4 - Dibalik Layar

1.5K 141 4
                                    

–––

"Masalah yang ada dibalik layar cenderung lebih rumit untuk diselesaikan karena mau tidak mau harus cepat terselesaikan sebelum diketahui publik."

–––

Lima belas menit sebelumnya.

Lima belas menit sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gerhana berdecak sebal. Cowok itu segera menghampiri Gangga setelah melihat pesan yang baru saja dikirim oleh temannya itu.

Gerhana terpaksa mengundur waktu absensi para peserta ospek pada pagi ini. Rundown yang sudah dia rancang bersama anak-anak lainnya hancur begitu saja hanya karena kendala kecil yang tak terduga akan terjadi.

"Kenapa?" Tanya Gerhana tepat saat dia sampai di lokasi.

"Sorry han gue tau lo mau ngeabsen tapi ini lebih penting," ujar Gangga yang tampak semakin panik melihat reaksi Gerhana.

Gerhana memelankan nada bicaranya, cowok itu berusaha untuk meredam emosinya karena tak seharusnya dia meluapkan kekesalannya pada Gangga. "Ya kenapa?"

"Gue juga gak ngerti Han, ini listrik tiba-tiba mati tapi cuma lantai satu doang."

"Gue udah tanya anak logis juga gak ada yang ngerti."

Entah dari arah mana, Junar tiba-tiba saja menampakkan wajahnya di depan Gangga dan Gerhana.

"Ada apa nih? Tegang amat dah."

Keduanya tak merespon apapun. Gerhana dan Gangga tengah sibuk dengan isi pikirannya masing-masing.

Selang beberapa detik, seorang gadis dari angkatan 18 ikut bergabung dengan mereka. Megantari namanya, salah satu panitia yang berkesempatan untuk membantu merancang acara ini dan juga sebagai fasilitator dari kelompok 4.

"Han, ini absensi cuma bisa diundur 5 menit aja, kalo lebih dari itu takutnya ada mata acara yang batal buat hari ini," Megantari mengingatkan.

Gerhana mengangguk paham, cowok itu sudah tidak bisa lagi mengulur waktunya. Dia segera memeriksa panel listrik yang ada di hadapannya itu.

"Oiya Han itu gerbang emang sengaja gak dikunci gitu apa gimana?" Tanya Megantari sembari melirik ke arah pager sekolah.

Gerhana sontak menghentikan aktivitasnya. Dia cukup terkejut mendengar pertanyaan itu. Seharusnya gerbang itu terkunci rapat tepat pada pukul 7 barusan.

"Tadi pagi gue udah mastiin itu gerbang udah dikunci loh," Gangga yang sama terkejutnya seperti Gerhana mulai angkat suara.

"Coba lo cek rekaman CCTVnya di tempat security Ga," titah Gerhana.

"Kan listriknya mati Han..." Megantari mengingatkannya dengan sangat hati-hati. Dia takut perkataannya itu mengundang emosi sang ketua pelaksana OSPEK.

Gerhana memejamkan matanya sejenak sembari memijat pelipisnya yang mendadak terasa sakit.

"Sumpah gue bingung deh ini kok bisa jadi acak-acakan gini," Junar kembali bersuara.

"Gue denger-denger kemarin anak 19 dapet kunci jawaban gitu buat barang-barang yang harus mereka bawa hari ini."

"Tar liat aja deh, pasti gak ada yang salah bawa barang mereka."

"Tau dari mana lo? Kan bisa aja mereka dikusi seangkatan, kalo kaya gitu boleh-boleh aja sih," Gangga menggeleng-gelengkan kepalanya. Meskipun sulit, cowok itu masih berusaha untuk tetap berpikir positif.

"Gue yakin pasti gak akan ada yang kepikiran ketombe itu apa kecuali kalo mereka emang udah dapet bocoran," Junar kembali melawan pernyataan temannya.

"Tapi untungnya apa coba pantia ngebocorin gitu aja?" Tanya Megantari.

Junar tersenyum miring, "Untungnya apa? Kalau buat anak 17 jelas nguntungin banget mereka punya kesempatan buat nolong sesama ganjl."

Rahang Gerhana mulai mengeras. Cowok itu bahkan secara tidak sengaja menggertakkan giginya. Apa yang baru saja Junar katakan terdengar sangat masuk akal. Hal itu yang membuat Gerhana merasa kesal dan gagal sebagai seorang ketua.

"Jun, Ga, Tar, lo bertiga urus ini listrik panggil tukang atau apa kek sama urus juga tuh gerbang ya, jangan sampe kebuka kaya gitu lagi."

Sebelum ketiga temannya merespon, Gerhana sudah lebih dulu meninggalkan mereka semua. Dia terpaksa harus memulai absensi meskipun listrik pada lantai satu gedung sekolahnya belum menyala. Sembari melangkah menuju tempat semula, cowok itu merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih yang sejak tadi ada di sana.

Cowok itu segera menulis beberapa pesan dan langsung mengirimkannya tanpa berpikir panjang.

Gerhana : beres acara semua kumpul dulu ya

Gerhana : gaboleh ada yang izin

Gerhana : kita eval dulu

–––

SPAM COMMENT SEBANYAKNYAA DISINI BIAR MAKIN CEPET UPNYAA!!

Vote dan Comment buat next part!

✨LINK AU GANJIL GENAP✨

https://twitter.com/ceritapucai/status/1594576586711658496

HAIII GIMANA NIH SAMA PART YG INI PADA SUKA KAANN?? 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAIII GIMANA NIH SAMA PART YG INI PADA SUKA KAANN?? 

Oiyaa aku mau minta tolong nihh kalau kalian suka sama ceritanya boleh dishare ke temen kalian yaa, feel free juga buat share di sosmed kalian entah itu di instagram ataupun tiktok bebas yaa!! Jangan lupa buat tag akun aku juga biar ternotice & bisa ku repost hihi..

Makasi banyaak buat segala bentuk supportnya <3

Sampai jumpa di part berikutnya lovv

GANJIL & GENAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang