Bab 14

75 8 0
                                    

***

"Pak Budi?" Sasa spontan membungkuk memberi hormat pada pemilik acara.

"Jadi? Gandengan kamu yang sedang menggunakan tuxedo abu-abu ini?" Budi menunjuk pria yang sedang berdiri di sebelah Tio.

Mata Hardi bergerak meneliti pria paruh baya berkacamata itu. Hardi menebak beliau adalah ayah Adelia, terlebih beliau menanyakan dirinya sebagai pendamping Adelia di acara.

Maka, Hardi mulai maju selangkah kemudian mengulurkan tangan seraya meminta jabat tangan. Betapa elegannya Hardi begitu melakukan itu.

"Perkenalkan, saya Hardi Yudhistira. Pacarnya Adelia." Hardi dan kepercayaan diri yang patut diacungi jempol. Hardi juga memasang senyum hangat pada beliau.

Bola mata Budi bergerak dari atas ke bawah. Seperti meneliti hal-hal kecil yang menurut beliau akan menjadi pertimbangan.

"Ini pacar kelima ya?" Budi tak ragu memberikan ledekannya pada sang putri. Bukan bercanda, melainkan keseriusan dari wajah beliau.

"Ayah. Ngapain bilang gitu?" Adelia berdiri dari kursi lalu menghampiri sang ayah yang berusaha membuat malu dirinya. "Bukankah seharusnya ayah senang kalau Adel punya pacar lagi?"

"Tunggu, pacar?" Tio mendadak kebingungan, padahal dia sempat mendengar Hardi perkenalkan diri sebagai pacar namun dia melewatkannya.

Tio mengarahkan telunjuknya pada Hardi bergantian Adelia. "Jadi ... kamu dan Pak Hardi ... pacaran?"

Adelia mengangguk mantap kemudian merangkul lengan Hardi lebih erat lagi.

Sudah saatnya kamu menunjukkan taringmu, Del. Biarkan mereka bungkam dan mengagumiku.

"Adel sengaja merahasiakan ini dari Kak Tio juga ayah. Ya, sejak putus dari Egi ... Adel ketemu dengan Mas Hardi yang mana dia sahabatnya mantan Adel, si Rendra. Gimana Adel nggak jatuh cinta? Mas Hardi ini setia menjaga dan melindungi Adel."

Tio melongo mendengar pengakuan sang adik, bahkan dia tak dapat berkata-kata. "Ja--jadi ... berapa lama kalian berpacaran?"

Adelia tersenyum miring kemudian menjawab pertanyaan kakaknya. "Yah ... kira-kira baru empat bulan. Awalnya sih Mas Hardi kuanggap sahabat aja sebenarnya. Waktu awal ketemu Mas Hardi kan pas masih pacaran sama Egi. Begitu putus, langsung aja deh Mas Hardi jadi pacarku."

Eratan Adelia makin menjadi hingga terus merangkul lengan kekar Hardi. Tak ragu, kepalanya bersandar di bahu pria itu.

"Gimana, ayah? Mas Hardi cocok kan sama Adel? Secara dia jabatannya tinggi di kantor. Manajer pula. Benar nggak, sayang?"

Mendengar panggilan tersebut makin membuat Tio tercengang. Sampai harus menutup mulutnya melihat keromantisan mereka berdua.

Hardi spontan mengulum senyum lebar sambil membalas tatapan 'cinta' Adelia. "Betul dong, sayang. Aku nggak peduli kamu mau putus berapa kali, asal sama kamu, aku senang." Tangan Hardi memegang dagu Adelia seraya memberikan cubitan kecil pada hidung mancung wanita kulit putih susu tersebut.

"Wah, ada yang lagi pacaran nih," sahut seorang wanita paruh baya bersanggul, menggunakan kacamata bulat. Adelia meliriknya sekilas. Tante Fatma datang juga di acara itu.

"Berapa lama pacarannya? Tante lihat, kalian ini romantis ya." Fatma menunjuk Adelia dan Hardi bersamaan.

"Sudah masuk setengah tahun, tante," jawab Adelia dengan percaya diri.

"Wih, cepat ya move on- nya."

Adelia menganalisis wajah tantenya, apakah senyuman serta tawaan itu murni atau palsu?

Mission to be LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang