Bab 26

53 4 0
                                    

***

"Mana Pak Dani? Aku mau temui dia!"

Hentakan keras dari sepatu hak tinggi di seberang dekat pantry spontan mengalihkan atensi para pegawai divisi digital marketing. Termasuk seruan seorang wanita yang menggema hingga kejauhan.

Rendra yang saat itu sedang mengetik laporan tiba-tiba berdiri dari kursi. Merasa itu adalah tanggung jawabnya, Rendra langsung lari terbirit-birit menuju ambang pintu kaca. Benar saja, Irma yang mengenakan blazer abu-abu serta tank top warna merah muda sebagai dalaman langsung menghampiri dirinya yang sempat gugup.

"Pak Dani mana? Dia ada di dalam, kan? Aku harus beri dia pelajaran!" Irma ingin menerobos masuk dalam ruangan divisi, namun Rendra sigap menghadang. Merentangkan tubuh agar Irma tak diberikan akses.

"Ada urusan apa Bu Irma mau bertemu Pak Dani?" tanya Rendra yang sukses membuat Irma makin marah.

"Pakai nanya lagi. Ini masalah biaya ganti rugi yang tidak masuk akal! Aku mau protes sama Pak Dani sekarang!"

Irma tak peduli meski terus dihadang oleh Rendra. Dia terus menerobos, lalu tiba-tiba Dani berdiri tegap memandang ambang pintu dari jauh. Tentunya Dani tak mau mendekat sebab urusan Irma sepenuhnya menjadi tanggung jawab Rendra.

"Nah, itu dia orangnya! Dasar kurang ajar!" Irma berhasil mendorong Rendra hingga terperosok ke bawah lalu hentakan sepatu hak tinggi kembali terdengar. Langkahnya begitu cepat sampai berhadapan dengan manajer digital marketing FoodBeary.

"Kenapa Anda keras kepala? Masalah tentang biaya ganti rugi dan lain-lainnya harusnya bicarakan langsung ke Pak Rendra. Ngapain lagi Anda repot-repot berdebat dengan saya?"

Tak ragu Irma menunjuk intens pria berkacamata itu. "Saya tidak terima Anda layangkan ganti rugi secara keseluruhan pada saya. Saya juga tidak bersalah apa-apa, hanya karena mantan saya yang tidak tahu diri itu menunjukkan surat cerai saya."

"Memang Anda merasa begitu, tapi iklan kami ikut berpengaruh." Dani menunjukkan kumpulan kertas yang tercetak gambar diagram. Telunjuknya juga ditaruh di area tertentu. "Anda bisa lihat? Impression iklan kami di media sosial menurun karena Anda masih ada di salah satu postingan. Lagipula, kenapa sih, Anda mengganggu mantan suami Anda sendiri? Dia juga tidak ada salah sama sekali. Buktinya, Kak Hardi tidak canggung menunjukkan apa yang seharusnya. Di saat seperti ini, Anda harusnya merenungi kesalahan. Bukan marah-marah nggak jelas."

"Diam kamu!" cerocos Irma sambil menunjuk intens Dani. "Kamu tidak tahu apa-apa tentang aku dan Hardi. Kamu cuma junior yang cuma membela Hardi dan memihak Hardi."

Irma tak peduli dengan situasi formal. Sebisa mungkin dia harus melawan orang yang menghalangi jalannya. Termasuk, fakta bahwa dia disuruh membayar denda dengan kesepakatan yang menurutnya tidak masuk akal.

"Anda ingin ... kontrak Anda ditangguhkan saja?" Dani memberikan opsi. "Pilih saja. Kalau memang Anda masih mau jadi BA di sini."

"Kamu mau aku membayar biaya keseluruhan, kan?" Irma buru-buru merogoh sesuatu dari tas tangan abu-abu miliknya. Lalu dengan cepat mengeluarkan amplop tebal cokelat dan menjatuhkannya ke bawah. "Nih, uangnya sudah kusiapkan. Silakan hitung sendiri."

Rendra yang tiba-tiba berada di belakang Irma spontan melangkah untuk memungut amplop tersebut.

"Tolong, masalah lebih lanjut silakan ke Pak Rendra saja." Dani menengadahkan tangan menunjuk Rendra yang berada tepat di sampingnya. "Saya tidak bisa meladeni orang yang keras kepala seperti Anda. Masalah kontrak, kalau memang mau, saya akan minta Pak Umar untuk bicara dengan Anda. Tapi tetap, tanggung jawab besarnya ada di Pak Rendra."

Mission to be LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang