22. TANTANGAN

406 48 0
                                    

"Senior!"

"Hai, Dixie! Apa kau membutuhkan buku?"

"Aku hanya ingin berkunjung disini. Terima kasih untuk buku yang kau berikan dulu, aku sangat terbantu!"

Aku mengatakan dengan sangat jujur bukan hanya ingin memuji Nixon semata. Aku sangat terbantu akan buku yang dia rekomendasikan. Kepalaku menjadi lebih cepat mencerna semua pemahamannya. Nixon tersenyum dan mengambil sesuatu dari rak buku.

"Apa kau mau membaca karyaku lainnya? Aku menulis banyak tentang monster. Diantaranya adalah peri hutan, mereka memiliki banyak spesies. Beberapa dari mereka sangat menerima manusia dan lainnya sangat memusuhi manusia. Mungkin kau mau membacanya."

Peri?

"Apa senior pernah bertemu peri sebelumnya?"

"Tidak, sulit menemukan mereka terutama peri yang tidak menyukai manusia. Mereka sangat rakus dan tamak. Jika peri yang berteman dengan manusia, mereka mudah ditemukan di hutan. Tapi aku juga sangat jarang bertemu mereka. Aku mendapatkan semua isi buku ini dari seseorang yang pernah bertemu mereka, dia mengatakannya dengan sangat detail. Tidak banyak yang percaya dengan perkataannya jadi aku membuat buku untuknya bercerita. Buku ini adalah buku yang tidak kukenalkan pada Profesor Daisy."

Tapi dia memperkenalkannya padaku! Aku menutup mulutku serapat mungkin, aku ingin berteriak dengan sangat kencang. Dia terlihat tampan saat menceritakan bukunya. Hatiku begitu berdebar-debar!

"Cobalah membacanya! Kau pasti akan hanyut dalam ceritanya!"

"Terima kasih, senior. Aku pasti akan membacanya!"

"Jika kau tidak sengaja bertemu mereka, tolong katakan padaku bagaimana mereka hidup di hutan. Aku sangat penasaran!"

"Sebenarnya, semalam aku bertemu dengan peri. Mereka sangat banyak banyak dan meminta batu mineral padaku."

"Benarkah? Kau sungguh bertemu mereka?" Nixon begitu bersemangat.

Aku mengangguk padanya, dia memegang tanganku! Nixon memegang tanganku!

"Iya, aku tidak sengaja bertemu mereka. Mereka meminta batu mineral dariku dan sebagai balasannya mereka mengantarkanku pulang."

"Itu luar biasa! Kau pasti bertemu dengan peri yang tidak menyukai manusia. Mereka menyukai batu mineral dan batu sejenis sebagai sumber makanan utama mereka. Kau tahu, mereka memiliki kekuatan mistis yang aneh. Menurut mitosnya, mereka akan mengantarkan seseorang kepada belahan hatinya. Aku sangat mempercayainya sampai aku ingin bertemu dengan mereka."

Mengantarkan seseorang kepada belahan hatinya?

"Dixie! Dixie!" Chatha berlari dan berteriak memanggil namaku.

"Ada apa?"

"Kau mendapatkan jadwal pertandingan besok. Ini pertarungan resmi!"

Pertarungan resmi? Apa Brady ingin melawanku besok? Aku tidak menyangka dia sangat bersemangat melawanku! Aku tidak menyangkanya! Aku sangat bersemangat!

"Oke!"

"Kau tidak tahu siapa yang akan melawanmu? Kau akan melawan Dexter! Dexter meminta pertarungan resmi denganmu!"

Apa?

Dexter?

🏹🏹🏹

"Dexter! Apa maksudnya?" Aku mengebrak meja Dexter.

Kenapa dia tiba-tiba mengajakku untuk bertarung secara resmi? Aku tidak tahu apa naskahnya denganku tapi kenapa dia melakukannya? Aku tidak ingin bertarung melawan orang yang jelas-jelas diatasku! Bodoh! Dexter brengsek! Dia pasti mau menertawakanku!

Dexter hanya diam tanpa mau bersuara.

Dia pasti tidak akan menarik perkataannya!

"Kau pasti ingin menyombongkan dirimu! Baiklah, sombongkan saja!"

Aku tidak peduli!

Biarkan saja! Memangnya apa yang dia harapkan dariku? Aku berjalan pergi dengan langkah begitu berat. Mana mungkin aku bisa menang!

"Apa kau takut?"

Kakiku berhenti melangkah.

"Apa kau masih bisa bertanya? Tidak perlu khawatir, aku tidak akan lari. Aku akan melihatku besok! Tenang saja, Dexter. Aku bukan pengecut!"

🏹🏹🏹

"Sialan!"

Takkk...

Takkk...

"Memangnya aku takut padamu? Hah? Tentu saja! Siapa yang tidak takut melawanmu?"

Chatha dan Osric saja ketakutan saat tahu bahwa Dexter pergi menemui Profesor Attikus untuk meminta pertandingan resmi. Mereka mengira mereka yang ingin Dexter lawan. Aku mengusap pipiku yang berair, bagaimana ini? Aku takut melawan Dexter! Aku hanya suka menggertak saja! Aku tidak benar-benar berani.

"Hiskkk... Sialan!"

Takkk...

Takkk...

"Kenapa kau menangis lagi?" Morgan muncul dengan senyuman diwajahnya.

"Aku tidak menangis!"  Aku mengusap wajahku dan menunjukkan pada Morgan.

Aku tidak bisa dianggap lemah! Kenapa dia muncul saat aku menangis? Aku tidak mau dianggap sebagai wanita yang penuh dengan air mata. Aku bukan orang yang seperti itu.

"Kenapa kau berlatih sampai malam?" Tanyanya.

"Dexter ingin bertarung secara resmi denganku."

"Dexter? Jadi kau memilih berlatih sampai larut malam guna menghadapinya besok?"

Aku mengangguk dan kembali berlatih kembali. Pertarungan itu tetap aman dilakukan. Siap atau tidak siap, aku harus berlatih agar Dexter tidak bisa mengalahkanku dengan mudah. Aku harap hasilnya tidak mengecewakan.

"Kau mau berlatih denganku?"

Berlatih dengan Morgan? Dia mengeluarkan pedangnya dan mengarahkannya padaku. Apa dia ingin melawanku? Aku mengangkat pedangku padanya. Morgan dengan cepat menyerangku tanpa ampun. Dia menyerangku dari berbagai sisi, bahkan kekuatannya aku tidak bisa mengimbanginya. Tubuhku terdorong mundur cukup jauh darinya.

Pertarungan ini tidak imbang. Morgan masih mengarahkan pedangnya padaku.

"Kenapa Dixie? Pegang pedangmu sekuat mungkin, jangan ragu untuk melukai lawanmu. Kau masih menahan dirimu, cobalah untuk tidak berpikir hal lain selain kau harus menyerang lawanmu sampai dia kalah darimu. Aku tahu kau memiliki kekuatan yang hebat. Tunjukan padaku Dixie!"

"Hah..." Aku berlari dan melompat ke arah Morgan.

Pikirkan bahwa aku hanya ingin menyerangnya! Morgan tersenyum, apa dia menginginkan hal ini? Kami saling menyerang sampai tidak ada yang bisa mengaku kalah. Aku sangat menyukai pertarungan ini. Aku seperti kembali hidup seperti saat melawan mama. Orang pertama yang kukalahkan.

"Hah... Tanganku lelah!" Aku terjatuh di tanah dengan keringat yang mengalir deras dari wajahku.

Ini sangat melelahkan tapi menyenangkan. Morgan berjongkok di dekatku dan memberiku sebuah sapu tangan berwarna biru cerah.

"Lakukan saja seperti tadi untuk besok. Kau harus yakin pada dirimu sendiri. Percaya dirilah!"

"Terima kasih!" Aku mengusap wajahku dengan sapu tangan milik Morgan.

"Aku harus kembali berpatroli. Beristirahatlah sekarang!"

"Ah ya, a-apa kau mau bertarung seperti ini lagi denganku?"

"Tentu saja!" Morgan menepuk kepalaku dan tersenyum pergi.

Aku menikmati pertandingan ini!

🏹🏹🏹

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

MONSTER LOVER ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang