"But, if I just give up and leave, I just thought that is wasn't the right thing to do. I think I just decided to bite bullet."--Joshua of Seventeen
---
"Lo bikin Agnes nangis kenapa, Sen?"
Sena langsung menggeleng cepat. Takut-takut ia menatap Agnes yang masih tampak tidak ingin menoleh ke arahnya.
"Tapi wajar banget cowok mikir gitu. Apalagi kalo gaji lo udah dua dijit. Egonya bakal kesentil lah,"
Ucapan Ardi, bagian marketing, yang menjadi salah satu rombongan sirkus--seperti yang biasa Bea sebut, bercelutuk.
Kalimat yang dikeluarkan laki-lak itu membuat semua mata menoleh padanya.
"Terus lo mau istri lo cuman ngangkang di atas kasur menunggu lo pulang kerja?"
Dampratan Suci semakin membuat meja pantry itu semakin panas.
Bea langsung berdiri. Telunjuknya menukik pada laki-laki rombongan sirkus yang terdiri dari Bayu, Ardi, Ilman, Vincent, Naka dan tentu saja yang menjadi kepala rombongan itu adalah Sena.
"Kalo otak lo pada cuman di selangkangan doang gak usah cari istri, booking psk aja!"
Suci langsung tertawa mendengar ucapan Bea.
"Gue yakin mereka bakal jawab kalo itu gak safe. Halah gue tau isi kepala lo semua,"
Sena dan yang lain langsung tertawa.
Agnes yang tadinya sedang curhat dengan Bea dan Suci juga ikut tertawa.
"Gak ada yang bener emang kalo curhat sama lo semua,"
Vincent yang duduk paling dengan dengan Agnes sedang menepuk bahu gadis itu dengan pelan.
"Tapi ucapannya Ardi itu juga gak salah. Udah tinggalin aja,"
Bea langsung menggeleng. "Lo omongin dulu aja. Emangnya kalian mau gimana kedepannya,"
Agnes kembali galau. Matanya kembali berkaca-kaca.
"Dia orang kaya gak? Atau gajinya udah tiga kali lipat kali lo? Atau minimal dia anak orang kayak yang empat turunan gak akan abis kekayaannya?"
Agnes tentu saja langsung menggeleng karena ia tahu bagaimana keuangan kekasihnya.
"Tinggalin!"
Ucapan tegas itu langsung keluar dari Naka, Ilman dan Sena. Juga dari Suci.
"Tapi kan dia cinta sama Agnes."
Bea lalu mencoba membela gadis itu. Naka yang duduk disebelahnya langsung menyentuh tangan Bea untuk menahan gadis itu kembali bicara.
Sedangkan Sena mulai tampak menatap Agnes dengan serius. Suci kini juga menatap ke arah Bea sembari tersenyum kecil.
"Gue gak tahu keadaan keluarga lo gimana. Tapi jadi sandwich generation itu gak gampang, Be. Selain orang tua yang harus lo tanggung hidupnya sampai nanti mereka pergi, ada kehidupan dibawah lo yang harus lo sanggupi. Apalagi nanti kalo lo punya anak,"
Ucapan itu benar-benar membuat Bea terdiam. Tubuhnya kini langsung melemas dan bersandar di kursi. Ia mulai menarik benang merah yang kini membuat Agnes merasa terikat.
Sena menepukkan tangannya. Menunjuk Suci dengan tatapan penuh persetujuan.
"Jadi kalo cowok lo minta lo resign setelah nikah tapi dia gak mampu dan gak mau biayain semua yang harus lo tanggung sekarang dan sampai nanti, tinggalin. Dia cuman pengen memuaskan egonya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
So Do I [FIN]
ChickLitWARNING : TRIGGER WARNING, SUICIDAL THOUGHT, MENTAL ISSUE. -- JANGAN BACA KALO KAMU GA NYAMAN ATAU PUNYA ISSUE YANG BISA KE TRIGGER YA. -- KONTEN DEWASA : 21+ -- Bea Edina adalah manusia paling absurd. Kecintaannya pada semua hal aneh sudah tidak b...