–––
"Entah berapa lama kamu akan singgah aku gak peduli, karena kehadiran kamu aja sudah membawa perubahan menciptakan sejarah baru di duniaku."
–––
"Ngeliatinnya gitu amat," tukas Aurora tidak ada angin tidak ada hujan.
Rintik hujan yang mendadak deras membuat Aurora dan Sagara terjebak di sekolah. Suasana di sekolah sudah sangat sepi, sudah tidak ada orang selain mereka di lingkungan ini. Sagara menyesal karena tidak pulang sejak tadi. Hari ini ia menggunakan motor untuk pergi ke sekolah, jadi mau tidak mau mereka harus menunggu sampai hujannya reda di dekat area parkiran.
Sagara mengerutkan keningnya, "Liatin apa? Perasaan gue biasa aja sekarang."
Aurora berdecak pelan. Entah Sagara memang pura-pura bodoh atau memang dia sepolos itu tapi yang jelas Aurora kesal jika ia harus menjelaskan sindiran yang ia berikan.
"Barusan, lo ngeliatin Ila mulu."
"Gue gak suka liat lo kaya gitu ke cewek lain," lanjut Aurora seraya memajukan bibirnya sesenti.
Sagara kembali terdiam. Ini pertama kalinya Aurora bersikap seperti ini padanya. Entah apa yang harus ia katakan. Dia tahu gadis itu memang sering bercanda dengannya, namun pernyataan sebelumnya sama sekali tidak terdengar seperti sebuah candaan.
"Gue bercanda elah," tukas Aurora yang membuat Sagara kembali tenang.
"Jangan bilang lo mikir gue naksir beneran sama lo?!" Tuduh Aurora.
Jujur saja Aurora sedikit panik barusan. Dia tidak menduga bahwa Sagara akan diam dan menganggapnya serius. Karena pada kenyataannya dia tidak sepenuhnya bercanda.
Karena barusan Aurora baru saja mengungkapkan hal yang sebenarnya ia rasakan.
"Kagak," jawab Sagara singkat.
"Mana mungkin lo suka sama gue," lanjut cowok itu.
Mungkin aja Gar buktinya sekarang gue sayang banget sama lo, ucapnya dalam hati.
Aurora mengangguk-anggukkan kepalanya, "Sukur deh kalo lo mikirnya gitu."
Keduanya kembali terdiam. Membiarkan suara rintik hujan kembali mendominasi pendengaran masing-masing untuk sejenak. Lebih tepatnya, membiarkan diri masing-masing tenang untuk menghilangkan kecanggungan yang tak sengaja Aurora buat.
"Gue baru deh pertama kalinya liat adik kelas se-berani itu," Sagara kembali membuka percakapan.
"Siapa?" Tanya Aurora memastikan. Gadis itu sebetulnya sudah tau siapa adik kelas yang Sagara maksud.
"Ila," jawab Sagara pelan seraya mengalihkan wajahnya dari Aurora.
"Idih-idiiihhh, lo beneran naksir ya sama dia?!" Aurora kembali menuduhnya.
"Ngaku cepetan!!" Aurora kembali mendesaknya agar segera mengakui perasaannya.
Entah mengapa Aurora ingin sekali mendengar pengakuan itu dari mulut Sagara. Padahal jelas-jelas dia akan tersakiti sepenuhnya jika ungkapan itu sampai terdengar olehnya. Dia tahu dirinya akan hancur jika hal itu benar-benar terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANJIL & GENAP
Ficção Adolescente"Saran gue sih kalau lo mau hidup tenang di SMA lo jauh-jauh deh dari angkatan 18." "Dari kak Gerhana lebih tepatnya. Lo nyenggol dia lo bakal dibikin gak tenang sampe lo lulus SMA." "Bahkan dia udah jadi alumni pun dia bakal tetep gangguin lo." Gha...