"I'm out of breath. Running to you on a dark shadow night."--If You Leave Me by Seventeen
---
"Jangan mati dulu. Kan belum ketemu Wonwoo dan Seventeen."
"Gue sudah ketemu Wonwoo dan Seventeen. Gue sudah boleh mati sekarang, kan, Dit?"
"Kematian itu cuman dilapisi kabut tipis, Ditta."
"Mungkin kalo nanti gue mati, terus punya kesempatan reinkarnasi gue bakal tetap nyari lo buat jadi sahabat, Dit. Tapi nanti hidup kita cuman akan ada bahagia."
"Iya-iya, gue yang nemenin lo jalan di altar buat ngucap janji pernikahan sama si keong itu."
"Dit kalo gue mati dan reinkarnasi, gue mau jadi istrinya wonu aja. Gila tu orang ganteng banget. Gue mau deh nuker apa aja biar bisa jadi istrinya."
"Dittaaaa, gue gak jadi deh mati muda. Gue mau nikah pake lagu Same Dream, Same Mind, Same Night."
"Kalo nanti boleh milih, gue mau mati dipelukan lo ya, Dit? Temenin gue kenalan sama malaikat mautnya."
"Sialan, Bea. Kenapa bukan di pelukan gue?!"
Jeritan itu membuat semua orang yang ada di sana menoleh. Pasalnya sejak semalam tidak ada satupun suara yang keluar dari mulut gadis itu. Juga tidak ada air mata yang mengalir. Tidak ada yang dilakukannya selain tetap berada di samping peti mati sahabatnya hingga terkubur di tanah samping makam Gavin.
Beberapa orang mencoba mengajaknya bicara, tapi Ditta tetap bungkam. Tidak ada sedikitpun keinginan untuk menanggapi. Sampai akhirnya tanpa sengaja ia menatap seorang laki-laki yang tampak juga sama berantakannya menatap makam yang sama.
Laki-laki memakai pakaian serba hitam. Dijari kelingking kanannya tersemat sebuah cincin. Tangan itu menggantung gontai di sisi tubuhnya. Sedang tangan kiri laki-laki itu menggenggam sebuah buket bunga mawar dan lily putih dengan kuat. Dengan kacamata hitam, laki-laki itu seolah menyembunyikan apa yang tersembunyi di sana. Laki-laki itu diapit oleh dua orang sahabatnya yang juga berpakaian yang sama. Yang mengenalkan diri sebagai Ryan Sanjaya dan Dewa Adiwangsa. Sesaat Ditta merasa bahwa keberadaan mereka juga ingin ia singkirkan seperti yang lainnya.
"Gak perlu, sayang. Kita gak perlu mencari seseorang untuk disalahkan."
Ditta menoleh pada Gerry yang berbisik pelan. Suaminya itu merangkul bahunya dengan lembut. Menyembunyikan tangis yang sama dengan kacamata hitam seperti semua orang.
"Menurut kamu, Bea sekarang bahagia gak?"
Dengan yakin Gerry mengangguk. "Mereka akan sangat bahagia sekarang. Mereka memiliki satu sama lain sekarang. Gak akan ada lagi yang mengganggu mereka. Gavin pasti jaga Bea dengan baik disana."
"Kalo aku kangen Bea gimana?"
Gerry tersenyum kecil. "Kita bisa pulang kesini. Kita bisa dateng ke konser Seventeen dan ngasih tahu Wonwoo kalo ada seseorang yang begitu mencintai dia. Kita bisa melakukan banyak hal yang disukai Bea."
"Yang dia suka sama Seventeen, Ger."
"Kita bisa ketemu Seventeen terus kalo begitu."
"Kayak kita bisa aja. Mereka artis terkenal."
"We'll find the way."
"Menurut kamu kalo Wonwoo tahu soal Bea, dia akan gimana ya?"
"Dia pasti sangat bersyukur punya seseorang yang bisa ia selamatkan hidupnya berkali-kali. Dia pasti juga akan mencintai Bea seperti yang Bea lakukan. Dia juga pasti akan mendoakan Bea untuk terus bahagia sama Gavin."
KAMU SEDANG MEMBACA
So Do I [FIN]
ChickLitWARNING : TRIGGER WARNING, SUICIDAL THOUGHT, MENTAL ISSUE. -- JANGAN BACA KALO KAMU GA NYAMAN ATAU PUNYA ISSUE YANG BISA KE TRIGGER YA. -- KONTEN DEWASA : 21+ -- Bea Edina adalah manusia paling absurd. Kecintaannya pada semua hal aneh sudah tidak b...