***
Hardi bercermin di kaca besar kamarnya, sambil mengancing kemeja hijau polos lengan panjang yang tinggal bagian atas. Lalu Hardi menyisir rambutnya hingga naik sedikit ke atas, kemudian menyemprotkan hair spray agar tidak berantakan.
Sambil terus mendandani dirinya, Hardi melihat pantulan dirinya di cermin. Sangat sempurna, ditambah celana slim fit warna hitam memperlengkap penampilannya.
Sesuai janji, Hardi tidak menjemput Adelia sebab diantar Tio. Mereka baru bertemu ketika acara akan dimulai.
Urusan penampilan selesai, Hardi keluar dari kamarnya kemudian menutup rapat daun pintu. Tas kecil tak lupa dia bawa. Berbagai perlengkapan seperti skincare botol berukuran mini serta parfum termasuk barang bawaan di dalam tas kecil tersebut.
"Setidaknya aku sempurna di acara ulang tahunnya mantan istri nyebelin," gumam Hardi sambil melahap roti lapis yang sempat dibelinya saat pulang dari kantor. Masih tersisa satu setelah memakannya, tapi nanti bakal dihabiskan setelah pulang dari acara itu.
Ponselnya bergetar sekejap di meja dekat televisi. Pesan dari Adelia masuk di notifikasi. Segera Hardi mengeceknya.
(Mas Hardi. Aku sudah sampai duluan di kafe. Acaranya akan dimulai 15 menit lagi. Sebaiknya Mas Hardi cepat. Mumpung gerbang masuk acaranya masih buka. Kak Tio masuk lebih dulu.)
Hardi membalas cepat pesan tersebut.
(Iya. Aku akan cepat, sudah di jalan soalnya.)
Dengan berbohong tentang posisinya pasti akan menurunkan rasa cemas Adelia. Tentu, Adelia juga tidak sabar akan melawan Irma dengan memanas-manasi mantan istrinya tersebut. Sebelum itu Hardi menyiapkan kejutan besar, namun disimpan rapi dalam saku celana. Itu berupa video kejutan ulang tahun, dia akan perlihatkan nanti di acara.
Hardi memakai sepatu hitam jenis oxford yang barusan dibelinya saat pulang kantor. Hardi akhirnya mengikuti saran Adelia agar membelanjakan uangnya untuk menyempurnakan penampilan. Untunglah harga sepatu tersebut tidak terlalu mahal. Beda cerita dengan tuxedo yang dibelinya saat acara makan malam keluarga Adelia.
Keluar dari unitnya kemudian cepat-cepat menekan tombol lift membuat Hardi sempat ngos-ngosan seperti diburu oleh waktu. Dari rencana awal, acara dimulai jam 8 malam. Jarum panjang di jam tangan miliknya mengarah ke angka 10 yang artinya tinggal sepuluh menit untuk bisa sampai ke kafe. Jarak dari apartemen ke tempat acara juga tidak terlalu menyita waktunya, setidaknya bisa sampai paling lambat 15 menit dari penentuan waktu.
Pintu lift terbuka. Ketukan sepatu oxford memenuhi pendengaran. Hardi berada di lift sambil telunjuknya menekan lantai dua dengan cepat.
Pesan masuk dari ponselnya semenit lalu. Hardi mengeceknya. Dari pemilik acara.
(Halo, Pak Hardi Yudhistira. Gimana penampilanku hari ini? Bagus? Jangan terpana, aku yakin kamu pasti terpesona dengan kecantikanku, kan?)
Jempol Hardi mengusap layar sampai bawah, menunjukkan foto Irma yang anggun dengan mahkota di atas kepala serta tea length dress merah yang mencolok.
"GR banget sih." Itu yang keluar dari mulut Hardi kemudian menutup kembali ponselnya.
Sesampainya di area parkir, Hardi cepat-cepat melangkah menghampiri mobilnya. Hardi sangat menghargai waktu juga menghargai Adelia yang menunggunya. Tentu, Adelia dilarang masuk sebab tak membawa undangan.
Hardi menyalakan mesin mobil seraya mengatur napas. Kedua tangannya memegang kemudi, pandangannya lurus ke depan.
Kali ini dia mencoba memikirkan taktik agar Irma memanas di saat melihat dirinya menggandeng erat Adelia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission to be Liar
RomansaDiduga tidak setia karena menceraikan istrinya, Hardi seakan membawa beban baru. Hardi dihujat tanpa sebab, membuatnya tertekan dan memilih resign dari kantor tempatnya bekerja. Tanpa sengaja, Hardi dipertemukan dengan Adelia. Keakraban kembali terj...