***
"Wah, ini lebih indah dari beberapa hari yang lalu. Bintangnya makin bersinar." Adelia mendongak ke atas, melihat beberapa bintang yang membuat penglihatannya damai. Matanya ikut tersenyum demikian bibir yang membentuk lengkungan seperti bulan sabit.
Hardi yang berada di samping hanya bisa melirik Adelia yang mana ia terus mengagumi bintang yang bersinar terang di langit malam ini.
"Semua indah, termasuk kamu." Hardi coba-coba menggombal, namun reaksi yang diberikan Adelia tampak menggelikan. Belum jadi suami istri, Hardi malah nekat.
"Indah di matamu aja kan?" tuduh Adelia sambil memukul pelan lengan Hardi, kemudian tawa keringnya terdengar.
"Aku serius. Kamu indah." Hardi berusaha membenarkan ucapannya.
"Iyain aja deh." Adelia menyerah lalu menyesap susu cokelat miliknya yang masih hangat.
"Oh iya, kita masih ada satu proyek bareng influencer yang perlu kita kerjakan. Menurutmu kamu akan pindah ke TimeY kapan ya?" Adelia bertanya penasaran.
Hardi menjawab pertanyaan Adelia setelah mengambil tegukan dari cangkir susu cokelatnya. Rasa hangat dan manis cokelat itu memenuhi mulutnya, memberinya waktu sejenak untuk merenung sebelum menjawab.
"Setelah menikah. Lagipula masih lama juga. Tunangan aja masih rencana."
"Betul. Semua butuh persiapan matang." Adelia menanggapi dengan helaan napas. "Apalagi aku sempat mengacaukan acara pertunanganku sendiri."
"Terus gimana kelanjutannya? Pihak Egi gimana?" Hardi penasaran dengan tindakan Adelia yang terbilang nekat.
"Yah, orang-orang pada mendukungku dan keluarga Egi sudah minta maaf karena Egi berbuat kasar. Dia juga sudah menutupi sebagian dana acara yang menggunakan uang keluargaku. Nggak apa-apa sih sebagian, lagipula Egi juga merugikanku."
"Benar. Aku memang nggak pernah bertemu Egi, tapi kamu yang lebih tahu Egi."
"Padahal Egi hampir saja dipromosikan oleh ayahku menjadi manajer tim digital marketing," ujar Adelia dengan nada campur aduk antara sedih dan kecewa. "Tapi setelah melihat sisi aslinya, ayahku jadi berubah pikiran."
Saat Adelia menceritakan pengalaman pribadinya, Hardi merasa seolah-olah dia masuk ke dalam ceritanya. Dia merasakan emosi yang Adelia alami, dan dia ingin memberikan dukungan sepenuhnya.
Ketika giliran Hardi untuk berbicara tentang konfliknya dengan Irma, dia merasa bibirnya berat dan napasnya tersengal. Dia memutuskan untuk menahan ceritanya dan mengalihkan perhatian dengan menikmati sisa susu cokelat hangat di cangkirnya.
"Ngomong-ngomong, gimana keadaan Irma setelah kamu mempublikasikan rahasianya?" tanya Adelia spontan, menciptakan sedikit kejutan dalam percakapan.
Hardi sebenarnya ingin membicarakan Irma lebih dulu, tapi Adelia justru yang paling penasaran. Tidak ada alasan untuk ragu berbicara tentang itu.
"Dia kacau," jawab Hardi sambil memandang keluar dari atas balkon. "Tidak seperti dirinya di media sosial, dia datang sendiri ke apartemenku. Meminta maaf atas apa yang terjadi. Lalu ..."
Hardi mengeluarkan sejumlah uang dari saku kirinya. "Irma mengembalikan uang yang sempat aku gunakan untuk membelikan hadiah. Setidaknya dia melakukan itu agar melupakan kenangan manis di antara kami."
"Banyak juga uangnya, ya." Adelia memandang genggaman tangan Hardi di bawah.
"Tentu. Kamu kan tahu dulu aku sangat mencintai Irma. Sampai-sampai aku membelikan hadiah-hadiah mahal. Tapi untungnya Irma tahu diri dan mencoba memperbaiki kesalahan yang dia buat."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mission to be Liar
RomanceDiduga tidak setia karena menceraikan istrinya, Hardi seakan membawa beban baru. Hardi dihujat tanpa sebab, membuatnya tertekan dan memilih resign dari kantor tempatnya bekerja. Tanpa sengaja, Hardi dipertemukan dengan Adelia. Keakraban kembali terj...