–––
"Pada akhirnya seseorang hanya bisa memihak salah satu saja, entah pada logika atau hatinya ia berpihak."
–––
"Kok soal ini kamu gak pernah kasih tau aku?" Tanya Ara berterus terang.
Pertanyaan yang baru saja Ara lontarkan tentunya membuat jantung pria itu sedikit berdebar. Selama ini Junar tak pernah menyimpan rahasia apapun dari Ara. Sekalinya ia menyembunyikan sesuatu, entah mengapa Ara tetap mengetahuinya. Padahal masalah Gerhana dan Ila sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan hubungan mereka.
Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Junar kembali angkat suara, "Maaf banget Ay, aku gak bermaksud ngerahasiain ini dari kamu tapi aku takut info ini nyebar."
Ara menganga tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, "Jadi kamu pikir aku bakal ngebocorin? Gila ya aku kira kamu selama ini percaya sama aku."
"Gak gitu ay maksud aku–"
"Apalagi yang kamu rahasiain dari aku?!" potong Ara. Ia sudah terlanjur kecewa berat dengan Junar.
"Gak ada–"
"APALAGI!! CEPETAN NGAKU GAK SEKARANG?!" Teriak Ara dengan tatapan tajamnya. Napasnya kembali tidak beraturan. Bahunya pun ikut naik-turun kembali.
Elakkan dari Junar tentu berhasil memancing emosinya. Saking emosinya ia lupa untuk tetap berhati-hati. Masih ada beberapa siswa yang berlalu-lalang di sekolah dan bisa saja teriakannya itu mengundang siswa itu untuk datang.
"Aku udah bocorin identitas temen aku sendiri buat kamu, gak ada satu hal pun yang aku sembunyiin dari kamu tapi kamu sendiri malah kaya gini ke aku?! Ga fair banget Jun sumpah."
"Aku lagi gak masalahin kenapa kak gerhana jadiin ila babunya ya, nggak sama sekali."
"Tapi soal kamu yang mulai nyimpen rahasia dari aku."
Kali ini Ara sama sekali tidak memberikan lawan bicaranya kesempatan untuk memberikan apapun. Ara tidaka membutuhkan itu, Jujur ia sudah terlanjur krisis kepercayaan padanya.
Padahal Ara sendiri tidak seperti itu. Meskipun ada benteng antara ganjil dan genap yang sulit untuk ia tembus, Ara tetap memilih untuk berada di sisinya. Ara tetap memilih untuk memihaknya, walaupun dia dari angkatan yang baru saja menindas temannya.
Ara berusaha untuk kembali meredam emosinya. Lagi-lagi ia harus memperhatikan juga kondisi di sekitarnya. Ara juga ingin kesalahpahaman ini bisa segera terselesaikan.
Dan untuk mencapai hal itu, ia harus menyingkirkan egonya sejenak.
"Kan kamu yang bilang sendiri jangan sampe ada rahasia yang jadi pembatas kita," ungkap Ara setelah terdiam beberapa saat dengan emosi yang lebih stabil.
"Kalo udah kaya gini gimana aku bisa percaya sama kamu lagi Jun?"
"Maafin aku ya sayang, sumpah aku gak ada niatan sama sekali rahasia-rahasiaan gini dari kamu, aku cuma nunggu waktu yang pas aja buat ngasih tau kamu."
Junar menghentikan penjelasannya. Cowok itu langsung mengedarkan pandangannya pada sekitar. Ia mendengar suara langkah kaki. Setiap langkahnya terdengar semakin jelas seolah sosok itu memang berjalan ke arahnya.
"Jun!!"
"Oyy Junar!"
"Lo di mana sih?!"
Junar meringis pelan. Dari suaranya Junar sudah tahu siapa yang sebentar lagi akan menampakkan batang hidungnya. Siapa lagi kalau bukan Gangga yang selalu mencarinya setiap kali Junar menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANJIL & GENAP
Teen Fiction"Saran gue sih kalau lo mau hidup tenang di SMA lo jauh-jauh deh dari angkatan 18." "Dari kak Gerhana lebih tepatnya. Lo nyenggol dia lo bakal dibikin gak tenang sampe lo lulus SMA." "Bahkan dia udah jadi alumni pun dia bakal tetep gangguin lo." Gha...