41

1.2K 140 2
                                    

"I want to be your tomorrow. So I lived today."--Thanks by Seventeen

---

"Hai, Pak."

"Hai, bae."

Panggilan itu membuat Bea tergelak. Ia mengerling ke arah Gavin yang tampak melirik mereka padahal laki-laki itu masih sibuk dengan Pras dan Sena membahas soal persiapan kegiatan gathering yang akan mereka lakukan tiga hari lagi.

"Lo tahu gak mereka lagi berantemin apa?"

Bea langsung menggeleng. Gilang mendekat lalu berdiri sangat dekat dengan kursi yang Bea duduki lalu berkata dengan suara pelan.

"Sena mau ke Pangalengan. Tapi Gavin cuman ngasih budget untuk ke bogor. Pras jadi pusing harus gimana."

Baru saja kalimat itu rampung, suara Gavin terdengar menggelegar.

"Gak ada. Lo cuman akan buang-buang budget tanpa menghasilkan apa-apa."

Sena langsung merengut mendengar hal itu. "Kalo hasil yang lo maksud itu adalah uang, memang gak ada. Lo tahu gak sih fungsi gathering itu apa sebenarnya?!"

Pertanyaan sengit itu membuat semua orang yang tadinya sibuk dengan kegiatan masing-masing langsung menoleh pada sumber suara. Pasalnya Sena dan Gavin tengah adu mulut di meja Pras yang letaknya amat sangat strategis karena berada di tengah-tengah.

Sang punya meja langsung mundur dengan kursinya perlahan menuju Naka yang tampak menatap keributan itu dengan datar.

"Kayaknya pacar kamu itu beneran gak bisa senang-senang, deh."bisikan kembali terdengar di telinga Bea. Sebenarnya tidak bisa disebut bisikan karena suara itu mendapat respon seperti anggukan dari Via dan Suci yang entah sejak kapan bergabung dengan mereka di meja Bea.

Ditengah pandangan, Gavin tampak mendengus pada Sena.

"Kalo tujuan gathering ini untuk refreshing dan meningkatkan kedekatan antar karyawan, makan malam atau sehari di bogor udah cukup."

"Masyaallah!"

Semua orang tahu kelakukan Sena di luar sana, semua orang langsung kaget mendengar seruan laki-laki itu. Jika Sena sudah bawa-bawa Tuhan, berarti Gavin memang keterlaluan.

"Pantes nama lo itu Janardana."

"Maksud lo apa?"

"Soalnya lo kekurangan dana mulu!"

Oke. Perdebatan mereka mulai tidak karuan. Gilang akhirnya bangkit dari samping Bea lalu menuju ke arah keduanya. Merangkul dua orang itu untuk ia giring menuju ruangannya.

"Sebentar lagi lo berdua bakal adu bacot kayak bocah. Sebelum lo terlanjur malu diliat anak-anak, mari kita selesaikan ini dengan kepala dingin."

Sepeninggal ketiganya, semua orang mulai kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Bea yang tadi ingin menghampiri Pras dan Naka kembali melangkahkan kaki menuju mereka. Menyerahkan beberapa laporan yang diperlukan.

"Ini rencana belanja yang sudah di-approve sama Mas Gavin dan Mas Sena. Boleh ditinjau lagi sebelum dibuatkan kontrak sama Agnes. Kalo ada yang gak sesuai boleh dikasih catatan. Biar gue bisa ajuin ulang nanti,"

Keduanya mengangguk bersamaan. Ketika Bea sudah akan melangkah kembali ke mejanya, Suci tiba-tiba bercelutuk padanya.

"Bea, gak mau nonton konser Seventeen lagi? Temen gue bikin story gitu di instagramnya."

Bea menoleh dengan wajah sumringah. "Mau. Lo mau nemenin gue, Ci? Yang di Tokyo Dome, yuk. Sumpah pasti seru banget!"

Tentu saja wanita itu menggeleng cepat. "Ya kagaklah."serunya. Gadis itu lalu mengerling ke arah Naka sebelum menggoda keduanya. "Kenapa gak sama Naka aja?"

So Do I [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang