HAAPYY READINGG <3
–––
"Tidak selamanya loyalitas bisa menjadi kunci jawaban, terkadang kita membutuhkan sedikit sisi egoisme dalam diri kita agar tetap selamat."
–––
"Seperti yang udah ibu janjiin ke kalian, hari ini ibu akan langsung membagian hasil ulangan kalian yang kemarin," tukas Bu Fera ketika beliau baru saja sampai di kelas 11 IPA 2.
"Bisa langsung aja dibagikan sama ketua kelas ya ibu mau ke ruang guru dulu ada yang ketinggalan," lanjutnya.
"Ketua kelasnya ga masuk bu hari ini," Gerhana berinisiatif untuk menjawab padahal ia tidak pernah seperti itu sebelumnya.
"Oh yaudah sama kamu aja," simpul Bu Fera, dengan cepatnya tugas itu langsung dialihkan padanya.
Gangga, Junar, dan Adrian berusaha untuk menahan tawanya yang nyaris tak tertahan. Mereka bertiga tidak menyangka sikap inisiatif dari cowok itu justru malah membuahkan bencana.
Ya sebenarnya bukan masalah yang besar membagikan hasil ulangan pada semua teman sekelasnya. Namun entah mengapa perintah itu sangat dihindari oleh siapapun, bahkan sang ketua kelasnya pun sudah lelah menjalaninya.
"Eh saya?" Gerhana mengarahkan telunjuknya pada diri sendiri untuk memastikan.
"Iya kamu Gerhana."
Gerhana menghela napasnya. Cowok itu kemudian segera bangkit dari kursinya membagikan hasil ulangan itu pada setiap siswa di kelasnya. Kalau boleh jujur, Gerhana agak menyesal dengan perkataannya barusan.
Gerhana terkejut. Cowok itu bahkan mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan apa yang baru saja ia lihat. Temannya, Gangga–yang dari kemarin misuh-misuh gak jelas itu–berhasil mendapatkan nilai 92,8 pada ulangannya kali ini.
"Buset ini bakat apa hoki dah," celetuk Gerhana sebelum ia menyerahkan kertas ulangan itu pada pemiliknya.
"Lo sarkas ya Han?" Gangga sudah tidak bisa lagi menyembunyikan ekspresi panik dan takutnya.
"Sarkas pala lo!" Gerhana langsung menyerahkan lembar kertas itu.
"Eh gila! Gue ga nyangka loh."
Gerhana memicingkan matanya ketika ia melihat kertas ulangan di bawahnya milik ketua kelas yang memiliki nilai serupa dengan Gangga. Sama persis sampai ke koma-komanya.
Sembilan puluh dua koma delapan.
Ada satu hal yang berhasil mencuri perhatian Gerhana pada pandangan pertamanya. Di nomor lima mereka berdua memberikan jawaban yang salah.
Tanpa permisi, Gerhana merebut kembali kertas ulangan yang baru saja ia serahkan pada Gangga. Gerhana langsung menelaahnya secara cepat, mencari perbedaan dari kedua kertas ulangan itu.
"Eh gue belum liat anjir," Gangga berusaha untuk meraih kertas ulangannya kembali dari tangan Gerhana.
Namun sayangnya, usahanya tak menghasilkan apa-apa. Ia gagal mendapatkan kertas ulangannya kembali.
"Bentar dulu."
Gangga menurut. Cowok itu kembali menempati bangkunya dan memainkan perangkat elektroniknya. Mungkin ia hendak langsung mengabari ibunya tentang hasil ulangannya.
Dugaannya benar. Gerhana menemukan kesalahan yang sama juga pada kedua kertas ulangan itu. Anehnya, mereka berdua menjawabnya dengan jawaban yang sama.
Gerhana langsung memeriksa kertas ulangan lainnya pada tumpukan yang ada di genggamannya itu. Ternyata ia menemukan dua kertas lainnya–milik Megantari dan Bianca–dengan nilai 92,8. Setelah dilihat sekilas, kertas itu juga memiliki kesalahan pada nomor yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANJIL & GENAP
Teen Fiction"Saran gue sih kalau lo mau hidup tenang di SMA lo jauh-jauh deh dari angkatan 18." "Dari kak Gerhana lebih tepatnya. Lo nyenggol dia lo bakal dibikin gak tenang sampe lo lulus SMA." "Bahkan dia udah jadi alumni pun dia bakal tetep gangguin lo." Gha...