"My other half isn't here, so how can I live now? I don't wanna cry even through I have a lot of tears."--Dont Wanna Cry by Seventeen
---
"Bea!"
Panggilan itu mengalihkan perhatian Bea. Ia sedang menghabiskan makan malam bersama Agnes, Suci, Ardi dan Vincent ketika Naka datang bersama Pras. Via yang baru saja kembali dari toilet langsung menyerbu Naka dengan seringai menyebalkan.
"Mas Naka! Tadi ada cewek nyariin. Katanya Mas Naka nolak jadi pacarnya dia."
Suitan langsung terdengar. Pras yang sudah berbaikan dengan Naka bahkan sudah meninju pelan lengan atas laki-laki itu. Sedangkan yang digoda hanya mengernyit lalu mendekat pada Bea. Memilih duduk disamping gadis manis itu.
"Pulang jam berapa? Bareng yuk."
Jika biasanya Naka akan bertanya dan meminta izin, kini laki-laki itu lebih banyak mengajak. Dan Bea lagi-lagi harus membuat kebohongan.
"Aku pulang bareng Mas Gavin."
Vincent yang duduk di samping kirinya melongo. "Sejak kapan Pak to be Mas?"
Melihat hal itu membuat Bea berdehem. Menolak menatap Naka yang masih meneliti wajahnya.
"Kamu beneran sama...dia?"
Pertanyaan itu datang lagi. Bukan hanya Naka yang sekarang ingin tahu, tapi semua orang di meja panjang itu sudah terdiam seolah juga menunggu jawaban yang akan dikeluarkan oleh Bea.
"Aku kan udah jawab waktu itu. Aku rasa itu udah ngejawab semuanya sih."
Suci langsung mendengus. Ia menatap Bea dengan sebal. "Lo kan gak suka sama dia, Be. Kenapa tiba-tiba jadi deket gitu sih? Gue melewatkan apa sih sebenernya?"
Vincent mengangguk. Begitu juga dengan yang lainnya.
"Lo enggak lagi bohong cuman karena mau Naka mundur, kan?"
Bea mengernyit mendengar pertanyaan Ardi lalu menggeleng pelan. Ia terkekeh. "Kenapa juga gue harus bohong?"
Vincent kembali menyenggol lengannya. "Kali aja lo insecure karena ternyata Naka bukan orang sembarangan."
Sialan Vincent.
Dengan cepat Bea langsung menguasai diri dengan tawa. Ia menoleh pada Naka lalu mengerling singkat.
"Lagipula Mas Naka ini punya cewek yang juga bukan orang sembarangan."
Via langsung mengangguk setuju. "Jauh lebih cantik lagi dari Bea."
Walaupun berada dipihaknya, Via juga menyebalkan seolah mengatakan Bea lebih jelek dibandingkan gadis yang bahkan belum genap dua puluh tahun tersebut.
Pras menepuk bahu Naka lalu bersiul. "Mungkin udah saatnya lo move on, bro. Walaupun lo Gautama tapi disini jabatan lo lebih rendah dari pacarnya Bea. Bea pasti mau yang lebih mapan dan matang."godanya
Naka hanya tersenyum masam. Tidak berniat menanggapi godaan teman-temannya. Apalagi kini perasaannya pada Bea seolah sudah menjadi rahasia umum. Semua orang di Abhyakta tahu bahwa dirinya memang mendekati gadis itu.
"Belum pada pulang?"
Suara itu membuat semua orang menoleh. Gilang dan Sena sedang berjalan menuju meraka dengan tas masing-masing. Di belakangnya Gavin berjalan mengikuti.
Bea langsung bangkit dari duduknya. Berjalan mendekat pada Gavin lalu merangkul lengan laki-laki itu.
"Udah kelar?"
Gavin awalnya mengernyit heran namun ketika matanya menemukan Naka yang tengah menatapnya tajam membuatnya menarik napas pelan. Lalu membawa tubuh Bea dalam rangkulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Do I [FIN]
ChickLitWARNING : TRIGGER WARNING, SUICIDAL THOUGHT, MENTAL ISSUE. -- JANGAN BACA KALO KAMU GA NYAMAN ATAU PUNYA ISSUE YANG BISA KE TRIGGER YA. -- KONTEN DEWASA : 21+ -- Bea Edina adalah manusia paling absurd. Kecintaannya pada semua hal aneh sudah tidak b...