"You don't have to force yourself to get over something right way. You're allowed to sit in your pain, your frustation, your exhaustion, whatever it may be, because you're only human."--Joshua of Seventeen
---
Hidupnya selalu berjalan dengan datar dan berlangsung begitu setiap hari. Ia tidak tahu siapa orang tuanya. Dibesarkan di sebuah panti asuhan di pinggir kota Bekasi membuat Bea tidak pernah ingin tahu ia lahir dari keluarga mana. Sehari-hari ia hanya sekolah, lalu pulang dan melakukan apa saja yang bisa ia lakukan.
Bu Ranti, pengurus panti selalu punya ide kreatif yang bisa mereka lakukan setiap hari. Kadang Bea ikut kelas membuat pernak-pernik yang nanti bisa dijual kembali, atau menggambar bersama anak-anak yang ternyata memiliki bakat seni luar biasa. Bea tidak pernah tahu apa yang menjadi kelebihannya, semua ia ikuti hanya untuk mengisi waktu luang.
Jika tidak ada yang bisa menarik perhatiannya, Bea akan duduk di sebuah rumah pohon yang berada di belakang panti. Bermenung menatap matahari sampai hilang ditelan malam. Hanya itu yang ia lakukan.
Kecuali Manda mengajaknya melakukan hal-hal seru. Manda juga anak panti yang memiliki jarak lumayan jauh dengannya. Ketika ia masih sekolah dasar, Manda sudah mulai masuk SMA. Jadi bersama Manda ia merasa ada seseorang yang menyenangi keberadaannya.
Sampai akhirnya ketika ia baru saja masuk sekolah menengah pertama dan Manda yang menjelma benar-benar menjadi bagian pengurus panti, seorang wanita cantik memakai pakaian mewah datang. Namanya Miranda. Mirip dengan nama Manda.
Miranda mengatakan bahwa keluarganya ingin merawat Bea dan ikut pindah ke Jakarta. Bu Ranti dan Manda tentu sangat senang mendengar kabar tersebut. Mereka sangat menginginkan Bea untuk bisa hidup lebih layak dan dapat pendidikan yang juga pasti lebih terjamin. Jadi yang dilakukan Bea hanyalah menganggukkan kepala.
"Nanti Bea masih bisa main kesini kalo kangen sama panti. Kak Manda gak akan kemana-mana."
Itu dulu janji mereka. Bea akan sering ke panti untuk tetap bisa bermain bersama Manda.
Miranda lalu membawanya ke sebuah rumah mewah di daerah Jakarta Selatan. Mengenalkannya pada kakak adik bernama Alby dan Aruna Purwanto yang katanya akan menjadi kakaknya nanti. Aruna hanya selisih tiga tahun dengannya karena ketika Bea datang, gadis itu baru saja masuk SMA. Lain dengan Alby yang sudah hampir merampungkan kuliahnya.
Kedatangannya disambut hangat setidaknya oleh Alby. Aruna terang-terangan tidak menyukainya. Dan Miranda tampak lebih cuek lagi. Tidak ada kehangatan seperti yang diperlihatkan di panti ketika membawa Bea pergi.
Bea akhirnya masuk ke sekolah yang sama dengan Aruna. Bertemu dan menjalin persahabatan dengan Ditta di sana. Perlahan-lahan Bea mulai tahu bahwa dirinya sebenarnya tidak diinginkan menjadi bagian keluarga di rumah mewah itu. Apalagi setelah Miranda mengajaknya untuk pindah ke sebuah apartemen yang tidak jauh dari sekolah. Memberikan fasilitas supir dan seorang asisten rumah tangga untuk mengurus keperluannya.
Bea akhirnya menyadari bahwa ia baru saja diasingkan dari dunia. Dan ketika dirinya sudah menginjak tujuh belas tahun, Aruna datang dan menumpahkan semua kemarahan.
Gadis itu berteriak bahwa seharusnya Bea tidak lahir kedunia ini. Seharusnya tidak pernah ada Bea sehingga keluarganya yang dulu harmonis tidak akan hancur. Aruna melemparkan beberapa berkas padanya sebelum pergi begitu saja.
Dalam beberapa kertas itu Bea menyadari namanya bukan hanya Bea Edina. Nama aslinya adalah Beatrice Edina Purwanto. Anak biologis dari seorang pejabat penting kala itu. Bea tidak pernah bertemu laki-laki bernama Galih Purwanto tersebut. Tidak pernah ia pikirkan bahwa takdir akan membawanya sejauh itu. Dan itu saat pertama kali Bea merasa bahwa memang dirinya tidak pernah diinginkan untuk lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Do I [FIN]
ChickLitWARNING : TRIGGER WARNING, SUICIDAL THOUGHT, MENTAL ISSUE. -- JANGAN BACA KALO KAMU GA NYAMAN ATAU PUNYA ISSUE YANG BISA KE TRIGGER YA. -- KONTEN DEWASA : 21+ -- Bea Edina adalah manusia paling absurd. Kecintaannya pada semua hal aneh sudah tidak b...