"Hah... Chatha, Osric, apa kalian melihat Dexter?" Aku melihat kesana-kemari.
Aku sudah pergi ke dalam hutan, tapi aku tidak menemukan Dexter dimanapun. Kukira dia sudah kembali lebih dulu dengan membawa monster tapi sepertinya dugaanku salah. Dexter tidak berada di tempat ini. Apa dia tersesat di hutan? Tidak mungkin. Dia adalah Dexter, pemburu nomer satu di tingkat satu.
"Kami belum melihatnya. Dia juga belum mengumpulkan monster. Apa yang terjadi?" Tanya Chatha.
"Katanya dia pergi ke sisi berbahaya hutan. Tapi aku tidak menemukannya."
"Biarkan saja dia. Untuk apa kau mencarinya Dixie? Dia bukan tanggung jawabmu, kau juga bukan temannya. Lebih baik kita beristirahat, dia bisa mengurus dirinya dengan baik." Osric menggeleng padaku.
Tapi, Profesor Daisy memintaku untuk membantu jika orang lain kesulitan. Aku tidak bisa meninggalkan fakta bahwa Dexter belum kembali dari hutan. Aku akan mencobanya sekali lagi, mungkin aku harus pergi lebih dalam lagi di hutan. Ini adalah tanggung jawabku dari Profesor Daisy! Aku akan menyelesaikannya dan menolong Dexter.
"Aku akan pergi."
Aku berlari sekuat tenaga ke dalam hutan. Ini bukan tentang harga diriku pada Dexter, tapi harga diriku pada Profesor Daisy. Dia telah melimpahkan tugas padaku dan aku tidak bisa tidak mendengarnya. Jika terjadi sesuatu pada Dexter, aku tidak bisa mendapatkan kepercayaan dari profesor lagi. Aku ingin tambahan nilai!
Dimana kau, Dexter!
Dixie sedang mencarimu!
Bisa-bisanya kau belum kembali ke akademi!
"Dexter!"
Apa dia sudah menjadi santapan monster? Bagus, hari-hariku akan jauh lebih membahagiakan jika dia sudah tidak ada.
"Sialan! Aku akan membunuhmu!" Teriakan seseorang terdengar di telingaku. Ini suara Dexter!
Aku mengikuti arah suara yang begitu berisik. Bukan hanya suara Dexter tapi suara monster yang sangat mengerikan. Mataku terbelalak melihat tubuh Dexter yang berada di lilitan lidah katak raksasa. Aku juga tidak menyukai katak. Ukurannya sangat besar dan penuh dengan mata ditubuhnya. Aku ingin muntah.
Slarttt...
Aku memotong lidahnya sebelum dia berhasil memakan Dexter.
Dilihat dari dekat monster ini jauh lebih mengerikan dengan banyaknya mata ditubuhnya. Sulit untuk membunuhnya sedangkan dia dengan mudah tahu pergerakan musuhnya. Anak panahku juga tersisa beberapa. Ini saatnya aku akan menunjukkan kemampuan berpedangku!
"Dixie? Untuk apa kau disini?"
"Tentu saja memburu monster, kau kita aku datang untuk menolongmu? Tentu saja tidak. Aku akan mendapatkan nilai tambahan!" Kakiku melompat dan menusuk kepala katak cukup dalam. Menekan pedangku semakin dalam sampai menembus isi kepalanya.
"Kroook..."
Brukkk...
Mati? Hanya ini saja? Ternyata aku lebih hebat dari dugaanku. Dixie memang luar biasa! Aku berjalan ke arah Dexter dan melepaskan lilitan lidah di tubuhnya. Aku menyentuh lidah monster! Aku menyentuhnya!
"Apa terjadi?" Tanyaku dengan menutup hidungku.
"Dia berniat mengambil monster yang kubawa. Arghttt..." Dexter memegangi perutnya yang terlihat terluka. Darah mengalir cukup banyak dari sana.
"Kau terluka? Pantas saja kau tidak bisa melawan monster katak lemah itu. Dasar payah!" Ejekku.
"Diam saja kau!" Dexter berjalan tertatih-tatih dengan membawa tubuh monster yang telah dia bunuh.
"Kau tidak mau aku tolong?"
Sebenarnya monster yang dia bunuh sangat menakjubkan. Monster itu memiliki kelapa singa yang bertanduk. Perlu kuakui, Dexter memang kuat dan pintar memilih monster yang ingin dia bunuh. Sayangnya dia selalu melakukannya sendirian, harusnya dia bersama seseorang. Bagaimana jika aku tidak datang? Berita besok pasti sangat meledak karena rangking satu ditemukan tidak bernyawa di dalam tubuh katak.
"Arghttt..."
"Kau baik-baik saja?" Aku membantu Dexter agar tidak terjatuh. Tubuhnya sangat panas dengan keringat mengalir diwajahnya. Ini berita buruk!
"Dexter!"
Tikk... Tikk...
Sialan! Untuk apa hujan?
🏹🏹🏹
"Hah... Hah..."
Aku tidak mau lagi menggendong Dexter dan kepala hewan singa bertanduk itu lagi. Aku sangat lelah. Hujan menambah kesengsaraanku dengan Dexter yang terluka parah. Kenapa aku terus dalam kesialan? Apa dulu aku sering membuat masalah? Sepertinya begitu. Dexter terlihat kesakitan dengan wajah yang begitu pucat. Aku tidak membawa cukup banyak obat-obatan. Dia mungkin saja mengalami keracunan saat bertarung melawan monster mengerikan itu. Kepalanya saja aku tidak menyukainya.
"Dexter? Apa kau membawa obat-obatan?" Tanyaku.
"Ugh... Hmm..." Dia mengangguk kaku.
"Maafkan aku!" Aku membuka baju Dexter dan memeriksa luka diperutnya. Lukanya cukup dalam seperti tertusuk sesuatu. Apa tanduk itu menusuknya? Kemungkinan besar iya, mungkin juga tanduk itu mengandung racun berbahaya. Aku membersihkan luka Dexter terlebih dahulu. Berteman dengan Flora juga sangat berguna untuk tahu bahan apa yang bisa menetralisir racun.
"Coba makan ini." Aku memasukan daun-daun di dalam tasku ke mulut Dexter.
"Ugh... A-apa ini?"
"Makan saja. Demammu akan cepat turun!"
Aku membalut luka Dexter perlahan, aku takut menyentuh lukanya lagi. Aku sudah menghentikan pendarahannya, tapi jika dia terlalu banyak bergerak itu bisa membuat lukanya terbuka lagi. Aku tidak ingin bekerja dua kali!
"Jangan bergerak! Beristirahatlah disini, aku akan pergi meminta bantuan."
"Jang-an per-gi!" Dexter mencekal tanganku.
"Apa kau mau disini sampai malam? Kondisimu butuh pertolongan secepatnya!"
"Te-tap-lah di-sini!"
"Apa kau takut jika monster menyerangmu? Baiklah, kita tunggu saja sampai orang lain datang mencari kita. Gua ini cukup dekat dengan akademi, mungkin mereka bisa menemukan kita."
Dexter menutup matanya dengan napas yang mulai beraturan. Kuharap dia tetap hidup, aku akan jadi tersangka pembunuhan jika dia mati bersamaku. Aku akan dikeluarkan dari akademi! Itu tidak boleh terjadi, aku harus lulus dan hidup dengan penuh kekayaan.
"Dexter, kau masih hidup?"
"Ck, diam-lah!"
Dia masih hidup.
"Lain kali pergilah dengan orang lain, aku tahu kau kuat. Tapi kita masih pemula Dexter, jangan mencoba pergi sendirian lagi. Hoammm... Lebih baik bersama seseorang daripada sendiri...an."
🏹🏹🏹
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER LOVER ( END )
FantasiKetika kau mencintai seseorang maka katakan saja sejujurnya, jangan menjadi seseorang yang terus diam menyimpan perasaan! Dixie begitu kesal pada kakaknya yang telah membuatnya berada di jurusan yang tidak dia inginkan. Dia ingin menjadi seorang ksa...