***
Sebulan telah berlalu. Hubungan Hardi dan Adelia makin menunjukkan perkembangan. Bukan berarti Hardi menerima begitu saja. Lagi-lagi Hardi mementingkan egonya untuk menimbang keputusan menyudahi pacaran pura-pura. Tentunya Hardi tak mau kembali salah langkah, seperti yang dia lakukan pada Irma dulu yang berujung pada kandasnya rumah tangga mereka.
Mereka berdua–sekali lagi– hanya sebatas rekan kantor. Adelia tidak masalah terus dekat dengan manajer divisinya. Yang penting selama dia memegang map, maka tidak ada yang curiga. Di sisi lain, Adelia justru menginginkan hubungan yang lebih serius dengan Hardi. Dia sudah telanjur nyaman dengan Hardi yang baik dan lemah lembut. Hardi begitu berbeda dari mantan-mantannya. Akan terasa sia-sia jika dia harus putus lagi dengan pria yang menjadi kriterianya.
Mereka berdua sedang duduk di ruang utama, saling berjejer. Adelia mengusap layar ponselnya seperti mencari sesuatu.
"Mas Hardi." Adelia memanggil untuk mengalihkan atensi pria itu. "Coba lihat ini deh."
Ponsel warna nila itu disodorkan pada Hardi yang mulai mencondongkan tubuh.
"Followers-nya Irma sudah mencapai 490 ribu pengikut. Sepertinya nurun banyak deh."
Fokus Adelia kembali pada layar ponsel dan mencari sesuatu, kemudian menyodorkan lagi pada Hardi.
"Terus subscriber Irma juga turun. Padahal kalau nggak salah ada 500 ribu sepertinya. Turunnya sampai 300 ribu. Berpengaruh banget ya."
Meski Adelia cemas di awal, namun sedetik kemudian terpatri senyuman di bibir Adelia seolah mengisyaratkan bahwa Irma benar-benar mendapatkan pelajaran.
"Jujur ya, Mas Hardi. Aku masih belum bisa lupa betapa beraninya Mas saat menghancurkan pesta ulang tahunnya Irma." Adelia tak ragu mengagumi kemampuan Hardi yang ternyata diam-diam menghanyutkan. Adelia juga tentu syok Hardi telah menyiapkan kejutan sejak lama.
Hardi mengangguk biasa. "Aku kan cuma memberikan pelajaran pada Irma. Biar dia sadar dari apa yang dia perbuat padaku. Malahan, dia terus saja memojokkan dirinya seolah dia yang perlu dibela. Padahal aku yang tersakiti."
"Benar sih. Irma masih saja cari perhatian pada penggemarnya. Padahal nih ya. Irma harusnya bisa baik-baik dalam mempengaruhi orang lain. Bukannya buat drama."
Hardi mendengus setelahnya. Benar ucapan Adelia. Selama cerai dari Irma, wanita tidak tahu diri itu sering-sering mengganggu hidupnya. Entah karena ingin membuatnya makin jatuh, yang jelas Hardi dibuat tidak tenang oleh sang mantan. Puncaknya adalah ketika Irma mengunggah sesuatu di insta story, yang membuatnya harus resign karena tekanan orang-orang di kantor.
Setidaknya lebih baik untuk sekarang, sebab dia telah membuat warganet berpihak padanya.
"Ngomong-ngomong, jam istirahat makan siang tinggal 30 menit lagi. Kamu mau ke kantin?" tawar Hardi kemudian diiyakan langsung oleh Adelia.
Seketika tangan Hardi ditarik oleh Adelia, berdiri dari kursi. Spontan menciptakan getaran hati yang tidak menentu dari dalam diri Hardi.
Langkah kakinya dibawa begitu saja dan tarikan itu makin kuat di tangan Adelia.
"Tadinya aku mau pesan daring. Cuma mengingat ada menu enak di kantin, sekalian nyobain. Bareng Mas Hardi tentunya." Adelia terus memposisikan dirinya sebagai rekan kerja padahal Hardi merasa Adelia bukanlah demikian.
Mengingat mereka yang belum dapat 'kerjaan' untuk akting jadi pacar pura-pura, membuat Hardi memikirkan sesuatu. Apakah Adelia ingin membuat harapan bagi kelangsungan hubungan mereka? Hardi juga hingga kini belum mendapatkan keputusan bulat. Masih terjebak di antara keraguan. Takut dan khawatir menjalani hubungan lagi setelah dikhianati oleh Irma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission to be Liar
Lãng mạnDiduga tidak setia karena menceraikan istrinya, Hardi seakan membawa beban baru. Hardi dihujat tanpa sebab, membuatnya tertekan dan memilih resign dari kantor tempatnya bekerja. Tanpa sengaja, Hardi dipertemukan dengan Adelia. Keakraban kembali terj...