Sepulang kantor, Adelia dan pastinya sang calon suami, Egi, sedang berada di salah satu kedai kopi yang bersebelahan dengan Kafe Briliant. Tentu Adelia sendiri yang memilih tempat. Tadinya dia enggan bersantai sejenak, hanya saja Egi sangat mendesak dan menjurus ke memaksa dirinya memenuhi janji temu. Padahal Adelia sedang dalam mood yang tidak bagus untuk bertemu Egi.
"Del, aku mau tanya sama kamu." Egi pun membuka obrolan kala mulai menyodorkan minuman pesanannya pada Adelia.
"Nanya apa?" Adelia penasaran, sambil menaikkan satu kakinya.
"Waktu kuantar kamu ke kantor, kenapa kamu senyum-senyum?" tanya Egi melipat kedua tangannya, dia seakan berlagak seperti detektif dan menginterogasi Adelia sesuka hati.
"Maksudnya apa senyum-senyum?" Adelia tak dapat mencerna pertanyaan pria kemeja hitam di depannya, justru tanya balik maksud Egi barusan.
"Del, aku lihat sendiri loh kamu senyum-senyum. Apa yang kamu senyumin sih?" Egi berbicara ketus, dia tak terima dengan apa yang jarang dilihatnya. Biasanya Adelia akan memasang wajah masam kala bersamanya. Namun Adelia terus membentuk lengkungan bibir bahkan pandangan wanita tersebut tidak mengarah padanya. Membuatnya curiga Adelia sedang memikirkan hal lain, alih-alih dirinya.
"Kamu tuh kenapa posesif gitu sih, Egi?" Adelia bertanya santai. Dia seperti tak mempermasalahkan sikap Egi padanya. "Apa salahnya sih, aku senyum? Padahal aku memikirkan kinerja kantorku yang mulai bagus."
Egi mendadak terdiam, sadar bahwa dirinya terlalu curigaan pada Adelia.
Helaan napas berat memenuhi udara di sekitar. Tampak Adelia sedang menahan amarahnya. "Egi, kamu pikir aku senyum karena aku mikirin pria lain? Salah besar. Aku nggak pernah mikirin pria lain, kecuali kamu. Udah, itu aja. Jangan cemburu gitu, kali."
Mendengar Adelia yang muak dicurigai membuat Egi mengendalikan napasnya sebelum dia mengubah sikapnya menjadi lembut seperti biasa.
"Ma–maaf, Del. Aku sempat cemburu karena tadi pas jemput kamu di Oradi, kamu malah senyum-senyum," ujar Egi merasa tidak enak. "Memang seberapa bagus kinerja di Oradi? Apa hal tersebut perlu kamu anggap kabar bahagia?"
Egi kembali bertanya, membuat Adelia spontan mematri senyuman kecil. Lagi dan lagi, Adelia sengaja membuat situasi menjadi lunak. Tentu setelah mengetahui niat jahat Egi, dia tetap enggan untuk gegabah. Namun sebaliknya, Adelia justru ingin Egi masuk dalam jebakannya. Dia menyiapkan sesuatu yang besar, bukti-bukti juga telah terkumpulkan satu per satu.
"Memang kabar bahagia," jawab Adelia tanpa hambatan. "Karena apa? Optimasi iklan di Oradi jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Makanya ada reward kecil-kecilan nanti."
Egi menyandarkan punggungnya di sandaran kursi sambil tepuk tangan pelan. "Wah, bagus kalau begitu. Mengingat kamu yang bilang gini, TimeY pun ikut sukses karena digital marketing-nya yang super gercep. Tapi ya ... kalau pimpinannya adalah orang yang tepat, pasti semua aspek di TimeY akan berhasil. Termasuk tim kreatif juga."
Sontak Adelia mengeluarkan ide cemerlang. Diam-diam wanita blazer putih itu mengambil tas tangan dan merogoh ponsel warna perak yang dijadikan sebagai alat rekam. Beruntung atensi Egi tidak teralihkan dan fokus membual tentang TimeY. Adelia langsung menekan aplikasi rekam suara dan mulai menyentuh tombol merah untuk memulai prosesnya.
"Harusnya tuh, Om Budi bisa menyerahkan perusahaannya pada siapapun yang dapat beliau percayai." Egi lanjut bicara. "Tentu, aku yang pantas mendapatkan jabatan itu. Enak ya kalau aku bisa menguasai TimeY. Jadi tidak ada perantara lagi untuk menikmati kekayaan Om Budi."
Adelia hanya diam sambil mencetak senyuman miring. "Teruslah berusaha. Yakin kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau."
Berucap seperti itu tentu akan membuat Egi seperti terbuai. Lihatlah, bahkan Egi terus menciptakan raut bahagianya bahkan memejamkan mata berandai-andai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mission to be Liar
RomansaDiduga tidak setia karena menceraikan istrinya, Hardi seakan membawa beban baru. Hardi dihujat tanpa sebab, membuatnya tertekan dan memilih resign dari kantor tempatnya bekerja. Tanpa sengaja, Hardi dipertemukan dengan Adelia. Keakraban kembali terj...