"Fi!" Sandi melempar sebungkus kerupuk. "Jangan diabisin, gue sama Wirman belum makan." Dia kemudian berlalu ke dapur.
"Bagi apaan kerupuk aja tinggal 3. Pasti lo sama Wirman yang makan!" teriak Rafi, sedikit tidak suka dengan kedua temannya itu.
"Makan aja, saya gak laper."
"Lo kenapa sih dari tadi bilangnya gak laper. Itu perut apa batu?"
Adit tidak menjawab ia mengambil remote yang dibiarkan. Memindahkannya ke chanel televisi swasta.
"Kenapa lo pindahin?" Rafi menyeruput mie-nya sebelum kembali bicara. "Gak perlu dipindahin. Nanti tariannya lagi."
Adit terkekeh. Baru kali ini ia tertawa kecil. Akhirnya ketahuan juga siapa yang suka dengan tarian India yang seksi-seksi.
"Mendingan nonton berita," jawab Adit, cukup membuat Rafi kehilangan pertanyaan.
"Lo gak habisin kerupuknya kan?" tanya Sandi yang datang dengan membawa semangkuk mie dan dua telur rebus di atasnya.
"Anjay licik. Lo pake telor 2. Kita nggak, polosan doang."
"Gak boleh bilang 'anjay' nanti lo dipenjara. Lagian, udah gue buatin masih aja protes. Adit aja terima, masa lo kagak?"
Mereka duduk bersama. Makan berdua sebelum wirman datang dengan tiga buah telur rebus di atas mangkuk mie-nya.
"Anjay lo juga licik, lo pake telor 3. Gue sama Adit cuman dapet yang polosan."
"Jangan ngomong anjay, nanti lo dipenjara."
"Mau pake telor berapa aja bodo amat, gue yang bikin sendiri kok lo yang sewot" Lidah Wirman melet-melet, sedikit meledek teman-temannya.
"Punya temen emang gak ada akhlak." Rafi berdiri membawa mangkuknya dan berlalu ke dapur.
"Dit, kok gak dimakan mie-nya?" Sandi mengambil teh hangat yang sengaja ia bawa. "Kalau gak dimakan nanti dingin."
"Gak usah dimakan juga gak papa, buat gue aja," timbal Wirman, membuat Sandi mengalihkan pandangan padanya.
"Telor 3 tambah mie. Itu perut apa goa?"
"Perut gue suci. Seberapa banyak makanan yang masuk, perut gue masih menerima."
Obrolan keduanya terhenti ketika Rafi datang membawa mie-nya dengan dua buah telur rebus. "Dit, ini telornya cuma sisa 2. Ini buat lo," ucap Rafi sambil memindahkan sebuah telur rebus ke mangkuk mie Adit.
"Gak papa, saya gak mau makan."
"Mentang-mentang tubuh lo bagus jadi gak mau makan telor lagi," ucap Sandi, kemudian memakan mie-nya.
"Bukan gitu San, dia takut kalau makan telor, bijinya pecah." Wirman berhasil membuat kedua temannya tertawa terbahak-bahak.
"Dasar kalian!" Adit mendengus kesal. Ia segera mengambil mangkuk mie-nya dan mulai makan.
"Nah gitu dong. Telor ayam beda sama telor punya lo. Ini lebih gede," ucap Wirman, membuat semua kembali tertawa.
Televisi masih menyiarkan acara swasta. Adit fokus menonton, beda dengan ke tiga temannya yang sibuk makan. Bahkan, berulang kali Sandi merebut kerupuk yang hendak dimakan Rafi, Adit masih tetap bergeming.
"Ayo makan lagi adek bayi..." ketus Sandi.
Adit menoleh, lantas memasukan sesendok kuah mie ke dalam mulutnya. "Apa?" tanyanya ketika melihat ketiga ternganga.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATAH HATI
Teen FictionBerawal dari pertemuan di Bis Kota, Adit merasa bahwa ia harus memaksakan diri untuk jatuh cinta lagi. Setelah sekian lama memendam perasaan dan berlarut-larut pada kepedihan. Ia akhirnya kembali membuka hati untuk wanita yang tidak disangka-sangka...