***
"Bagaimana keadaan TimeY di sana?" tanya Egi pada si penerima telepon sembari berbisik.
Adelia diam-diam melihat Egi sedang menerima sebuah panggilan, bahkan mengharuskan Egi berada di pojok gedung. Sementara itu Irma dan Rafli masih melihat-lihat gedung bersama Anita.
Adelia ikut menguping pembicaraan Egi namun dalih sedang memainkan ponsel. Posisi Egi juga menghadap ke luar jendela gedung, jadi Adelia bisa leluasa berada di dekat Egi.
"Apa? Kamu ini gimana sih? Dari semua rencana yang kita buat, tidak ada yang berhasil?" Egi mendesis mencoba menahan amarah.
Adelia mematri senyum saat berada pada posisi belakang tubuh Egi. Adelia sudah menduga, bahkan dari awal dia bertemu kembali dengan Egi. Rencana yang dimaksud adalah rencana jahat untuk merebut TimeY dari tangan ayahnya. Pun Egi mengutarakannya terang-terangan padanya.
"Nggak. Ini nggak bisa dibiarkan. Pokoknya awasi terus pergerakan Om Budi. Jangan sampai dia tahu rencana kita. Mengerti?" bisik Egi. "Dalam waktu dekat, setelah kunikahi putrinya Om Budi, kita bisa cepat-cepat melakukan rencana kita selanjutnya. Membuat Om Budi tidak berdaya dan kita akan langsung menguasai TimeY. Ingat, kita tak boleh membuat Om Budi tahu rencana kita."
Beruntung, Adelia menyalakan kamera dan merekam Egi yang terdengar jelas bisikan di telinganya. Adelia perlahan mendekat pada Egi agar suara itu bisa masuk di video. Setelah itu, Adelia mendadak terkesiap saat Egi tak sengaja melihat dirinya sedang merekam sesuatu. Untungnya Adelia punya ide untuk memutar ponselnya ke berbagai sudut di gedung tersebut.
"Apa yang kamu rekam?" tanya Egi penasaran. "Kamu merekam gedung, bukannya ikut Anita."
"Cuma mengagumi gedungnya aja masa nggak boleh?"
Egi hanya mendengus sebagai balasan lalu melewati Adelia begitu saja.
"Ingat nggak tadi aku mau minta apa di acara tunangan?" Egi menodong sebuah pertanyaan ketika posisinya berada agak jauh dari Adelia. "Aku mau kursinya berderet vertikal di sebelah kiri dan kanan. Terus untuk makanan ditaruh di dekat pintu masuk gedung. Biar aku bisa fokus menjalani acara tunangan kita."
Egi bukan cuma menyebalkan, melainkan suka mengatur semua hal. Bahkan gedung sekalipun. Egi maunya ini, maunya itu. Membuat Adelia rasanya ingin menyumpal mulut Egi dengan sesuatu, biar dia tidak banyak omong.
Lebih baik mengikuti alur sekali lagi dan untungnya Adelia berhasil merekam video Egi dengan baik. Bukti baru pun terkumpul lagi.
Beruntung setengah jam berlalu begitu cepat dan Egi memutuskan mengambil gedung tersebut sebagai acara pertunangan. Sementara Irma dan Rafli tidak jadi mengambilnya dengan alasan kurang menarik. Tapi setidaknya itu hal yang bagus bagi Adelia. Karena dia ingat mereka memberitahu tanggal pelaksanaan pertunangan mereka, dan terperanjat begitu hari pertunangannya juga sama dengan mereka.
Dari parkiran basement, Adelia berjalan sangat pelan bahkan tidak tergesa-gesa. Beda dari Egi, ayunan kakinya begitu cepat bahkan Adelia saja sampai ditinggal jauh membelakangi.
"Egi. Kamu pulang duluan saja. Soalnya aku ada urusan di kantor," kata Adelia dengan sangat canggung. Meski fakta bahwa hari ini akhir pekan, Adelia harus beralasan seperti itu mengingat jabatannya di Oradi.
Egi yang mendengar hal itu tampak menimbang-nimbang sebelum memasuki kendaraannya. Malah kini Egi berdiri di depan pintu kendaraannya sambil melipat kedua tangan. "Kenapa memintaku pulang duluan, kenapa tidak kuantar saja? Kan hemat ongkos."
Adelia menggeleng cepat menolak ajakan Egi. "Bukannya kamu ada janji temu dengan seseorang di TimeY?" Kali ini Adelia benar-benar tidak mencari alasan. Egi bahkan sempat minta diingatkan jadwal kegiatannya semalam, dan Adelia sampai sekarang menyimpan agenda tersebut dalam kepalanya agar sewaktu-waktu bisa memberitahu Egi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mission to be Liar
Roman d'amourDiduga tidak setia karena menceraikan istrinya, Hardi seakan membawa beban baru. Hardi dihujat tanpa sebab, membuatnya tertekan dan memilih resign dari kantor tempatnya bekerja. Tanpa sengaja, Hardi dipertemukan dengan Adelia. Keakraban kembali terj...