sekarang malah orang yang dianggapnya pelindungnya. Bagaimana bisa mereka sejahat itu?

Bilqis menatap Gladis yang sekarang memasang wajah angkuhnya. Bahkan gadis itu meyilangkan kedua tangannya di depan dada seraya tersenyum miring. Kaki Bilqis perlahan maju mendekati Gladis.

"Aku gak pernah tau bahwasanya kamu sampai melakukan hal sejauh ini. Kalau niat kalian hanya ingin mempermainkan perasaan ku, kenapa harus langsung masuk ke dalam ikatan sakral ini? Pernikahan bukan hal yang dapat dipermainkan. Pernikahan adalah salah satu sunnah yang di anjurkan. Tapi kenapa kalian malah mempermainkan hal sakral ini?"

"Cih, Lo pikir gue peduli? Gara-gara lo Rey jadi dingin sama gue, hubungan kami yang awalnya hangat tiba-tiba terasa hambar sejak kemunculan lo,"

"Apa yang kamu harapkan dari hubungan haram, Adis?"

"Jangan sebut gue Adis! Lo gak ada hak nyebut gue kaya gitu. Satu lagi, stop merecoki urusan gue dan jangan sok--"

"Lalu kenapa kamu malah merecoki kehidupan rumah tangga kami? Jika kamu saja tidak suka kehidupan kamu di recoki, apalagi orang lain. Apa kamu berpikir karena kamu adiknya jadi kamu berhak ikut campur? Nggak sama sekali Dis, harusnya kamu bisa mikirin perasaan Abang kamu kaya gimana, bukan cuman mikirin diri kamu sendiri, berhenti bersikap egois." 

Gladis menggeram kesal. Dirinya merasa kalah telak dengan wanita itu. Gadis itu langsung melangkah mendekati abangnya lalu memeluk lengan Alfi yang tidak terbalut perban.

"Abang liat kan? Dia emang kaya anak kecil. Kenapa dia malah nyalahin Adis, dia nuduh Adis gak mikirin perasaan Abang, padahal Adis nyuruh Abang ninggalin dia supaya Abang gak tersiksa lagi dengan kepura-puraan ini." Alfi tidak bereaksi. Pria itu bingung harus melakukan apa.

"Aku yakin selama ini kamu gak pura-pura, kamu selama ini tulus kan?" Bilqis berjalan mendekati Alfi. Menatap Alfi yang juga menatapnya.

"Abang! Bilang sama dia kalau Abang cuma pura-pura, biar dia berhenti kepedean." 

Alfi langsung menatap Gladis, kemudian menatap Bilqis lagi. Dirinya mengepalkan tangannya dengan sangat erat.

"Ayo Abang! Tepatin janji Abang, bilang sama dia kalau Abang selama ini cuma pura-pura." desak Gladis.

"Ikuti kata hati kamu, by. Aku yakin selama ini kam--"

"Ya, saya memang berpura-pura." Alfi memejamkan matanya. Enggan untuk menatap Gladis ataupun Bilqis.

Gladis nampak tersenyum senang. Dirinya menatap Bilqis dengan tajam.

"Makannya gak usah kepedean."

"Kamu bohong! Coba kamu tatap aku, by. Tatap aku sambil bilang kalau kamu gak cinta sama aku. Ayo!" desak Bilqis yang kini memukul dada Alfi.

Bilqis Khumaira [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang