Bab 45

60 6 0
                                    

***

Malam perselingkuhan

Hardi tak henti tersenyum saat menggenggam erat buket mawar merah muda untuk Irma Riyanti. Sepanjang lorong yang membentang di lantai 20 apartemen mereka, Hardi terus menggumam kata-kata indah yang hendak diucapkan, sambil merenungkan cara terbaik untuk memberikan kejutan yang paling berharga dibanding sebelumnya.

Selama menjadi suami Irma, Hardi selalu rajin mengirimkan hadiah sebagai bentuk dukungan, entah itu cokelat atau bunga. Kali ini, dia memilih bunga mawar merah muda yang dibungkus cantik dengan balutan buket berwarna putih.

Sebelum memasuki unit 20-7, tempat tinggal mereka, Hardi mengambil waktu sejenak untuk menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya. Ia juga mengatur rambutnya dengan rapi agar terlihat tampan di depan sang istri. Lalu, dengan hati-hati, ia meletakkan kartu akses ke pintu dan masuk, berusaha untuk memastikan bahwa Irma sedang sibuk dengan sesuatu.

Kartu akses ditempelkannya lalu mengendap masuk, guna memastikan Irma sedang sibuk melakukan sesuatu.

Buket bunga masih tetap di genggamannya, sementara sepatu kerja dilepas dan diletakkan di samping pintu. Hardi melihat sekeliling dengan cermat, memperhatikan setiap detail area menuju pintu masuk. Hening. Mungkin saja Irma sedang asyik mengedit video di kamarnya. Ini adalah kebiasaan harian Irma, mengingat bahwa dia adalah seorang influencer dan konten kreator di bidang kecantikan.

"Kalau dia ada di kamar, aku bisa memberikan kejutan padanya," gumam Hardi, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Awalnya, dia merasa gugup harus melakukan ini secara langsung di depan Irma, karena selama ini ia hanya mengirimkan hadiah melalui kurir karena kesibukannya di kantor.

Hardi terus memasang senyum sambil melangkah pelan. Tetapi tiba-tiba, Hardi spontan bersembunyi dari balik tembok dekat rak sepatu. Dia mendengar eluhan seorang Irma. Berulang kali. Bahkan cecapan juga dia dengar langsung dari telinga.

Tunggu, apa jangan-jangan Irma ...

Hardi memastikan siapa yang berada di sofa abu-abu sambil mendesah dan menggumam nama Irma. Hardi yakin Irma sedang bersama seseorang, dan seseorang itu adalah lawan jenis.

Matanya terbelalak begitu melihat Irma berciuman dengan seorang pria. Bahkan mereka saling memagut bibir.

"Kenapa ... mereka melakukan itu di unitku sendiri?" tanya Hardi dengan mulut yang bergetar.

Hardi memicingkan kedua matanya. Dia meneliti rupa pria yang sedang bersama Irma.

Pria itu rambutnya tipis, tidak bergelombang. Ada sedikit bulu tipis seperti brewok. Juga matanya bulat. Hardi bisa menebak ciri-cirinya meski pria itu terlihat dari samping.

"Tunggu. Bukankah pria itu ... Rafli?" Hardi menyebut nama pria yang sempat memperkenalkan diri sebagai teman sesama kreator dan meminta izin untuk kolaborasi dengan Irma.

"Rafli. Aku tuh senang banget. Kamu bisa ada di sini, memenuhi apa yang kuinginkan. Tidak kusangka, aku bisa cepat jatuh hati padamu." Terdengar ungkapan penuh rasa dari Irma. Hardi memasang telinganya untuk menguping pembicaraan mereka.

"Tentu dong. Apa pun yang kamu minta, aku akan turuti." Tak ragu, Rafli mengelus lembut kepala Irma. Juga membelai pipi manis yang harusnya hanya Hardi yang sentuh.

Entah kenapa melihat mereka justru membuat Hardi memanas. Padahal setelah ini, Hardi akan melakukan kewajibannya sebagai seorang suami. Yang ada, orang lain yang menyentuh Irma. Spontan tangannya mengepal. Rasanya ingin menonjok pria yang berani sekali menyentuh istri orang lain.

Hardi tak boleh diam begitu saja. Mengingat mereka berdua kreator dan cukup terkenal, Hardi berniat ingin merekam mereka agar sewaktu-waktu Hardi dapat memperlihatkan bukti bahwa mereka benar-benar selingkuh.

Mission to be LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang