6 (B) - Cerminan Diri

1.3K 114 7
                                    

–––

"Lun lo dapet itu kunjaw darimana," tanya Ara berterus terang setelah mereka sudah resmi dibubarkan oleh ketua komdis.

Luna melotot. Gadis itu refleks menutup mulut Ara dengan telapak tangannya.

"Jangan bahas disini gila!" Luna mengingatkan.

Gadis itu terdiam sejenak sembari mengamati situasi di sekitarnya. Setelah terlihat cukup aman, Luna baru menjawab. "Gue sebenernya gak tau itu jawaban dari mana, sumpah gue dapetnya udah bentuk kaya gitu dari temen."

"Lagian aneh ya, kan angkatan atas nih yang bocorin ya maksudnya dari pihak panitia, kok jadi seakan-akan kita yang disalahin?" Ila mulai angkat suara.

"Ila..." panggil Ara untuk mengingatkannya kembali.

"Eh iya maap," Ila langsung mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

"Dah ah jangan dibahas lagi sekolah ini mah punya tembok berbicara, gak akan ada gunanya juga tugas kita tetep sebanyak itu buat besok," ucap Luna final.

"Iya bener juga lo, yuk ah pulang aja," Ara menyetujui ucapan Luna.

"Sebenernya gue abis ini tuh mau ajak kalian main dulu, tapi ya gimana ya ada tugas dadakan sebanyak itu mana bisa," lanjut Ara yang kemudian disusul dengan tawanya.

"Ehh lo pulangnya gimana?" Tanya Ara pada Ila. Gadis itu baru sadar bahwa pagi ini Ila tidak datang bersamaan dengannya.

"Gue nyetir, mobilnya gue parkir depan sekolah kok," jawab Ila.

"HAHHH?!?" Luna melotot tidak percaya.

"SERIUSAN?" Tanya Ara meyakinkan.

"Eh emang kenapa?" Ila bertanya balik. Gadis itu tentunya turut merasa panik setelah melihat reaksi temannya.

Ara kemudian menarik temannya ke dalam rangkulannya. "La, bawa kendaraan aja gak boleh, ini lo parkir di tempatnya kakak kelas," bisiknya tepat di depan telinga Ila.

Ila meneguk ludahnya. 

"Bohong..." sangkal Ila.

Luna menepuk jidatnya, "Yaampun Ila lo gak baca web sekolah apa?" 

"Kalian gimana pulangnya?" Ila balik bertanya seraya memikirkan solusi atas masalahnya.

"Gue sama Ara naik bis gitu soalnya emang satu arah," jawab Luna.

Ila terdiam sejena. Kini dia benar-benar kebingungan. Tidak mungkin kan mobilnya dia tinggal begitu saja di depan sekolah?

"Terus gue gimana dong?" raut wajahnya sudah terlihat pucat.

"Gapapa lo mending cabut aja sekarang, biasanya panitia gitu gak langsung pulang kok mereka pasti rapat atau beres-beres dulu," usul Ara seraya menenangkannya.

"Yaudah deh gue cabut kesana ya," pamit Ila.

"Okee, kabarin ya La kalo ada apa-apa," sahut Ara.

Ila mengangguk paham. Gadis itu kemudian segera pergi meninggalkan teman-temannya ke depan gerbang sekolahnya.

Ila memelankan langkahnya ketika sudah berada di sana seraya memperhatikan sekelilingnya. Gadis itu kemudian buru-buru masuk ke mobilnya setelah dipastikan tidak ada satu orang pun di sekitarnya. 

Ila menghembuskan napasnya. Belum sempat Ila menyunggingkan senyum atas keberhasilannya, matanya tidak sengaja menemukan segerombolan kakak kelas yang berjalan kearahnya dari kaca spionnya. 

Ila meringis pelan . Kedua matanya terpaku pada wajah salah satu anggotanya yang dirasa sangat familiar. Rupanya dialah kakak kelas yang memberikannya hukuman essay sepuluh lembar tulis tangan itu. 

GANJIL & GENAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang