"Setelah perjalanan melelahkan ini berakhir. Kita akan menjadi sesuatu yang belum pernah dilihat dunia."-Dino of Seventeen
---
Banyak sekali hal yang menjadi pelarian bagi seseorang, selain kesukaan atau biasa disebut hobi, tidak jarang hal-hal yang kadang dilihat seseorang berlebihan justru menjadi hal yang paling bisa menyelamatkan seseorang.
Itulah yang dilihat Naka dari Bea.
Laki-laki itu tidak berhenti tersenyum ketika menatap Bea tampak sangat bersemangat sedari mengantri untuk masuk ke dalam holding area untuk konser yang nanti akan digelar.
Bea berulang kali berseru senang walaupun gadis itu sangat kepanasan. Naka melepas topi baseball yang ia gunakan lalu menyematkan pada kepala Bea membuat gadis itu menoleh.
Karena ramainya orang, Naka lalu mengulurkan tangan untuk bisa digenggam oleh Bea. Menjaga langkahnya yang memang sedikit ceroboh.
"Ini langsung masuk ke stadionnya?"
Bea menggeleng. "Antri untuk lanyard dulu. Kalo soundcheck kita dapet lanyard gitu. Biar masuknya sesuai urutan."
"Hm oke."
"Terus nanti kita foto di booth-nya juga ya. Ada playground gitu,"
Naka kembali mengangguk. Melangkah menuju tempat pengambilan lanyard. Melihat banyaknya antrian membuatnya menoleh pada Bea.
"Antrinya sebanyak itu?"
Melihat ekspresi Naka membuat Bea tergelak. Ia lalu menunjuk bagian pinggir stadion yang teduh.
"Tunggu disana aja mau gak selagi aku ambil lanyard?"
"Kamu antri sendiri?"
"Itu kan banyak orang."
Naka tersenyum. "Maksudnya kamu nyuruh aku neduh dan kamu yang ambil sendiri?"
Bea mengangguk. Gadis itu tetap bersemangat. Naka tentu saja langsung menggeleng.
"Gak lah. Mending kamu yang neduh, aku yang antri."
"Ih aku suka antri begini."
"Yaudah, kita antri bareng."
Bea kembali bersemangat. Mereka lalu mengantri bersama, Bea terus-terusan bercerita tentang pengalaman konsernya selama ini.
"Biasanya kamu sama siapa?"
"Kalo Ditta ga bisa nemenin biasanya sendiri. Nanti jadi kenalan sama yang lain."
"Strangers?"
"Iya. Tapi karena sama-sama suka Seventeen jadi nyambung aja. Apalagi kalo udah ngomongin bias,"
"Bias?"
Karena Naka tampak tertarik, Bea semakin bersemangat.
"Bias itu kayak orang yang paling kita suka."
"Kamu sukanya siapa?"
"Wonwoo."
Alis Naka terangkat. "Yang cover knees itu?"
Bea mengangguk cepat.
"Kamu kenapa suka dia? Bukannya yang lain juga suaranya bagus-bagus?"
Pertanyaan Naka membuat Bea tergelak.
"Padahal sebelumnya Mas Naka ngomong muka mereka belang lah, make up ketebalan lah."
Giliran Naka yang tertawa. Apalagi ketika beberapa orang yang di depan mereka melirik kearahnya mendengar suara Bea.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Do I [FIN]
ChickLitWARNING : TRIGGER WARNING, SUICIDAL THOUGHT, MENTAL ISSUE. -- JANGAN BACA KALO KAMU GA NYAMAN ATAU PUNYA ISSUE YANG BISA KE TRIGGER YA. -- KONTEN DEWASA : 21+ -- Bea Edina adalah manusia paling absurd. Kecintaannya pada semua hal aneh sudah tidak b...