Bab 36

82 4 0
                                    

***

Mereka tiba di kafe Brilliant pada jam setengah enam sore, setelah mereka menyelesaikan pekerjaan. Keduanya sepakat mengobrol lebih jauh tentang kejujuran Hardi di tempat yang menenangkan pikiran.

Adelia tidak mau saja membayangkan Hardi bakal blak-blakan tentang hubungan yang telah terjalin bersama sang mantan. Tentu, ia enggan hal itu terjadi. Di saat masih membenci Hardi, dia merindukan pria itu bahkan hampir beberapa bulan semenjak mereka berpisah. Sebisa mungkin Adelia menyingkirkan pikiran buruk itu sampai mengumpulkan keberanian untuk meminta Hardi jujur tentang insiden tersebut hingga video ciuman Hardi dan Irma tersebar.

Keduanya memilih duduk di meja booth & benches yang berada di dekat area barista. Persis di sebelah kiri Hardi adalah area lobby untuk gedung kantor Heitz. Ada dua pintu akses yang bisa dilalui pengunjung kafe tersebut. Untuk pekerja kantoran juga untuk pengunjung dari luar. Hardi sempat mengagumi lobby gedung kantor tersebut yang mana berjejeran lampu emas, menciptakan suasana hangat.

Kini mereka berdua duduk berhadapan tanpa memesan apa-apa terlebih dulu. Adelia janji akan mentraktir jika Hardi berkata sejujur-jujurnya.

Masih dengan sikap dinginnya, Adelia bersedekap. "Coba Mas jelaskan tentang apa yang terjadi saat itu. Juga bagaimana bisa Mas dan Irma terekam kamera sedang berciuman."

Seolah memiliki kesalahan besar, Hardi menunduk di hadapan wanita berambut panjang terurai hingga menyentuh dada. Entah kenapa untuk menjelaskan kebohongannya tentang ke rumah ayahnya itu sulit sekali. Apakah dengan berucap jujur, Adelia dapat memaklumi?

Tentu, dia masih ingat tawaran Adel membahas makan malam serta kelanjutan hubungannya dengan ngopi di Kafe Brilliant. Dia sangat ingat bagaimana Hardi mengatakan menolak tawaran tersebut karena ingin mengunjungi ayahnya. Padahal saat itu dia menemui Irma.

"Aku ... aku ..." Masih ada keraguan dari Hardi untuk membuka mulut. "Aku bohong tentang pergi menemui ayahku. Saat itu ... aku pergi menemui Irma."

Adelia tentu mengingat hal itu juga. Bagaimana Hardi yang menggeram kecil di depan pintu lift kantornya? Juga bagaimana dirinya panik begitu nomornya diblokir Hardi? Dugaannya benar kalau Hardi memang berniat bertemu Irma.

Alih-alih bereaksi, Adelia meminta Hardi untuk melanjutkan ceritanya. Si pembicara pun kembali membuka mulut, menjelaskan semua situasi yang terjadi.

Di sisi lain, Irma yang sedang duduk di meja komputer sedang memperhatikan pergerakan engagement di akun Instagram miliknya. Di kamar Rafli, dia terus memegang tetikus, menggerakkan kursor meng-klik macam-macam. Postingan terbaru tentang endorse pun naik signifikan dari yang diharapkan.

Kejayaan Irma kembali. Bagaimanapun berkat usaha Rafli dalam menaikkan namanya lagi. Akan tetapi, untuk FoodBeary, justru simpang siur. Entah kenapa passion-nya dalam mempromosikan FoodBeary malah menurun drastis. Dia lebih suka mengiklankan dirinya di bidang kecantikan dibanding makanan. Hingga, urusan pekerjaan yang berkaitan dengan FoodBeary pun awut-awutan. Dipanggil untuk rapat saja dia tidak mau. Apakah karena dua tahun lalu masih dendam karena harus membayar keseluruhan biaya kekacauan yang sempat diperbuatnya?

Irma menggigit jarinya sekarang. Dia masih terikat kontrak dengan FoodBeary. Tersisa setahun lagi dari yang dijanjikan. Apa perlu dia memutuskan kontraknya pada FoodBeary sekarang? Tidak peduli dengan denda, yang penting lepas dari FoodBeary sudah membuatnya bernapas lega.

Mendadak ingatan tentang rencana menjatuhkan Hardi terputar dalam benak. Irma ingat betul bagaimana dia membahas rencana tersebut dengan Rafli sebelum hal itu dimulai.

"Jadi begini. Aku akan pura-pura pergi ke luar kota dan kamu harus bujuk Hardi untuk menemui kamu dan meminta maaf," jelas Rafli yang sedang mendiskusikan rencananya di ruang tengah.

Mission to be LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang