15 (B) - Sasaran Baru

1.1K 96 2
                                    

Selamat membaca!! jarang2 nih double up jangan lupa vommentnya yaaa🥺

–––

"Sorry yaa lo nungguin dari tadi ya?" Tanya seorang gadis yang baru saja datang sembari membawa sosis bakar di tangannya.

Gangga menghembuskan napas beratnya. Sebetulnya ia sudah terbiasa untuk menunggu kedatangan gadis itu setiap kali Gangga memintanya untuk bertemu. Namun kali ini ia sedikit kecewa setelah melihat apa yang gadis itu bawa. Gangga merasa disepelekan oleh gadis itu. Bianca jauh lebih mementingkan sosis bakarnya, ia rela membuat Gangga menunggunya hanya karena itu.

Mungkin ini terdengar seperti hal yang sepele, tapi siapa sih yang tidak akan kecewa setelah berkali-kali selalu dinomor duakan? Padahal ia selalu memprioritaskan Bianca kapanpun itu.

Disaat Bianca membutuhkannya, Gangga pasti akan selalu ada di sisinya.

Namun sebaliknya tak pernah terjadi. Karena pada faktanya Bianca hanya menjadikan Gangga sebagai tempat pelariannya. Sayangnya Gangga tak sadar akan hal itu.

"Kak Sagara ribut sama Gerhana," ungkap Gangga tanpa mempedulikan pertanyaannya.

Bianca memasang raut wajah kagetnya seolah informasi itu baru saja ia dengar, "Seriusan? Kok bisa sih?"

"Lo yang bilang ke dia? Cuma gue sama lo doang soalnya yang tau tentang ini," tuduh Gangga secara langsung.

Andai saja Bianca tidak berpura-pura polos seolah kejadian ini tak ada kaitan dengan dirinya, mungkin Gangga tidak akan semarah ini. Gangga sudah mulai muak dengan sikap gadis itu yang tak pernah berubah dari sejak awal.

"Sumpah Ga, aku gak bermaksud mau ngebocorin–"

"Lo kapan mau berubahnya sih Ca?" Tanya Gangga dengan suaranya yang tak sengaja meninggi.

"Semua rahasia lo selama ini aman loh di gue, tapi kenapa rahasia gue gak ada satu pun yang bisa lo jaga?" lanjutnya.

Perkataan Gangga barusan berhasil membuat kedua mata Bianca mulai berkaca-kaca. Jangan heran, ketua dari komisi disiplin ini sebetulnya sangat rapuh dan mudah menangis. Di balik bentakannya pada para peserta ospek ada isak tangis yang selalu berusaha ia tutupi. 

Hanya dengan Gangga gadis itu melepaskan topengnya. Hanya di hadapan cowok itu Bianca bisa menangis dan dengan bodohnya Gangga justru jatuh cinta pada wajah aslinya.

Dan saking cintanya ia menjadi buta. Gangga tidak sadar selama ini ia hanya dijadikan tempat pelarian disaat Bianca sudah mulai lelah dengan semuanya.

Gangga memejamkan matanya. Seketika ia menyesali atas perkataannya barusan. Ternyata melihat gadis yang ia cintai nangis di depan mata karena ulahnya sangat menyakitkan untuk Gangga. Ia tak pernah tega melihat Bianca dalam keadaan seperti ini.

Kini keduanya sama-sama terdiam. Hanya ada isakan tangis dari Bianca yang mengisi keheningan diantara mereka.

"Sorry, omongan gue terlalu kasar yah barusan?" Tanya Gangga memastikan setelah terdiam cukup lama.

Bianca segera menyeka air matanya yang mulai lolos dari kelopak matanya. "Maafin aku Ga, sumpah aku ga ada niatan mau bikin Gerhana sama Kak Sagara berantem, aku cuma–"

Gangga langsung memotongnya, ia tidak mau membiarkan Bianca melanjutkan perkataannya yang cukup membuat gadis itu sedikit tersiksa, "Iya aku yang salah, harusnya aku gak ngomong kaya gitu."

Isakan tangisnya pun berhenti menyisakan kedua mata dan hidungnya yang memerah. Kedua pipinya terbasahi oleh tetesan air matanya.

Gangga kemudian menyeka air mata gadis itu yang masih tersisa pada pipinya, "Udah ya? Jangan nangis."

GANJIL & GENAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang