56. HARI KEDUA

330 37 0
                                    

"Hah..."

Tempat ini sangat indah, aku tidak menyangka danau yang dibicarakan akan sebiru ini. Aku bisa melihat apa saja yang ada di dalam air sana. Ada banyak monster yang tinggal dan hidup di air. Juga seekor monster yang memiliki ukuran sangat besar. Tapi aku yakin bukan jenis monster yang berbahaya. Dia sama sekali tidak ingin menyerangku. Kukira aku akan mendapatkan monster di tempat ini.

Kenapa aku tidak menemukan jenis monster lain?

"Shasha, kita harus pergi ke tempat ini bersama Morgan. Dia pasti akan menyukai tempat ini."

"Krakkk..."

"Aku jadi merindukannya, apa kita harus mengunjunginya? Tapi dia berada di kawasan lain. Aku sangat ingin bertemu dengannya."

"Krakkk..."

"Apa..."

"Arghttt..."

Siapa? Yang berteriak? Aku segera naik ke punggung Shasha dan terbang menuju sumber suara. Aku melihat kawanan Slimter yang sedang mengerubungi seseorang. Apa aku akan menolongnya? Apa aku biarkan saja dia?

Kenapa dia berada disini?

"Sepertinya kau membunuh monster yang menghasilkan banyak aroma makanan. Slimter sangat menyukai aromanya. Jika kau tidak segera membereskan mereka, lalat beracun akan meracunimu!" Aku melihat Dexter yang sedang kesulitan melepas Slimter dari tubuhnya.

"Ugh... Sialan!"

"Apa kau perlu bantuan?"

"Bantu aku! Cepat!" Dexter kesulitan melepas Slimter dari tubuhnya. Slimter sangat sulit dilepaskan jika hanya mengandalkan kekuatan tangan. Aku mengambil beberapa buah dari dalam tasku dan menghancurkannya untuk mengudang Slimter mendekat.

"Ayo, makan ini!" Aku melemparkan cukup jauh dari tempat kami berada. Para Slimter berlari mengejar buah yang ku hancurkan.

Penelitian tentang Slimter adalah terbaik. Untungnya aku belajar banyak hal saat meneliti mereka. Aku mendekati Dexter dan melihat kondisinya. Cukup mengkhawatirkan.

Bugghh...

"Arghttt... Apa yang kau lakukan?" Dexter memegangi perutnya.

"Mengeluarkan telur lalat beracun. Mereka akan menetas di dalam perutku jika tidak segera kau keluarkan."

"Hoekkk... Hoekkk..."

"Muntahkan semua Dexter!" Aku mengusap punggung Dexter.

Beberapa kali dia memuntahkan isi perutnya. Kami masih memiliki banyak waktu untuk berada di hutan jika dia segera ditangani para lalat beracun itu akan tumbuh di dalam perutnya. Aku tidak akan membayangkan apa yang akan terjadi pada Dexter. Mungkin dia akan ditemukan mati dengan luka lebar diperutnya.

"Minum ini!" Aku memberikan ramuan obat untuknya. Sejujurnya ini adalah ramuan untuk membunuh para telur tersisa dan mengeluarkan mereka secara alami. Itu sangat menyakitkan!

"Ugh..."

"Kau harus meminumnya lagi besok. Aku letakkan pada tasmu, jangan lupa meminumnya! Oh ya, mungkin malam nanti kau akan mengalami diare tapi kau akan baik-baik saja. Itu cara agar telur lalat keluar dari tubuhmu."

Aku memiliki banyak stok ramuan obat. Karena kejadian itu aku sangat anti menyentuh Slimter. Aku tidak akan lagi menyentuh mereka meski mereka lucu sekalipun.

"Kena-pa kau meno-longku?" Dexter bersandar pada batang pohon dengan wajah yang begitu pucat.

"Karena kita adalah makhluk hidup. Seorang ksatria harus menolong orang lain! Memang aku bukan ksatria tapi aku selalu ingat bahwa kita harus saling tolong menolong. Beristirahatlah disini, aku akan berjaga sampai kondisimu membaik."

"Maaf-kan aku!"

Aku tersenyum pada Dexter, memang dia memiliki kesalahan yang amat banyak denganku. Tapi, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja di tempat ini.

"Terima kasih, ucapkan kalimat itu Dexter!"

"Ya, te-rima ka-sih banyak."

🏹🏹🏹

"Krakkk..."

"Osric!" Aku berlari menghampiri Osric yang berkumpul dengan anak-anak lain.

Kenapa mereka membuat perkumpulan di sini? Kenapa mereka tidak mengajakku bergabung? Chatha muncul membawa babi liar yang telah mati. Apa mereka akan berpesta malam ini? Apa aku bisa bergabung?

"Kau membawa Shasha? Dimana kau tinggal?" Tanya Osric.

"Di tempat para Grifter!"

Mereka semua menatapku terkejut, tempat itu sangat aman melebihi asrama. Aku bisa melihat para Grifter hidup di gua. Mereka sangat banyak! Aku juga bisa melihat telur Grifter yang menetas. Anak-anak mereka sangat lucu! Aku akan meneliti keberadaan Grifter dan menjaga mereka. Agar suatu hari nanti tidak ada yang akan memburu mereka. Aku mengusap kepala Shasha yang tengah tertidur.

"Maksudmu gua Grifter?"

"Benar! Apa yang kau lakukan bersama mereka? Bukankah katamu kita harus tinggal masing-masing?"

"Hah... Mereka mengikutiku!" Osric menunjukkan wajah tidak senang.

"Kami membantu mereka melawan monster dan mereka mengikuti kami. Kami sudah menjumpai setidaknya 10 monster, kami akan membawanya sebagai buruan. Apa yang kau dapatkan?" Tanya Chatha sembari memanggang babi.

10 monster?

Kenapa sebanyak itu?

Aku memang ditakdirkan untuk melihat saja. Sialan! Kemana perginya para monster? Aku juga ingin menangkap mereka sebagai buruan.

"Aku tidak mendapatkan apa-apa."

"Tapi kau berhasil hidup di tengah kawanan Grifter! Kau sangat hebat, Dixie!" Puji Chatha.

"Benarkah?"

"Ya, kau berhasil menjinakkan Shasha dan kawanan Grifter. Nilaimu akan lebih tinggi dari kami yang berburu monster. Tidak masalah jika kau tidak mendapatkan monster satupun. Lagipula kau tidak menemukan monster yang akan menyerangmu. Apa yang kau temukan di sarang Grifter?" Tanya Osric yang membuatku menceritakan bagaimana cara hidup Grifter.

Dari mereka yang terbangun di pagi hari dan memburu para hewan hutan. Aku membantu mereka menangkap para babi dan membagikannya secara adil pada semua Grifter. Mereka sangat senang dan sering bermain denganku. Kawanan Grifter yang terkenal menakutkan dan sering memakan manusia, bagiku mereka adalah teman yang membantuku.

🏹🏹🏹

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

MONSTER LOVER ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang