47. Makan Sosis

12 2 0
                                    

   "Kamu ngapain?" ucap Adit sambil melepaskan tangan Puspa.

   "Gue gak akan lepasin kalau lo gak nurut sama gue."

   "Harus?" Adit melepaskan tanga Puspa tapi gadis itu masih saja bergelayut manja. "Udah, geli saya ditempelin gorila kayak kamu."

   Puspa melotot tapi langsung kembali bergelayut manja. "Asik dipanggil gorila. Lucu kan gorilanya?"

   Adit menghembuskan napasnya kasar. Ia berdiri, berhasil melepas Puspa. "Gak lucu." Ia beralih masuk ke dalam kamar.

   Puspa merajuk. Bibirnya ditekuk ke dalam. Ia mendengus kesal, lalu meminum teh dingin milik Adit.

   "Nyebelin banget sih," ucapnya.

   "Yuk?" ujar Adit membuat Puspa tidak dapat berkata-kata.

   "Lo mau kemana?" Dia tertawa. "Pake baju gitu mau ke mana?"

   "Kenapa?" Adit berjalan mendekat dan duduk di sampingnya. "Aneh ya?"

   "Nggak apa-apa sih... Cuma ya gak biasanya aja gitu."

   "Hm... Saya izin dulu sama Ibu." Adit melengos.

   Puspa tertaww kecil. Ia kembali memakan kelontong sambil tersenyum mesem-mesem. Perlahan tubuhnya bangkit. Berjalan mondar-mandir seperti setrika bimbang harus ke mana.

   "Kamu ngapain?" tanya Adit datar membuatnya terkejut.

   "Lagi latihan dance..." Puspa menyengir.

   "Dance?"

   "I-iya. Udah ah, keburu hujan lagi." Puspa menarik lengan Adit. Langkahnya sangat cepat menuju pintu keluar. Adit hanya menggeleng melihat tingkah Puspa yang sangat seperti anak-anak.

   "Mau ke mana kita sore-sore gini?" tanya Adit di sela-sela langkahnya yang ringan.

   "Ke rumah hantu aja yuk!"

   Adit menghentikan kakinya. Kedua lengannya masuk ke saku celana. "Memangnya kamu berani?" selorohnya lalu berlari setelah membuat wajah Puspa memerah.

   "Adit! Tunggu gue."

   Jalanan sore yang penuh debu itu mereka lewati. Beberapa anak yang sedang bermain lato-lato bergagang membuat Puspa bersembunyi di balik punggung Adit.

   "Gue takut," ucapnya membuat Adit siaga dan bocah lato-lato itu tidak mendekat.

   Setelah jauh dari suara tok-tok yang merusak telinga, mereka tertawa. Saling menuduh satu sama lain dan tertawa lagi.

   "Tunggu di sini!" titah Adit kemudian pergi membeli dua buah minuman. "Untukmu!"

   Puspa tersenyum. "Tumben."

   Adit tidak menjawab. Ia kembali berjalan di samping gadis itu sambil menyedot beberapa kali minuman.

   "Mau sosis yang gede!" pinta Puspa. Adit mengernyit tidak mengerti.

   "Gak usah aneh-aneh," ucapnya kemudian berjalan mendahului Puspa.

   "Itu Adit!" Puspa menunjuk ke penjual sosis bakar. "Mau sosis itu yang gede!"

   Adit mendesah. Ia mengangguk dan membeli sosis bakar dengan mayones dan saus tomat di atasnya.

   "Beli satu," katanya sambil menoleh pada Puspa yang melambai.

   "Siap, Bang!"

   Adit diam sambil memerhatikan apa yang dilakukan si penjual—takut kalau-kalau ada racun yang ditebarkan ia akan langsung menghajar penjual itu. Sesekali tatapannya terarah pada Puspa di belakang yang melambai-lambai tidak jelas.

PATAH HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang