24. Perasaan dan janji

1.8K 190 32
                                    

Assalamualaikum

Marhabba👋

Tandain typo dan....

Happy reading!

.
.
.

"Abang udah jatuh cinta kan sama dia?"

Alfi yang sedang membaca hasil laporan kesehatan Bilqis langsung menatap gadis yang baru saja memberikan pertanyaan itu. Pria itu menghela napas kasar lalu berdiri dari kursinya. Mereka kini sedang berada di ruangan Alfi.

"Jawab pertanyaan Adis bang!" perintahnya, lantaran Alfi malah beranjak dari duduknya dan enggan memberikan jawaban atas pertanyaannya barusan.

"Kita sudah pernah membahas ini Adis! Berhenti bertanya tentang privasi Abang!" Gladis terkekeh sinis mendengarnya. Gadis itu berdiri lalu melayangkan tatapan tajamnya kepada sang Abang.

"Perasaan Abang ke dia sekarang jadi urusan Adis juga!" Alfi berdecih mendengarnya. Dirinya berusaha mati-matian untuk menahan gejolak amarahnya.

"Abang gak cinta sama dia! puas kamu?!" Gladis malah tertawa nyaring ketika mendengar hal tersebut. Apa abangnya berusaha membohonginya dan melupakan janjinya?

"Gak cinta? Gak cinta tapi hampir punya buah hati. Itu yang dinamakan gak cinta?" tanyanya sinis. Tangannya ia silangkan di dadanya, menambah kesan angkuhnya.

Alfi mengepalkan tangannya, "Abang juga pria normal, Dis!" Gladis terdiam mendengarnya. Gadis itu menatap abangnya dengan sayu, lalu menunduk seraya memilin jarinya.

"Abang beneran cuman mau muasin nafsu doang, kan?" tanyanya lirih.

Gladis mendongak. Bertepatan dengan itu, air matanya perlahan jatuh. Dan Alfi membenci hal itu. Pria itu langsung membawa sang Adik ke dalam pelukannya, mengusap bahunya dengan lembut.

"Semua akan berjalan sesuai dengan apa yang kamu inginkan." gumam Alfi seraya memejamkan matanya dengan erat. Gladis yang ada di dalam pelukannya mengangguk.

Gadis itu melepaskan pelukannya lalu menghapus dengan kasar air matanya.

"Apa dia udah pernah bilang cinta ke Abang?"

Deg!

"Aku cinta kamu, makasih karena udah ngertiin aku,"

Kalimat itu tiba-tiba terngiang di kepalanya. Alfi menunduk guna menormalkan detak jantungnya. Pria itu kembali memejamkan matanya dengan sangat kuat. Apa yang harus ia katakan?

"Belum ya?" Alfi langsung  mengangguk ketika mendengar Gladis bertanya seperti itu.

"Abang tenang aja, kalo dia udah ngungkapin hal itu, Abang langsung bisa tinggalin dia. Adis keluar dulu, Adis sayang Abang." gadis itu keluar setelah mencium singkat pipi Alfi.

Alfi mengepalkan tangannya. Pria itu langsung meluruhkan tubuhnya di kursi kebanggaannya. Matanya terpaku pada hasil pemeriksaan Bilqis yang ada di atas mejanya.

"Saya tidak tau akan seperti apa reaksi kamu setelah tau semuanya, tapi saya tidak ingin melepas kamu. Saya senang ketika bersama kamu, saya tidak pernah merasakan kehangatan seperti saat saya bersama kamu. Tapi, karena saya sudah mengikrarkan sebuah janji, saya harus menepatinya. Dan untuk menepati janji itu, saya harus menikahi kamu. Apa kamu akan membenci saya setelah tau semuanya?" pria itu mengelus surat hasil kesehatan tersebut. Matanya nampak berkaca-kaca.

Alfi menyenderkan dirinya, matanya terpejam dengan sangat kuat. Apa yang harus ia lakukan? Ia sudah berjanji pada orang tua wanita itu untuk menjadi suami yang baik untuk putri mereka, tapi apa yang ia lakukan? Untuk menepati janji yang lain, dirinya malah membuat janji lainnya yang tidak mungkin bisa ia tepati.

Bilqis Khumaira [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang