35. Sama-sama terluka

1.8K 205 27
                                    

Assalamualaikum.

Pokoknya votementnya harus seimbang sama chapter sebelumnya, kalau nggak, aku gak mau double up lagi😤

Happy reading!

.
.
.

Bilqis beristighfar ketika membuka pintu rumah orang tuanya. Ini masih pukul delapan, ia harus berangkat ke kampus, dan pria yang menyandang status sebagai suaminya ini malah berdiri di depan rumah orang tuanya.

"Assalamualaikum, sayang. Aku mau jemput kamu," senyuman lebar itu terukir di wajahnya. Bilqis menghela napas kasar.

"Wa'alaikumussalam, aku mau ke kampus, kamu pulang duluan aja," jawab Bilqis seraya berjalan melewati Alfi.

Alfi langsung mengejar wanita itu, "Lho, kata kamu kemarin kamu mau pulang sama aku hari ini,"

Bilqis berhenti tepat di samping mobilnya, ia langsung memutar bola matanya jengah.

"Emang aku nentuin waktunya jam segini? Terserah aku dong mau pulang jam berapa, mau nanti malam juga gak papa, kan termasuk masih hari ini." ucapnya lalu membuka pintu mobilnya. Alfi segera menahan pergelangan tangan sang istri.

"I'll take you, okay?"

"Gak usah, aku bisa nyetir sendiri," Bilqis langsung memasuki mobilnya.

Alfi menghela napas dengan kasar. Ia pikir, setelah Bilqis setuju pulang, maka hubungannya akan baik-baik saja. Tapi ternyata ia salah, ternyata mendapatkan kepercayaan Bilqis kembali tidak semudah itu. Ia terlalu percaya diri Bilqis telah memaafkannya. Nyatanya, wanita itu masih membentengi dirinya.

"Maaf..." Alfi langsung berlari menuju mobilnya, ia harus memastikan istrinya itu sampai di kampus dengan selamat, tidak lecet sedikitpun. Bagaimanapun juga, ia masih takut kejadian saat Bilqis kecelakaan terulang kembali.

"Cepat banget hilangnya, astaghfirullah... Kamu nyetir apa mau nantangin malaikat maut sih, sayang." Alfi menggerutu lantaran dirinya tidak melihat mobil yang tadi di pakai oleh Bilqis.

Alfi langsung mengerutkan keningnya ketika melihat mobil itu malah terparkir di depan TPU yang ia lewati. Alfi tersenyum tipis, pria itu langsung memarkirkan mobilnya di samping mobil Bilqis.

Ia langsung memasuki area TPU tersebut, ia tahu Bilqis pasti sedang mengunjungi Syifa. Dapat ia lihat wanitanya sedang berbicara seraya mengelus pusara tersebut.

"Aku rindu kamu Syi, aku benar-benar gak akan mau ngasih kepercayaan ke orang lain lagi selain kamu dan Ning Safa. Karena orang yang aku anggap sebagai pelindung pun justru malah mengkhianati kepercayaan aku, lantas, manusia seperti apa yang harus ku percayai?" tanyanya seraya terisak. Alfi yang mendengarnya mengepalkan tangannya dengan sangat kuat. Ia tidak suka wanitanya menangis karena dirinya.

"Aku mau tinggal bersamanya kembali bukan karena aku sudah kembali mempercayainya, aku hanya tidak ingin orang tuanya kecewa. Tatapan kecewa dari Papa dan Mami membuatku merasa bersalah. Aku gak mau mereka kecewa karena keputusan sepihak yang aku ambil. Kamu kecewa ya sama aku?" Bilqis menutupi wajahnya, wanita itu kembali terisak dengan sangat hebat. Dia masih sangat kecewa dengan Alfi, tapi ketika melihat kekecewaan terpancar dari wajah mertuanya ia jadi merasa bersalah, padahal itu semua bukan salah Bilqis dan bukan urusannya. Tapi Bilqis tidak bisa melihat raut kecewa itu, mertuanya itu menyayanginya seperti putri sendiri, ia tidak mungkin membuat mereka kecewa.

Bilqis kembali membuka wajahnya, dirinya menggosok hidungnya yang tersumbat. "Ihh, jadi susahkan aku napasnya. Mata aku gak bisa di ajak kompromi Syi, dia malah ngeluarin cairannya." ucapnya seraya terkekeh. Alfi yang mendengarnya ikut terkekeh kecil, pria itu menghapus air matanya yang juga mengalir.

Bilqis Khumaira [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang