"Tidak punya tujuan mungkin terdengar bodoh bagi sebagianorang. Tapi jika kita terus berjalan dan mencoba nanti akan mencapai sebuah tujuan."--Mingyu of Seventeen
---
Dia tinggal di gedung apartemen yang sama dengannya.
Dia general manager di kantor tempatnya bekerja.
Dia pernah tinggal di Berlin bertahun-tahun...
Matanya langsung membola.
Berlin.
Menjadi kota yang bisa mengurai semua hal itu. Berlin adalah kota tempat Aruna melarikan diri. Berlin adalah kita temlat Gerry menimba ilmu dan bersahabat dengan Gavin. Di Berlin juga mungkin menjadi kota tempat pertemuan Aruna dan Gavin.
"Lagi mikirin apa sih?"
Sebuah kopi tahu-tahu muncul dihadapannya membuat Bea kaget. Ia mendongak dan menemukan Naka yang tengah tersenyum teduh.
"Thank you,"
Laki-laki tersenyum lebih lebar. Tangannya terangkat untuk mengelus puncak kepala Bea dengan lembut.
"Kamu kayak lagi banyak masalah, Be."
Naka adalah laki-laki paling baik dan perhatian yang pernah dikenal Bea. Tutur katanya lembut, sopan dan tenang. Gesturnya yang perhatian juga kadang membuat orang-orang disekitarnya jadi nyaman.
Dulu sekali pernah terjadi keributan karena banyak sekali yang menyangka bahwa Naka seperti mempermainkan semua orang, sampai pada satu titik akhirnya membuat semua orang sadar bahwa Naka hanya baik. Naka hanya baik pada semua orang. Tanpa terkecuali termasuk Bea.
"Aku lagi galau, mas."
Naka menatapnya heran. Bea bukanlah tipikal orang yang gampang galau.
"Masih PCD?"
Pertanyaan Naka yang diluar ekspektasi membuat Bea tergelak.
"Pengen nonton yang di Jepang. Tokyo Dome nya bagus banget."
Laki-laki itu tersenyum lebar. "Mau ambil cuti lagi?"
Bea langsung menggeleng. "Tapi akhir Desember mereka mau kesini lagi,"
"Lho? Konser di ICE lagi?"
"Di GBK Madya. Outdoor."
"Kenapa gak di Stadion Utama? Karena mau dipake AFF, ya?"
Bea menggeleng. "Gak ngerti. Tapi bisa jadi sih,"
"Terus kenapa masih galau?"
"Soalnya outdoor. Terus kan aku maunya standing, tapi takut gak kuat."
Naka tergelak. Tangannya membuka bungkus roti lalu memotong dua dan menyodorkan setengah pada perempuan itu.
"Mau aku temenin?"
Bea membelalak. "Kamu mau nemenin aku nonton konser? Kpop? SEVENTEEN?!"
Naka hanya mengangguk kalem. "Lagu yang kemarin kamu kirim itu enak banget. Liriknya juga bagus,"
Bea menggebrak meja. Mulutnya masih penuh dengan roti namun ia tidak bisa menahan diri.
"Janji?"
"Iya, janji."
"Soundcheck, ya."
"Ha? Kenapa jadi soundcheck? Volunteer gitu?"
Gadis itu tergelak.
"Bukan. Maksudnya kita package yang bisa nonton mereka lagi soundcheck juga, ya. Mereka belum pake make up."
"Oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
So Do I [FIN]
ChickLitWARNING : TRIGGER WARNING, SUICIDAL THOUGHT, MENTAL ISSUE. -- JANGAN BACA KALO KAMU GA NYAMAN ATAU PUNYA ISSUE YANG BISA KE TRIGGER YA. -- KONTEN DEWASA : 21+ -- Bea Edina adalah manusia paling absurd. Kecintaannya pada semua hal aneh sudah tidak b...