***
Bihun goreng menjadi bintang utama dalam makan malam keluarga Budi Kusuma. Mata Nabila berbinar begitu ibunya menyajikan makanan berikutnya di meja makan lebar.
Semua anggota berkumpul di meja makan. Di sebelah kiri, Adelia duduk di samping Hardi. Tak lupa ada Tio yang mendampingi sang adik, duduk di bagian pojok kiri meja. Di pojok kanan, ada Budi yang tidak menampakkan wajah garangnya. Tentu saja di sebelah kanan ada Nabila serta Hesti.
"Kali ini, ayah sengaja mendatangkan nak Hardi untuk menyantap makan malam yang spesial." Budi seperti membawakan suatu acara, begitu berwibawa beliau bicara, itu yang Hardi pandang. "Sebelumnya, ayah mohon maaf ya, nak. Karena ayah sempat salah menduga tentang pacar kamu ini."
Baru terdengar dari telinga Adelia. Ayahnya meminta maaf secara terang-terangan. Padahal sebelumnya sang ayah terus mengekangnya untuk memiliki pacar atau semacamnya. Hingga berujung pada amarah Budi yang tak terbendung, bahkan Budi beranjak dari kursi saat makan malam. Itu sudah sangat lama. Adelia sangat ingat bagian tersebut.
"Ayah. Adel bilang juga apa, kan? Mas Hardi itu orangnya baik. Mana ganteng pula, wajahnya masih segar." Adelia tak ragu memuji pacar palsunya di depan ayah, ibu, kakak, dan adiknya.
"Ayah percaya itu. Ayah percaya." Budi spontan menepuk punggung tangan Adelia, berusaha yakin. Lalu beralih pandangan pada Hardi. "Nak Hardi apa kabarnya?"
Bola mata Hardi agak membesar, kemudian menjawab tentu disertai kegugupan yang melanda. "Sa--saya baik, Om."
"Saya dengar kamu ... mantan suaminya influencer itu ya? Siapa lagi namanya?" Budi menolehkan kepalanya ke anak bungsunya di sebelah kiri jika berada di posisinya duduk.
"Irma Riyanti, ayah." Nabila menjawab semangat.
"Oh iya, Irma Riyanti. Kamu yang dikiranya nggak setia, tapi kamu malah balas mantan istri kamu sendiri di acara ulang tahunnya?" Budi tahu itu semua karena Adelia sempat cerita sebelum kedatangan Hardi di rumah. Ditambah cerita dari Tio yang sempat hadir di acara tersebut.
"Benar, Om. Saya hanya ingin memulihkan nama baik saya agar mereka tidak semena-mena." Hardi menjawab seadanya.
"Dari semua mantannya Adel, sepertinya hanya kamu yang paling bersinar. Mana manajer pula di Oradi." Budi memuji, lagi dan lagi didengar oleh Adelia yang entah keberapa kali beliau melakukan itu.
"Tapi ... kalian nggak terang-terangan pacaran kan di kantor?" Nabila menyela pembicaraan. Jangan lupakan Nabila yang juga kerja di Oradi, pasti si adik juga memantau interaksi antara sang kakak juga Hardi.
"Ngapain kami menebarkan keromantisan di kantor?" elak Adelia. "Di kantor beda lagi. Kami harus profesional. Sesekali kayak bos dan anak buah nggak apa-apa kali."
"Coba disantap bihun gorengnya, nak Hardi." Ibu Adelia meminta dengan lembut. Kemudian tangan Hardi terangkat mulai menyalin bihun goreng ke piring. Tak tanggung-tanggung, dia mengambil dengan jumlah banyak.
"Ayo, makan semuanya." Budi mempersilakan. "Tio, Nabila. Ayo makan."
Tak ada lagi pembicaraan setelah itu. Hanya sendok serta garpu yang menggesek piring hingga menciptakan bunyi yang khas.
"Bihun gorengnya enak, Tante." Hardi memuji di tengah-tengah makan. "Kecap asinnya terasa, tapi seimbang dengan penyedap yang diberikan. Saya malah suka."
Hesti berdecak kagum mendengar pujian tersebut. "Baguslah kalau nak Hardi suka."
"Ditambah topingnya seperti bakso-baksoan, sosis, kol dan sawi. Rasanya ingin nambah lagi deh."
"Mas Hardi." Adelia menyenggol pelan pria di sampingnya, mengingatkan agar jaga sikap. "Ini bukan restoran, ini acara makan malam keluargaku."
Budi tertawa kecil melihat pendangan lucu di depannya. "Kalian ini berantemnya sangat menghibur ayah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mission to be Liar
RomansaDiduga tidak setia karena menceraikan istrinya, Hardi seakan membawa beban baru. Hardi dihujat tanpa sebab, membuatnya tertekan dan memilih resign dari kantor tempatnya bekerja. Tanpa sengaja, Hardi dipertemukan dengan Adelia. Keakraban kembali terj...