14

1.9K 203 5
                                    

"Tidak ada akhir dari impian. Tetapi tidak apa-apa untuk beristirahat hari ini."--Woozi of Seventeen

---

Hujan sudah mulai mereda. Pintu masuk sudah terbuka menuju stadion madya yang menjadi venue konser hari ini. Meskipun cuaca yang kurang mendukung tetapi semua orang yang ada di sana sangat bersemangat.

Termasuk Bea.

Senyum tidak pernah luntur dari wajahnya, walaupun tertutup masker, Naka dapat melihat binar yang terpancar dari kedua mata gadis manis itu.

"Jangan lari, Be."

Bea langsung menurut ketika jemarinya digenggam oleh Naka. Namun langkahnya tetap cepat.

"Nanti ga bisa mepet pager, Mas."

Naka tidak mengerti maksud Bea, namun ia mengikuti langkah cepat gadis itu. Beruntung sekali keinginan Bea terwujud, mereka bisa mendapatkan tempat tepat di depan extended stage. Posisi yang menurut Bea sangat ia suka. Sekali lagi Naka hanya mengangguk karena ia tidak mengerti.

Di antara banyaknya manusia di sana, Bea tidak tampak resah seperti yang dilihat Naka jika gadis itu bertemu dengan orang-orang asing. Satu hal yang menimbulkan tanya pada laki-laki itu.

Sekitar hampir pukul empat sore, beberapa orang yang menggunakan jas hujan berwarna abu-abu muncul dan berseru.

Tidak pernah Naka sangka dan Naka kira bahwa telinganya langsung berdenging atas reaksi dari para perempuan yang berada di sekitarnya. Mereka berlomba meneriakkan berbagai macam nama yang asing di telinga Naka.

Ketika ia menolah, Bea tampak sibuk dengan ponselnya dengan sesekali bergumam.

"Wonwoo yang mana?"

Bea menoleh lalu menunjuk seorang laki-laki yang tampak masih menggunakan jas hujan disaat anggota bandnya yang lain sudah melepaskan. Laki-laki yang menggunakan kacamata dan masker yang menutupi setengah wajahnya.

"Anaknya mager. Kebanyakan di main stage."

Naka tertawa mendengar keluhan itu. Namun Bea tetap saja tersenyum mengambil foto dan video semua orang yang ia inginkan.

Ketika seorang laki-laki memakai kemeja kuning kecoklatan dan celana jeans mendekat ke bagian mereka, semua orang meneriakkan namanya.

Bea mendekat pada Naka untuk mebisikkan sesuatu.

"Yang itu mirip kamu. Sabar, baik, penyayang, senyumnya adem."

"Namanya Shua?"

Pertanyaan Naka semata-mata hanya karena teriakan semua orang.

Bea mengangguk. "Joshua."

---

Setelah sesi soundcheck yang hanya menyanyikan tiga lagu, Bea memilih untuk duduk lesehan sembari bersandar pada baricade yang kokoh. Disampingnya Naka langsung mengulurkan air mineral yang langsung diterima gadis itu dan meneguknya tanpa basa-basi.

"Kamu akan kehabisan suara kalo kebanyakan teriak kayak gitu."

"Namanya konser kak. Kalo gak teriak gak afdol."

Bukannya Bea, ucapannya justru dibalas oleh seorang gadis yang duduk di hadapan Bea. Kini semua orang tampak biasa saja mendengar semua obrolan lalu akan saling menyahuti.

"Kakaknya cuman nemenin atau carat juga?"

Naka langsung menggeleng. "Nemenin. Tapi baru denger lagunya semingguan ini."

"Wah. Asik banget nonton konser ditemenin pacar."

Naka tidak lagi berniat menanggapi seperti tadi ketika antri, Bea juga tidak ada keinginan meluruskan. Gadis itu tampak menikmati pemandangan di hadapannya. Naka sedang meladeni banyak pertanyaan iseng dari para penggemar.

So Do I [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang