40 - Sisi Gelap

698 59 4
                                    

met baca guyyysss <3

–––

"Terkadang sosok yang dikenal baik dan sempurna justru memiliki bayangan yang terlihat paling mengerikan."

–––

Luna mengamati ponselnya sejak tadi. Berkali-kali ia berdecak sebal sebab sosok yang ia tunggu sejak tiga puluh menit yang lalu masih saja tak kunjung datang menampakkan wajahnya.

Hingga akhirnya suara langkah kaki yang ia nantikan sejak tadi pun mulai terdengar. Jalanan pada gang itu yang cukup basah dan becek membuat langkahnya terdengar semakin jelas dari biasanya.

"Mana?" Todong Luna to the point sembari menyodorkan telapak tangannya ketika lawan bicaranya sudah berada tepat dihadapannya.

Sosok yang baru saja datang itu menyunggingkan senyumnya, "Apa cantik?"

"Halah gak usah pura-pura bego anjing, ya apa lagi kalau bukan kunjaw UAS kelas 10 semester 1," umpat Luna tidak sabaran.

"Ohh itu.." jawabnya menggantung secara disengaja.

"Jangan bilang lo belum nyiapin bangsat," maki Luna yang sudah ber–negative thinking.

Sosok yang baru saja terkena makian itu hanya bisa tertawa, "Hahaha sabar dikit dong cantik, jangan marah-marah mulu dong tar cepet tua loh."

"Gimana bisa sabar anjir, ujiannya lusa ini," gerutu Luna masih dengan emosinya yang memuncak.

"Ya kan masih ada sehari lagi buat belajar, santai aja kali."

"Lo kira gampang baru belajar uas H-1?" Tanya Luna dengan nada sewotnya.

Sosok berhoodie hitam itu kembali tertawa seraya membuka kupluknya hingga rambut dan wajahnya terlihat semakin jelas di mata Luna, "Yakin belajar? Biasanya juga kan cuma ngapalin jawaban aja."

"Emang sesusah itu ya hafalin jawaban doang sampe harus dari jauh-jauh hari kaya gini," lanjutnya dengan nada bicara meremehkan.

Luna kembali membalasnya, "Dari dulu gue ga pernah percaya 100 persen ya sama jawaban lo, gue pasti selalu cek ulang."

"Hahaha iya deh ampun si paling beasiswa."

"Udah mana cepet sini kirimin kunci jawaban sama soalnya, gausah ngalihin gini," Luna kembali mendesaknya.

"Awas aja kalo sampenya salah kirim lagi," ancam Luna masih penuh dengan amarahnya.

"Gue belum maafin lo ya anjing gue beneran masih kesel sama lo. Gara-gara lo waktu itu salah kirim kunci jawaban ulangan matematika gue gak kepilih jadi perwakilan olimpiade. Harusnya gue yang ada di atas podium megang medali waktu itu," cerocos Luna kembali menyerangnya.

"Beasiswa gue juga hampir dicabut gara-gara lo anjing."

Alih-alih marah, sosok yang barusan Luna maki-maki itu justru malah tertawa, tawa yang berhasil memancing amarahnya. "Eh santai dong hahaha, kalo minta tuh harus baik-baik cantik."

"Penampilan sama omongan tuh harus sinkron, masa udah cantik mulutnya kaya gitu sih," sindirnya dengan pedas.

"Gak usah banyak bacot deh, udah buruan kirim filenya sekarang."

"Yaudah move ke apart gue aja deh yuk biar cepet," simpul sosok itu yang sebetulnya lebih terdengar seperti modus.

Sosok dengan hoodie hitam itu kini memulai aksinya, ia segera meraih kedua tangan gadis di hadapannya dan memegangnya dengan erat seakan ia sedang berusaha untuk menyalurkan kehangatan untuknya.

GANJIL & GENAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang