Met bacaaa!! jangan lupa vommentnya yaa <3
–––
"Karena yang namanya tempat persinggahan itu tidak akan ada yang selamanya."
–––
Jarum detik yang ada pada jam tangannya berhasil memacunya untuk berlari semakin cepat menuju sekolahnya. Hari ini ia tidak mendapatkan tempat parkir yang dekat dengan area sekolahnya. Oleh karena itu, Ila harus mengeluarkan tenaganya sedikit lebih ekstra untuk tidak terlambat datang ke sekolah.
Di sini lah ia sekarang, berbaris dengan teman-teman yang lainnya. Kali ini usaha dan tenaganya sama sekali tidak mengkhianati hasilnya. Gadis itu berhasil masuk tepat sebelum gerbangnya di tutup oleh panitia.
"La, lo sakit?" Pertanyaan ini yang pertama kali muncul saat Ila menunjukkan batang hidungnya di hadapan Luna dan Ara.
"Padahal kalo sakit bisa izin aja tau La, gak usah maksain," sahut Luna.
"Hahh nggak kok, gue sehat-sehat aja," jawab Ila sembari mengibas-ngibas wajahnya yang sangat berkeringat.
Angin dari kibasan tangannya sama sekali tidak membantunya untuk menghilangkan keringatnya. Terik matahari pada pagi ini membuatnya semakin dehidrasi pula, "Duh haus banget, minum dulu boleh kali ya."
"Sokk cepetan, masih keburu kok belum mulai," ujar Ara sembari mengedarkan pandangannya memeriksa kondisi di sekitar. Lebih tepatnya, memeriksa keberadaan kakak kelasnya.
Ila mengikuti arahan dari Ara, gadis itu segera membuka maskernya dan meminum air mineral kemasan yang ia bawa dari rumah.
"Buset ada mayat idup," ceplos Ara. Gadis itu sedikit terkejut melihat penampilan Ila hari ini yang jauh berbeda dari biasanya.
"Sumpah La, lo kaya orang yang abis bangkit dari kuburan," tukas Luna dengan polosnya.
"Suttt diem ahh!!"
"Gue lagi insecure nih makanya pake masker juga," lanjut Ila.
"Idih-idih geleuh insecure segala, orang cantik gitu kok sampe kak Sagara dari tadi merhatiin lo mulu," goda Ara seraya menaik turunkan alisnya.
Ila melotot tak percaya, "Hah mana?"
Gadis itu langsung mengedarkan pandangannya tanpa menunggu jawaban dari Ara terlebih dahulu, dan ternyata benar saja. Sagara tengah memperhatikannya sejak tadi bahkan saat kedua mata mereka beradu pun cowok itu tetap menatapnya seolah tak ada apa-apa diantara mereka.
Ila langsung berbalik mengalihkan pandangannya. Ia kemudian menutupi wajahnya dari Sagara dan cepat-cepat memakai maskernya kembali.
"Kok lo gak bilang dari tadi sih?" Protes Ila tak terima kondisi wajah terburuknya terlihat oleh Sagara.
"Tau gitu gue gak akan minum sekarang," lanjutnya.
"Hahahaha, sampe sekarang masih ngeliatin lo noh," Ara menunjuk keberadaan Sagara dengan mengangkat dagunya ke arah cowok itu.
Kali ini Ila tak melihatnya lagi untuk memastikan. Ia percaya dengan apa yang baru saja Ara informasikan. Jarang-jarang Ila bisa langsung percaya dengan perkataan seseorang tanpa memeriksanya terlebih dahulu.
"Mampus malu banget gue Lun, Ra sumpah deh," Ila meringis pelan.
"Ngapain malu sih cakep gitu," puji Luna.
Seketika raut wajah Ila berubah menjadi datar, "Gak usah bohong gitu deh, barusan lo ngatain gue kaya mayat."
"Hahaha becanda ihh, gue gak biasa aja liat lo sepucet itu," Luna meluruskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANJIL & GENAP
Teen Fiction"Saran gue sih kalau lo mau hidup tenang di SMA lo jauh-jauh deh dari angkatan 18." "Dari kak Gerhana lebih tepatnya. Lo nyenggol dia lo bakal dibikin gak tenang sampe lo lulus SMA." "Bahkan dia udah jadi alumni pun dia bakal tetep gangguin lo." Gha...