"Melakukan yang terbaik itu bagus. Tetapi tidak apa-apa untuk istirahat ketika kamu merasa kelelahan--Jenghan of Seventeen
---
"Lo gila ya?!"
Bea langsung memasang wajah hampir menangis. Ia menjatuhkan kepala diatas meja kayu tersebut.
"Kenapa lo gak nelfon gue sih?"
"Mana kepikiran, Dit. Namanya juga lagi mabuy. Gue juga gak sadar kenapa gue bisa masuk kesana. Tau-tau pas bangun gue udah di sana aja."
Ditta memijit pelipisnya sembari menghela napas berkali-kali.
"Lo gak boleh minum lagi kalo bukan sama gue. Ini udah kali ketiga lo betingkah gak jelas gini."
Mendengar hal itu tentu saja Bea mengangguk cepat. Daripada Ditta semakin bawel memarahinya.
"Jangan-jangan dia juga yang naroh lo di pos satpam? Tapi kenapa kali ini dia bawa lo masuk ke unit dia? Kenapa gak dititip di satpam lagi aja?"
Mendengar praduga Ditta membuat Bea menganga. Matanya membulat.
"Jangan-jangan dia orang yang sama, Dit? Gimana kalo ternyata kemaren-kemaren dia lagi sama pacarnya jadinya gue dititip di satpam? Terus semalam dia sendiri makanya bawa gue masuk?"
Ditta ikut membelalak.
"Atau jangan-jangan dia udah punya istri?! Gimana kalo gue diapa-apain selama ini tapi gue gak sadar?!"
Melihat lengan Bea yang saling melingkar membuat Ditta akhirnya mendengus.
"Gak usah hiperbola. Ngeliat lo mabok kayak orang gila sama muntah aja pasti dia juga udah eneg duluan."
Ejekan namun berisi fakta itu membuat Bea akhirnya kembali merengut. "Untung gue gak inget muka tuh orang. Kalo gak gue pasti malu banget,"
Sebuah jitakan langsung menyapa kepalanya membuat Bea mengeluh.
"Justru lo harus tahu dia siapa. Ntar lo minta cek cctv aja."
"Ihh buat apa? Gak mau ah."
"Mengucapkan terima kasih karena udah nolongin lo sampe tiga kali, Bea Edina. Lo gak punya tata krama emang ya?!"
"Kalo gue diketawain gimana?"
Pesanan mereka lantas datang bersamaan dengan datangnya pria yang ditunggu oleh Ditta. Ia langsung bangkit menyambut kekasihnya dengan pelukan.
"Macet banget ya?"
Gerry mengangguk. Ia lalu mengedik pada laki-laki yang datang bersamaan dengannya.
"Kenalin ini Gavin. Temen aku yang baru dateng dari Berlin, yang kemarin aku ceritain."
Ditta mengulurkan tangan dan menjabat laki-laki itu sembari mengenalkan diri. Ketika ia menoleh untuk menyuruh Bea juga berkenalan, wanita cantik itu sudah akan melarikan diri dari sana.
"Lo mau kemana?"
Bea tidak mengangkat wajahnya. Ia hanya menggeleng sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Be, lo kenapa sih?"
Tangan Ditta yang bersiap meraih Bea dikalahkan oleh jemari Gavin yang sudah meraih tas tangan gadis itu. Membuat Bea akhirnya mengangkat wajah.
"Gak usah kabur!"
Mendengar hal itu Bea langsung meringis. Ia menarik kembali tasnya lalu menatap Ditta dengan nelangsa.
"Dia atasan gue yang baru, Dit."cicitnya pelan.
Bukan hanya Ditta, Gerry juga menganga ditempatnya.
"Yang...itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
So Do I [FIN]
ChickLitWARNING : TRIGGER WARNING, SUICIDAL THOUGHT, MENTAL ISSUE. -- JANGAN BACA KALO KAMU GA NYAMAN ATAU PUNYA ISSUE YANG BISA KE TRIGGER YA. -- KONTEN DEWASA : 21+ -- Bea Edina adalah manusia paling absurd. Kecintaannya pada semua hal aneh sudah tidak b...