Mata Faqih membulat sempurna, tidak percaya dengan apa yang di lihatnya, saat ini istrinya itu memakai baju dinas malam yang sangat menggoda imannya, ia bukan pria polos yang tidak tau maksud istrinya itu, Faqih ingat baju itu seperti isi kado yang diberikan Yuda saat di hari pernikahannya.
Faqih mengalihkan pandangannya ketika Syifa menatapnya dengan menggoda, ia berjalan masuk ke kamar mandi, raut wajah Syifa langsung berubah cemberut ia kesal mengapa tidak ada respon sama sekali dari suaminya, seolah-olah tidak tertarik padanya, padahal ia sudah memakai lingerie yang menurutnya sudah terlihat sexy.
"Ihh udah sexy kayak gini di anggurin, jangan-jangan Gus Faqih ga normal, eh tapi kalo ga normal ga mungkin 'kan tadi sore ngajak mandi bareng, emm mungkin Gus Faqih mau ganti baju dulu, yaudah deh Syifa tunggu aja."
Syifa duduk di kursi depan cermin rias, sembari menunggu suaminya keluar ia membaca-baca buku catatannya saat di Pesantren dulu, ia membaca bagian tentang sunah-sunah sebelum melakukan hubungan suami istri, ia sudah mempelajari kitab berisi tentang itu saat di Pesantren, ia hanya ingin mengingatnya lagi karena ada bagian doa dan niat yang ia lupa.
Tidak berselang lama Faqih keluar kamar mandi, mata Syifa lalu menyorot ke arah suaminya seperti biasa Suaminya itu memakai kaos polos saat akan tidur tapi ia heran kenapa Faqih memakai bawahan sarung biasanya memakai celana sebatas lutut, Syifa mengerutkan keningnya saat melihat Faqih mengambil sajadah dan memakai peci.
Ia jadi bingung Suaminya akan sholat apa di jam segini, bukankah Faqih sudah sholat isya berjamaah di Masjid, Oh sekarang Syifa tau pasti suaminya akan melaksanakan sholat witir.
"Masih punya wudhu?" tanya Faqih sambil memberikan mukena pada istrinya, Syifa semakin bingung sekarang ia hanya menggelengkan kepalanya karena memang wudhunya sudah batal sejak tadi.
"Wudhu dulu gih sana! kita sholat," ucap Gus Faqih lagi. Syifa menerima mukena yang suaminya berikan.
"Oh Gusnya ngajak Syifa sholat witir?" ucap Syifa dengan nada bicara seperti bertanya karena ia masih bingung.
"Bukan sholat witir," jawab Gus Faqih.
"Hah? terus sholat apa?"
"Tuan putri ku, kamu pakai baju seperti ini berniat meminta nafkah batin ke saya 'kan? dan memberi hak suami pada saya, jadi kita sholat sunah dulu ya sebelum melakukan itu," jelas Faqih.
Syifa terdiam, kenapa ia jadi malu? ia kira Suaminya itu tidak peka terhadap keinginannya, ia menunduk saling menautkan jari-jarinya, tiba-tiba ada rasa takut yang muncul tapi kenapa? padahal tadi ia sudah siapkan mental untuk melakukan hal yang dimaksud Suaminya tadi.
"Kenapa diem hmm? perkataan saya salah ya? kalau gitu tunggu kamu siap saja, mungki saya yang terlalu kepedaan," ujar Faqih.
"Syifa udah siap kok, siap lahir batin, ngapain juga Syifa mancing syahwat Gusnya pake baju kayak gini kalo ga siap hmm a-nuan."
"Beneran udah siap? nanti jangan nangis loh dan ngomel-ngomel ke saya, pikirin dulu mateng-mateng."
"Syifa udah pikirin mateng-mateng kok dan Syifa udah siap, aku mau dapet ridho dari Allah dengan menjadi istri yang baik dan bisa melayani suami dengan baik juga, hmm tapi kenapa Gusnya tadi bilang jangan nangis? emang sakit ya kalo anuan Syifa jadi takut."
"Tidak usah takut tuan putri, ga akan sakit kok percaya aja sama pangeran, yaudah sekarang wudhu, kita sholat sunah dulu."
Syifa mengangguk lalu melangkah ke kamar mandi untuk berwudhu, lalu melangkah ke kamar mandi untuk berwudhu, setelah wudhu ia kembali dan langsung untuk sholat.
"Sudah hafal niat sholatnya? tanya Gus Faqih dan Syifa mengangguk karena memang ia telah menghafal di buku catatan sebelumnya.
"Gimana bunyinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS DUDA IS MY HUSBAND
Spiritual- Zona teka-teki 1 - Kalian baca cerita ini siap-siap jadi detektif "Menikahlah dengan suamiku dan jaga baby Hamzah." Syifa Adzkia Husna, si gadis super aktif itu harus rela menjadi ibu pengganti dan menikah dengan duda pasif yang tak lain adalah s...