32 - Melawan Gengsi

998 84 11
                                    

Yihiw up lagi~ met baca ol <3

–––

"Bukankah sudah jelas cemburu itu pertanda cinta? Lantas mengapa kamu masih menyangkalnya?"

–––

Malam ini Sagara memilih untuk keluar dari rumahnya sejenak. Sebetulnya ia berniat untuk menenangkan pikirannya yang semrawut karena ucapan Gerhana kala itu. Namun ia tetap membawa buku latihannya agar tidak terlihat terlalu kacau di mata orang-oramg sekitarnya.

"Lagi ngapain dah lo Gar?" 

Pertanyaan itu membuat Sagara sedikit terperanjat. Perhatiannya otomatis langsung teralihkan pada seseorang yang sejak tadi berdiri di sebelahnya.

"Anjir! Kaget gue," tukas Sagara sembari mengelus dada.

"Lo kok tau gue ada di sini?" Tanyanya penasaran.

"Dari dulu juga kalo lo gak ada di rumah udah pasti ada di sini, udah ketebak banget," balas Angkasa dengan santainya.

Sagara hanya menganggukkan kepalanya, apa yang baru saja dikatakan Angkasa memang ada benarnya juga. kalau Sagara menghilang, hanya ada dua tempat yang berkemungkinan besar ia kunjungi. Kalau bukan di rumahnya ya sudah pasti di cafe dekat rumahnya ini.

"Lagi ngapain? Serius amat," Angkasa kembali bertanya sebab pertanyaan sebelumnya belum dijawab oleh Sagara.

"Lo liat aja sendiri," balas Sagara acuh-tak-acuh.

"Anjir ambis bat lu mau PTN," Angkasa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lu gamau emang?"

"Ya mau sih mau tapi kayanya gaakan sanggup."

"Fix swasta aja dah gue," lanjut pria yang masih berdiri di sebelahnya itu.

Sagara tak kembali merespon. Pandangan cowok itu kembali teralihkan pada buku catatannya. Tangan kanannya kembali bergerak mencoba untuk menjawab soal yang sedang ia bedah.

"Yaudah semangat yah, sorry ganggu," tukas Angkasa yang secara tidak langsung hendak berpamitan dengannya.

Sagara otomatis mengalihkan tatapannya kembali pada cowok itu, "Dih, Kaya ke siapa aja lo."

"Sini duduk, orang udah biasa kok lo gangguin gue."

"Hahaha emang anjing lo!"

Angkasa menuruti perintah Sagara, cowok itu langsung menempati kursi kosong yang ada dihadapannya.

"Tumben datengin gue sampe ke sini, gak bucin lo?" Tanya Sagara mulai berbasa-basi sebab ia merasa ada yang aneh dengan temannya itu. Tak seperti biasanya Angkasa datang sendiri meluangkan waktunya untuk menemuinya. Dahulu ia sering seperti ini tetapi itu semua terjadi sebelum Angkasa dan Aurora resmi berpacaran.

"Justru itu, gue mau curhat sama lo hahaha," jawab Angkasa yang kemudian disusul dengan kekehan tawanya.

Sagara terdiam sejenak. Seketika ia memiliki firasat buruk. Jujur saja ia takut apabila ternyata Angkasa sudah mengetahui semuanya selama ini.

Akhirnya Sagara kembali bersuara, memberanikan dirinya untuk bertanya. "Curhat apaan? Jangan bikin tegang gini dong."

"Gue break sama ora, kocak ga? HAHAHAHA," balas Angkasa yang kemudian langsung diakhiri dengan tawa kencangnya yang disengaja agar mengelabui perasaan sesungguhnya. Agar Sagara tidak tahu kalau dia benar-benar hancur saat ini.

Sagara terdiam sejenak. Ia nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja Angkasa ungkapkan. Namun setelah mengamati raut wajahnya, sepertinya hubungan cowok itu dengan kekasihnya memang sedang tidak baik-baik saja.

GANJIL & GENAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang