Pukul 20.30 Faqih baru saja pulang mengajar para santri, ia masuk ke dalam kamar dan langsung tersenyum melihat istrinya yang sedang melantunkan ayat suci Al-Quran dengan mata terpejam sambil terus mengelus perutnya, Faqih melihat baby Hamzah sudah terlelap di tempat tidur bayi.
Faqih melangkah pelan ke arah Syifa ia tidak mau mengganggu istrinya yang sedang melantunkan ayat suci Al-Quran dengan suara yang menyejukkan hati, Faqih duduk disebelah Syifa memperhatikan wajah istrinya yang semakin cantik ketika memakai mukena warna putih itu wajahnya seperti bercahaya, tanpa sadar Faqih mengelus pelan pipi istrinya membuat Syifa menghentikan bacaannya.
Syifa membuka matanya lalu melihat ke arah samping suaminya itu tersenyum sangat manis padanya ia pun jadi ikut tersenyum.
"Kenapa Mas? butuh sesuatu?" ucap Syifa dan Faqih menggelengkan kepalanya itu berarti dia tidak membutuhkan apa-apa.
"Mas boleh tidur disini?" tanya Faqih sambil menepuk paha Syifa dan istrinya itu mengangguk memperbolehkan suaminya untuk menjadikan pahanya sebagai bantal.
Faqih berbaring dengan berbantal paha Syifa dan kakinya lurus hingga ke ujung sofa, ia sedikit miring menghadap perut Syifa lalu ia mengelus perut istrinya yang masih raya tapi ada jabang bayi di dalam sana.
"Assalamu'alaikum tifli, madha tafealin hunaka? la 'utiq aliantizar limuqabalatik , 'iinah jayid hunak."
(Assalamu'alaikum anakku, sedang apa di dalam sana? ayah sudah tidak sabar bertemu dengan kamu, baik-baik di dalam sana ya).Setelah berucap itu pada perut Syifa yang didalamnya ada buah hatinya ia mencium perut Syifa yang terhalang kain mukena, dan tangan Syifa mengelus pelan pipi Faqih.
"Mas Faqih tadi bacain doa apa?" tanya Syifa yang menganggap bahwa tadi suaminya sedang membacakan doa untuk buah hati yang ada didalam perutnya.
"Mas ga baca doa apapun," jawab Faqih.
"Terus tadi baca apa dong?"
"Mas tadi cuman ngajak anak kita komunikasi pakai bahasa Arab supaya nanti dia lahir bisa bahasa Arab," ujar Gus Faqih membuat Syifa sontak tertawa mendengar ucapan suaminya itu
"Mas emang ada bayi yang langsung bisa bicara, apalagi langsung bisa bahasa Arab, mereka harus belajar dulu," ucap Syifa yang masih tertawa.
"Ya siapa tau anak kita berbeda karena sering Mas aja komunikasi bahasa Arab saat masih didalam perut, terus nanti waktu lahir dia ga nangis tapi malah ngaji, maa syaa Allah banget 'kan halunya," ucap Gus Faqih lagi-lagi membuat Syifa tertawa hingga keluar sedikit air mata.
"Sayang, ketawanya jangan berlebihan gitu," tegur Gus Faqih.
"Iya iya ini udah berhenti kok, lagian Masnya lucu banget sih, Syifa jadi ketawa terus."
Faqih bangkit dari berbaringnya dan berposisi duduk sekarang, tangannya terulur mengelus pipi Syifa yang sudah berhenti tertawa.
"Kamu tambah cantik kalo lagi ketawa, tapi jangan berlebihan ya ketawanya ga baik, nanti ganggu Hamzah juga kalo kamu ketawa keras."
"Iya Mas maaf."
"Kita tidur yuk, bumil ga boleh tidur malem-malem apalagi sampai begadang," ucap Gus Faqih sambil mengelus kepala istrinya.
"Siap pangeran."
Faqih melangkah ke arah ranjang dan Syifa merapikan mukena yang tadi ia pakai lalu menaruhnya di tempat semula, ia sudah memakai baju tidur yang memang biasa ia pakai, Syifa selalu mengurai rambutnya saat tidur ia menyisirnya agar tidak kusut lalu ikut berbaring bersama suamiku.
Saat Syifa membenarkan selimutnya Faqih langsung memeluknya, dan Syifa membalas pelukan itu lalu mengelus-elus kepala suaminya semenjak Syifa hamil setiap malam Faqih akan mode manja dan pasti selalu memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS DUDA IS MY HUSBAND
Spiritual- Zona teka-teki 1 - Kalian baca cerita ini siap-siap jadi detektif "Menikahlah dengan suamiku dan jaga baby Hamzah." Syifa Adzkia Husna, si gadis super aktif itu harus rela menjadi ibu pengganti dan menikah dengan duda pasif yang tak lain adalah s...