In this fucking world, I'm the only stupid. I lost mya way, I lost my aim. Dumbest person alive. Let's just forget all of this, let's just laught through all of this. Because this comfort is meaningless. --Seventeen
---
Denting piano dari sudut kafe terdengar samar. Tumpang tindih dengan suara-suara lain yang berasal dari gesekan sendok dengan piring dan gelas, suara gelak tawa tertahan, suara langkah kaki dan suara mesin kopi dari balik bar.
Sore itu tak ada yang lebih membuat semua orang ketar-ketir ketika Ryan Sanjaya tiba-tiba menghubungi Gilang untuk sedikit perubahan dalam acara yang akan berlangsung dua hari lagi. Perubahan yang 'sedikit' itu tetap membuat semua orang kalang kabut. Karena ternyata opening ceremony Sanjaya's Hotel bukan hanya sekedar acara remeh temeh seperti sedia kala, namun menjelma jadi acara pertunangan antara anak sulung Raka Sanjaya yang digadang-gadang akan segera mengambil alih posisi Raka Sanjaya dalam beberapa tahun kedepan.
"Pantas aja ada Gautama, Adiwangsa dan yang lainnya dalam daftar undangan. Ini tuh kita lagi dikerjain abis-abisan."
Umpatan Sena membuat semua orang mendengus setuju. Pasalnya sejak Ryan Sanjaya meninggalkan mereka beberapa menit yang lalu, belum ada yang berniat buka suara.
Gilang bahkan masih sibuk menatap tablet yang sedang ia pegang. Layarnya menunjukkan beberapa daftar permintaan Ryan Sanjaya untuk menambah sentuhan dalam acara dua hari lagi.
"Persiapan kita sudah 99%. Gak ada yang kurang lagi kecuali kesiapan dari kita sendiri. Kalo acaranya berubah dalam waktu singkat seperti ini, kita harus rombak semuanya."
Ucapan Pras sangat tepat namun tidak ada yang mau menanggapi. Baik dari Gilang, Sena, Gavin ataupun yang lainnya.
Hingga akhirnya Naka menghela napas panjang sebelum menarik perhatian semua orang.
"Gue rasa kita harus jalan seperti rencana awal. Pertunangan itu bukan inti dari acara, gue rasa Raka Sanjaya bahkan gak tahu rencana ini."
Semua orang kompak menoleh.
"Maksud lo gimana?"
Naka lalu menunjuk tablet di tangan Gilang. "Dia cuman minta diselipin waktu kosong antara sambutan Raka Sanjaya dan sambutannya sendiri. Gue rasa Ryan Sanjaya cuman ingin waktu untuk bikin drama di acara ini."
Sena langsung tergelak. "Mereka bukan keluarga sembarangan. Lo pikir Ryan Sanjaya mau susah-susah dateng kesini cuman untuk meminta kita mengacaukan acaranya sendiri?"
Mendengar hal itu membuat Naka bergerak gelisah. Ia mengusap wajahnya sebelum menatap Gilang meminta persetujuan.
"Memangnya untuk apalagi mereka gunain saja kita kalo bukan untuk hal-hal seperti ini? Dia bisa milih EO yang jauh lebih bagus kalo memang untuk acara pertunangan."
Naka benar.
Gavin langsung berdehem singkat. Menarik atensi semua orang.
"Seperti yang kita semua tahu, aneh sekali Sanjaya milih Abhyakta dibandingkan company lain yang jauh lebih bagus dan terkenal. Jika bukan ada campur tangan seseorang, gue rasa kita gak akan sampai di titik ini."
Naka langsung membuang wajah ketika laki-laki itu mengerling kearahnya.
"Sanjaya adalah klien. Keinginan klien mutlak harus kita turutin."
Ucapan Gilang akhirnya membuat semua orang mengangguk paham.
"Jadi?"Bea akhirnya membuka suara ketika para laki-laki itu selesai berdebat.
"Tetap pada rencana awal. Persiapan kita juga sudah selesai. Penuhi keinginan mereka sebaik mungkin. Hindari hal-hal yang akan jadi masalah."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
So Do I [FIN]
ChickLitWARNING : TRIGGER WARNING, SUICIDAL THOUGHT, MENTAL ISSUE. -- JANGAN BACA KALO KAMU GA NYAMAN ATAU PUNYA ISSUE YANG BISA KE TRIGGER YA. -- KONTEN DEWASA : 21+ -- Bea Edina adalah manusia paling absurd. Kecintaannya pada semua hal aneh sudah tidak b...