15. PERTOLONGAN

428 42 0
                                    

"Beruntung lukanya tidak terlalu dalam. Lebih baik kau tidak pergi untuk berburu lagi. Kau harus beristirahat total!"

Aku menatap betisku yang kembali seperti sedia kala. Bukankah penyembuhannya sangat baik? Aku harus segara mendapatkan monster kelas D untuk menyelesaikan tugasku. Aku tidak akan melawan monster yang membahayakan nyawaku. Cukup hari ini saja aku korbankan kaki kananku.

"Terima kasih!"

"Iya, sama-sama!"

Dia wanita yang baik dan berbakat dengan penyembuhannya. Aku mencoba bangkit dan berjalan perlahan. Rasa sakitnya masih terasa meski lukanya tertutup sempurna.

"Bagaimana kakimu? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Morgan.

"Ya, cukup ba..."

Tubuhku terhuyung ke depan, aku akan jatuh! Aku akan jatuh!

"Tidak cukup baik. Aku akan mengantarkanmu kembali, naiklah!" Morgan menangkap tubuhku dan menunduk untuk menyuruhku naik ke punggungnya.

"Terima kasih!" Aku memeluk leher Morgan. Kakiku tidak baik-baik saja, rasanya sangat kaku dan sulit digerakkan. Harusnya aku pergi kemari lebih dulu. Aku malah membuat orang lain kewalahan karena ulah bodohku.

Apa dia tidak masalah membawaku? Sejujurnya aku malu meminta bantuannya. Sejak tadi aku merepotkannya dengan kakiku. Morgan menggendong tubuhku dan membawaku keluar dari ruang perawatan. Aku terus menunduk di balik punggungnya. Aku tidak bisa melihat orang-orang yang tengah melihat kami. Mereka pasti bertanya-tanya apa yang terjadi padaku sampai Morgan membawaku.

Apa berita itu tersebar ke seluruh akademi? Aku mendengar mereka berbisik-bisik mengenai kepala monster.

"Senior, terima kasih banyak."

Kami berhenti di depan asrama, aku tidak bisa membiarkannya mengantarkanku terlalu jauh. Ada banyak mata dan orang yang akan membicarakan kami. Aku tidak ingin nama Morgan terseret. Lagipula jika hanya berjalan dari tempat ini, aku akan baik-baik saja.

"Beristirahatlah sementara waktu, sepertinya kondisi kakimu sangat buruk. Aku akan meminta surat rekomendasi untukmu tidak mengikuti kelas beberapa hari."

Dia akan meminta surat?

"Tidak perlu, senior! Saya bisa mengikuti kelas! Lihat! Ini bukan masalah!" Aku berjalan biasa agar dia tidak khawatir.

Takkk...

Morgan menjitak kepalaku dengan keras. Ini lebih perih dari kakiku yang sakit.

"Sayangi tubuhmu sendiri, beristirahat meski itu hanya sehari. Lain kali, perhatikan kembali tubuhmu agar aku tidak menjitak kepalamu! Aku pergi dulu!"

"Tapi senior..."

"Jangan terlalu formal denganku, bicaralah dengan santai. Sampai jumpa, Dixie!"

Dia tersenyum dan pergi dengan melambaikan tangannya. Apa aku tidak apa-apa jika harus beristirahat besok? Aku memegang dahiku yang sakit, dia lebih menakutkan daripada sebuah lubang monster.

🏹🏹🏹

Benar kata Morgan, hari ini memang waktunya untuk beristirahat. Seluruh tubuhku menjadi mati rasa sampai sulit bergerak dari tempat tidur. Orang pertama yang menemukan dalam keadaan yang mengenaskan ini adalah Dexter. Aku membuka pintu ingin memanggil Chatha tapi dia justru datang lebih dulu. Dia langsung menggendongku kembali ke tempat tidur dan meninggalkanku sendirian. Mungkin dia tidak paham bahwa aku membutuhkan seseorang untuk membantuku mendapatkan sesuatu untuk dimakan.

Perutku meronta-ronta sejak tadi menunggu seseorang membuka pintu. Suaraku hanya sampai sebatas pintu saja, rasanya aku tidak bisa sekadar berteriak untuk memanggil seseorang lagi.

"Dixie? Kau baik-baik saja?" Lais muncul dari balik pintu.

"Kenapa kau bisa disini?" Tanyaku melihatnya membawa banyak makanan.

"Dexter mengatakan kau terkapar di depan pintu. Aku juga bertemu kedua temanmu, katanya kau tidak terlihat pagi ini. Aku menyuruh mereka untuk kembali saja. Kenapa kau jadi seperti ini?" Lais membantuku untuk duduk.

Dexter memberitahu Lais? Kenapa dia tidak memberitahu Chatha dan Osric lebih dulu? Aku membutuhkan bantuan mereka berdua daripada Lais!

"Apa kau tidak mendengar kabar adikmu kemarin?"

Sebenarnya kenapa dia selalu berpura-pura tidak mendengar kabar dariku. Apa aku hanya pajangan untuknya? Lais terdiam dan memilih menyuapiku dengan makanan. Jadi, dia mendengarnya dan memilih diam tidak menjengukku? Begitulah Lais, aku adalah adik yang harus hidup menderita meski dia ada.

"Tapi tidak kusangka luka itu cukup membuatmu tidak berdaya hari ini. Siapa orang bodoh yang membuat lubang untuk monster?" Tanya Lais.

"Dexter yang membuatnya."

"Benarkah? Untuk apa dia membuat jebakan? Kupikir dia bukan orang seperti itu."

"Tapi dia sendiri yang mengakuinya!"

"Mungkin dia sedang bereksperimen cara membodohi monster. Monster itu lebih pintar dari manusia, dia bahkan tahu dimana jebakan atau tidak."

Apa dia sedang menyindirku? Mana aku tahu dimana letak jebakannya? Aku sendiri sedang dalam pelarian dari kejaran monster. Jika aku tidak dikejar olehnya aku pasti tidak berakhir seperti sekarang ini. Kakiku tidak akan terluka dan aku tidak terkapar di depan pintu. Lais menyuapiku lagi, aku jadi seperti seorang anak kecil.

"Bagaimana caramu membunuhnya?"

"Dengan busur dan panah, kenapa?"

"Kau yakin?"

"Iya, memangnya aku punya apa lagi? Tidak mungkin aku menggunakan pedang yang bisa membuat kakiku terluka parah." Jarak jauh lebih baik menyerang daripada jarak dekat.

"Kau hanya menggunakan panah?"

"Iya, Lais! Lihat disana! Aku belum membersihkan darah dari anak panahku, pedang milik papa juga bersih. Apa kau tidak percaya padaku?"

Ayolah, aku tidak mungkin berbohong dengan kakakku sendiri. Untuk apa juga aku menipu mereka? Aku tidak memiliki keuntungan! Aku juga mendapatkan banyak kerugian. Lais menatapku dengan wajah curiga,  apa dia malah belum percaya? Terserah saja, aku sudah mengatakan kebenarannya.

"Apa kau tidak memilih berhenti saja? Kau bisa mengikuti ujian lagi dan memilih jurusan berpedang. Aku akan memberitahu papa bahwa kau memiliki banyak potensi menjadi seorang ksatria."

"Aku sudah terlanjur dengan pilihan ini. Jika aku mundur, itu artinya aku tidak bertanggung jawab pada pilihanku. Aku tidak masalah, aku juga memiliki teman yang baik."

"Maafkan aku membuatmu terjebak disini. Ini salahku, Dixie."

"Aku sudah memaafkanmu, seseorang mengatakan padaku bahwa aku adalah orang hebat. Aku akan menyelesaikan 4 tahun ini dengan penuh kebanggaan. Aku juga bisa menjadi seorang yang hebat meski tidak bisa menjadi seorang ksatria."

Anggap saja ini adalah takdir hidupku. Meski Lais memiliki banyak andil besar, tapi aku akan menerimanya. Dia juga bukan seseorang yang akan menghancurkan hidup adiknya. Aku menggenggam tangan Lais, aku akan baik-baik saja.

🏹🏹🏹

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

MONSTER LOVER ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang