***
Mobil matic warna biru navy melaju sepanjang jalan setelah menjauh dari kantor Oradi. Ya, Adelia tidak pulang bareng Hardi karena ada urusan yang tak bisa ditinggalkan. Justru, Adelia dijemput oleh calon tunangannya, Egi. Di perjalanan, Adelia memasang wajah masam sambil melipat kedua tangan, memandang jalanan dari kaca depan.
"Adel. Kamu tuh kenapa sih? Cemberut mulu?" Egi bertanya memecah hening. "Kamu mau makan sesuatu nggak? Aku ada rekomendasi makanan. Sekalian isi perut sambil kuantar pulang ke rumah."
Adelia membalas dengan sinis. "Aku nggak lapar."
"Loh, jawabnya kok gitu, Del?" Nada bicara Egi terdengar mendayu-dayu. Sial, rasanya Adel ingin menutup telinganya dengan kapas. Benar-benar risih bila berada di samping Egi.
"Ayolah, padahal aku mencoba baik sama kamu," bujuk Egi sambil memainkan kedua alisnya. "Ada kekurangan dalam diriku atau gimana nih?"
Adelia tidak menjawab. Hanya diam.
Pria yang menampilkan sebagian poninya itu kembali memecah hening. Sepertinya Egi enggan mobilnya berada dalam kesepian, hanya karena Adelia tak berinisiatif berbicara lebih dulu. Egi yang selalu memulai.
"Ngomong-ngomong, kamu mau tahu sesuatu nggak, Del? Kenapa aku kembali kepadamu meski kita sempat bertengkar kecil dulu?" tanya Egi harap membuat Adelia penasaran.
Adelia tetap dalam diamnya. Dia tidak menanggapi ataupun menoleh pada pria itu.
"Kamu tahu kan TimeY sukses besar, bahkan selama setahun? TimeY makin dikenal banyak orang. Perusahaan makanan baku itu memang punya strategi yang bagus untuk membuat nama TimeY jadi terkenal di mana-mana. Aku bangga kerja di sana. Tapi sejujurnya ..." Egi agak mencondongkan kepalanya ke sebelah Adelia. "Aku menginginkan harta Om Budi. Selagi Om Budi tidak tahu tujuan besarku, maka aku akan punya berbagai cara untuk menguras hartanya. Sekalian, ingin menguasai TimeY."
Mendengar hal itu, membuat atensi Adelia seketika teralihkan lalu spontan menoleh kepada pria berkemeja lengan panjang itu. Rasanya belum pernah dia mendengar tujuan jangka panjang dari Egi. Begitu Egi menuturkan niat buruknya itu, Adelia mendadak terkejut. Egi bukan hanya dikenal sebagai penuduh, melainkan Egi juga punya maksud tertentu agar terus dekat dengan Budi.
"Apa? Apa maksud kamu tadi?" tanya Adelia meminta Egi berbicara yang jelas. "Jadi kamu mau ... menguras harta ayahku dan membuat ayahku percaya dengan kebaikan yang kamu perlihatkan pada beliau?" Adelia tercengang sempurna.
Tampaknya Adelia tidak salah dengan dugaannya di mana Egi yang enggan untuk berubah. Berarti benar Egi yang mulai masuk dalam kehidupannya memiliki niat terselubung. Sudah seharusnya Adelia berpisah dari pria yang kelakuannya diam-diam menghanyutkan, namun tidak semudah itu. Dia harus punya cara agar nantinya tidak runyam.
"Ini nggak akan kubiarkan! Kalau kayak gini caranya, aku nggak mau menikahimu cuma demi harta!" sergah Adelia dengan keberaniannya, tak lupa suara melengking yang menggema.
"Tenang, Del. Kamu mungkin bakal berpikir aku melakukan ini tanpa rasa cinta. Ke depannya, setelah kita tunangan, aku akan belajar mencintaimu. Sungguh."
Percuma, Adelia kepalang benci dengan Egi yang belum berubah juga dari masa mereka pacaran dulu.
"Menepi," pinta Adelia.
"Hah? Menepi ke mana?" tanya Egi bingung.
"Di sini!"
Egi sempat terkesiap namun tak mengindahkan perintah Adelia. Kedua tangannya fokus memegang setir.
"Menepi kubilang! Aku mau pulang sendiri!" seru Adelia mulai menyemburkan amarahnya.
Tak mampu lagi untuk melawan, Egi memutuskan meminggirkan mobilnya di sebuah jalan. Berhubung mobil Egi berada di lajur kiri, jadi memudahkannya untuk menepi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mission to be Liar
Любовные романыDiduga tidak setia karena menceraikan istrinya, Hardi seakan membawa beban baru. Hardi dihujat tanpa sebab, membuatnya tertekan dan memilih resign dari kantor tempatnya bekerja. Tanpa sengaja, Hardi dipertemukan dengan Adelia. Keakraban kembali terj...