Bab 6

106 11 0
                                    

***

Sebulan telah berlalu. Sesuai janjinya, Hardi benar-benar pergi meninggalkan kantor yang telah membesarkan namanya serta mendapatkan pengalaman lebih selama hampir enam tahun menjejakkan karir di bidang digital marketing.

Bekerja di FoodBeary mungkin merupakan sesuatu yang baru, secara FoodBeary terbentuk belum lama ini. Namun Hardi mengakui berkat kerja kerasnya, FoodBeary bisa mendapatkan pengguna yang begitu banyak. Jangan lupakan junior-juniornya yang telah dia bimbing sebelumnya, ada Firman juga Dani. Mereka yang awalnya terbilang pemula semenjak masuk di FoodBeary, kini sukses atas ajarannya.

Kini meja kubikel Hardi tampak berbenah. Kotak besar terbuka warna cokelat memenuhi meja saat ini. Pria berkemeja polos biru terang dengan lengan digelung--ciri khas Hardi--serta celana denim sedang membereskan barang-barang lalu memasukkannya ke dalam kotak. Hardi tampak serius membereskan apa yang ada di meja. Bahkan komputer yang dia jadikan sebagai tempat mengetik laporan. Dibereskan juga dan ditaruh di kotak terpisah.

Dani yang mengenakan jaket kain abu-abu terang, hanya bisa termangu melihat seniornya yang sedang membereskan meja kubikel. Bukan heran lagi Dani bersikap menyedihkan, sudah lama dia tahu Hardi akan resign. Rendra sendiri yang memberitahu. Sempat kecewa, namun dia merasa egois jika bersikap demikian. Maka Dani rela saat itu juga.

Tidak hanya Dani tetapi segerombolan pegawai divisi melihat Hardi. Mereka tentunya menyesal karena menghujat Hardi tanpa mementingkan perasaan Hardi sendiri. Kini mereka benar-benar merenungkan kesalahan dan tentunya mereka tak ikhlas membiarkan Hardi pergi begitu saja.

Setelah membereskan barang-barangnya, Hardi mulai merapikan berbagai macam hingga menutup kotak coklat tersebut. Tas punggung besar ditentengnya di punggung kemudian mengangkat kotak cokelat berbahan karton yang terbilang berat. Tampak urat di bagian pergelangan tangan begitu Hardi angkat.

Hardi menatap sekeliling, rekan-rekan kerja serta anggotanya yang selalu dia awasi. Selama hampir tiga tahun bekerja, Hardi mengalami banyak hal termasuk baru-baru ini. Hardi merasa puas dengan gunjingan dan celaan dari mulut mereka. Meski beberapa hari sebelum pamitan mulai mereda. Tapi tetap saja keputusannya untuk resign telah bulat. Mengingat hujatan, Hardi bukannya marah justru menjadikannya pelajaran agar jangan berurusan dengan orang bermuka dua. Seperti Irma.

"Kalian nggak perlu lagi capek-capek menghujatku. Karena apa? Aku sudah pergi dari sini. Walau aku sudah tidak bekerja lagi, kalian harus giat bekerja dan jangan malas-malasan. Ngerti semua?"

Seruan pelan dari beberapa anggota terdengar. Hardi hanya membalas dengan anggukan.

"Bro. Biar gue antar sampai depan lobby," tawar Rendra mengajukan diri kemudian mengekori Hardi keluar dari ruangan divisi sampai di area lift.

"Oh iya. Kamu tinggal di Clearbright, kan?" tanya Hardi penasaran. "Rencananya aku ingin pindah ke sana di unit 20-9. Soalnya sudah dalam proses pembelian."

Rendra menautkan kedua alisnya. "Tunggu, lo ... bukannya punya rumah mewah di kompleks perumahan itu? Yang dekat SCBD."

"Emm ... iya sih. Aku beli rumah dari hasil menabung selama tiga tahun. Rencana itu jadi tempat tinggal sementara orang tuaku bila mengunjungiku. Daripada bolak balik, kan? Saat mereka cuti, mereka bisa di sana untuk istirahat.

"Lagipula kan tipe unitku juga tipe studio, mana mungkin aku biarkan ayah dan ibuku tidur di lantai beralaskan karpet?"

"Jadi tuh rumah juga punya lo, kan? Sayang kalau dibiarin, jika saja lo sudah mulai tinggal di apartemen."

"Sekarang kan aku masih tinggal di rumah itu. Kalau nantinya orang tuaku sudah pensiun, mereka bisa pindah di sana." Hardi menegaskan ucapannya.

Hardi sendiri tahu Rendra tinggal di apartemen yang sama dengan Firman, bahkan lantainya pun sama. Hanya saja jaraknya terbilang jauh. Rendra tinggal di unit 20-5.

Mission to be LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang