46

1.2K 156 7
                                    

"Whenever you lost, I'm here for you. When we share our warmth, you'll find the way.--Jeonghan of Seventeen

---

Seperti yang sudah diprediksi, rekaman itu benar-benar menunjukkan bahwa yang mengendarai fortuner hitam malam itu adalah Venny. Perempuan yang baru saja keluar dari rumah sakit jiwa dan membuat keributan hari ini.

"Alibi soal penyakit jiwa yang dialaminya akan membuatnya mudah lepas. Gue yakin sekali Miranda gak akan membiarkan ini muncul ke publik."

Ucapan Naka sangat masuk akal. Karena itu tidak hanya akan merusak citra Galih namun juga mendatangkan badai ke bisnis keluarganya.

"Kalo boleh gue bisa mengumpulan cctv dari apartemen Bea yang biasa didatangi Aruna dari berbagai tempat. Gue yakin kita bisa mendapatkan sesuatu."

Semua orang langsung menoleh.

"Lo punya akses ke sana?"

Naka mengusap lehernya sebelum mengangguk. "Apartemen itu punya gue."

Pelototan langsung ia terima dari berbagai sudut.

"Maksudnya apartemen itu punya lo? Segitu cintanya lo sampe biarin Bea tinggal di unit lo sendiri?"

Sebelum salah paham berlanjut. Naka berdehem singkat. "Maksudnya gedung apartemen itu punya gue. Gue beli waktu baru gabung di Abhyakta biar bokap gue gak curiga kenapa gue ke daerah ini mulu."

"Gabutnya orang kaya memang beda,"celutuk Gerry.

"Dan itu kenapa lo nyaranin Bea untuk nyari apartemen disana, padahal sebenarnya lo emang udah punya unit yang bisa ditempatin sama Bea?"

Naka kembali meringis. Merasa tidak enak hati bahwa dirinya juga kebanyakan berpura-pura selama ini.

"Sorry--"

Sena yang duduk di sebelah kanan menepuk bahunya bersahabat. "Semua orang kan punya rahasia."

"Seperti rahasia kalo psikiater yang lo datengin ini tuh si mbak mantan?"

Digoda oleh Gilang membuat Sena merengut. "Gue udah move on."

"Gue pikir lo beneran serius sama Agnes,"

Wajah Sena langsung memerah. "Apaan sih lo pada."

"Gara-gara mau nolongin gue lo jadi harus membuka lama dan ketemu si mantan, Sen."

"Halah dia juga paling seneng, Gav. Itu modusnya dia doang. Ini anak kan penganut sistem sambil menyelam minum air."

"Bisa gak lo berdua berhenti godain gue?"

Dengusan Sena membuat semua orang akhirnya tertawa. Lalu kembali fokus pada topik pembicaraan mereka sebelumnya.

"Tapi gue bisa minta tolong semua yang kita lakuin ini jangan sampe keluarga kalian tahu? Gue gak mau menimbulkan hal-hal yang nanti bisa mengganggu Bea lebih jauh. Apalagi Gautama berhubungan dekat sama Purwanto."

Naka dan Sena mengangguk mendengar permintaan Gavin yang didukung oleh Gerry. Mereka paham betul apa yang akan terjadi jika hal-hal ini mencuat ke media. Tak lama kemudian Sena berdecak sembari merengut.

"Gue perlu baikan sama bokap untuk bungkam media juga gak?"

Gavin langsung menggeleng pelan. "Segala sesuatu yang diluar kuasa kita gak akan bisa kita kendalikan. Gue cuman gak mau nama lo dan Naka keseret-seret kalo-kalo nanti kita benar-benar berhubungan sama hukum. Pun nanti kecium sama publik, gue dan Gerry akan langsung bawa Bea keluar dari sini."

---

Dari pintu yang terbuka terdengar suara air yang berjatuhan menabrak atap sebelum menyentuh permukaan tanah. Suara lantunan musik yang terdengar dari sudut-sudut kafe mengalun lembut diantaranya. Berpadu dengan aroma kopi yang sedang diolah oleh barista dari balik bar. Memberikan ketenangan yang tidak diharapkan.

So Do I [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang