MET BACA & HAPPY WEEKEND <3
–––
"Kalau selama ini cuma dia yang bisa bikin pelangi di hidup lo, kasih gue kesempatan buat ngegantiin pelangi itu sama yang jauh lebih besar."
–––
"Makan dulu nih, lo belum makan kan pasti?"
Setelah menghilang selama belasan menit, Gerhana datang kembali dengan membawa dua piring nasi goreng buatannya ke ruang tamu–tempat di mana Ila menunggunya.
Ila terdiam. Gadis itu tak mengelak sebab dugaan Gerhana memang benar. Terakhir dia mengisi perutnya tadi pagi sebelum perlombaan dimulai. Namun entah mengapa ia tidak merasa lapar sama sekali. Mungkin karena pikirannya yang saat ini telah dibuat terlalu kacau.
Gerhana segera duduk dihadapan Ila menempati kursi kosong itu. Ketika ia hendak menyatap makanan di piringnya, tatapannya kembali tertuju pada Ila yang tampak tidak melakukan pergerakan sama sekali. Gadis itu masih mematung dengan tatapan kosongnya. Mungkin kejadian barusan masih terlalu mengejutkan untuknya.
Gerhana menaruh kembali sendok dan garpu di atas piringnya. Cowok itu menghela napasnya pelan.
"Lo mau nanya apa, hm?" Tanya Gerhana berinisiatif.
Gerhana merasa sedikit kasihan padanya. Ia tahu apa yang baru saja Ila dengar barusan memang terdengar sangat mengejutkan untuknya. Maka dari itu, Gerhana berinisiatif membuka sesi tanya jawab untuk meringankan beban pikirannya.
"Eh–"
Ila sedikit terperanjat. Pertanyaan itu berhasil menarik kembali kesadarannya.
"Lo jadi gak kaya biasanya abis ketemu kakak gue barusan," tukas Gerhana dengan sangat jujurnya.
"YA SIAPA YANG GAK KAGET COBA NGELIAT–"
Ila mengambil napas dalam-dalam. Memilih untuk tidak melanjutkan perkataannya padahal Gerhana sama sekali tidak berniat memotong pembicaraannya. Gadis itu tetap mencoba untuk meredam amarahnya yang nyaris meledak.
"Jelasin semuanya sama gue kak," pinta Ila dengan suaranya yang jauh lebih pelan dari sebelumnya.
Gerhana terkekeh pelan, "As you wished."
"Bagian mana yang belum lo ngerti, hm?"
"LO PIKIR AJA SENDIRI, EMANG LO PERNAH CERITA APA SAMA GUE," Ila kembali menggerutu.
Sekeras apapun ia berusaha untuk berkomunikasi dengan Gerhana dengan tenang, tetap saja emosinya pasti akan selalu terpancing. Padahal Ila bukan lah tipikal orang yang mudah untuk marah. Pada dasarnya memang sikap Gerhananya saja yang terlalu menyebalkan di matanya.
"Jangan ngambek gitu dong, gue dari awal sebenernya udah ada rencana mau nyeritain ini kok kalo lo udah resmi jadi cewek gue."
Ila menarik napas dalam-dalam. Entah sudah kali ke berapa kesabarannya diuji untuk hari ini.
"Eh tapi udah ketauan duluan sama lo," lanjut Gerhana.
"Jadi Aurora itu beneran kakak lo? Maksud gue, kakak– kakak kandung gitu?" Tanya Ila tetap dengan kebingungannya.
"Iya La, Aurora tu beneran kakak kandung gue. Harusnya dari sini lo paham kenapa gue larang lo naksir sama Sagara," tukas Gerhana dengan nada bicara yang lebih tegas.
Ila menautkan alisnya kebingungan. "Hah?"
"Lo gak pernah denger rumornya kakak gue deket sama Sagara?" Tanya Gerhana memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANJIL & GENAP
Teen Fiction"Saran gue sih kalau lo mau hidup tenang di SMA lo jauh-jauh deh dari angkatan 18." "Dari kak Gerhana lebih tepatnya. Lo nyenggol dia lo bakal dibikin gak tenang sampe lo lulus SMA." "Bahkan dia udah jadi alumni pun dia bakal tetep gangguin lo." Gha...