Bab 18

54 5 0
                                    

***

Selama berada di Oradi, Hardi merasakan perubahan signifikan dibanding dulu kerja di FoodBeary. Bukan berarti membandingkan dengan kantor lamanya. Hardi justru mendapatkan pengalaman lebih banyak lagi. Masalah relasi? Dia berusaha membangun hal itu. Akan tetapi, rekan kerja yang bisa diajak bicara pastinya cuma Adelia.

Hardi juga baru tahu kalau Adelia punya seorang adik perempuan yang juga kerja di Oradi. Sebagai graphic designer. Nabila namanya. Berarti Adelia adalah anak tengah dari tiga bersaudara. Tio Kusuma, jelas dia adalah kakak Adelia.

Hampir dua hari di Oradi membuat Hardi nyaman melakukan pekerjaannya. Tentu didukung fasilitas yang memadai, salah satunya memiliki ruangan sendiri. Bukan impiannya sejak dulu, tapi Hardi tidak menyangka akan bekerja seperti 'bos' pada umumnya.

Jam 5 sore, Hardi tinggal mengetik laporan akhir kemudian dicetak sesuai kebutuhan. Laporan tersebut nantinya akan diteruskan kepada salah satu supervisor.

Setelah semuanya beres, barulah Hardi meregangkan kedua tangannya serta badannya yang seharian duduk di kursi putar. Lewat 10 menit jam lima, ada yang mengetuk pintu ruangannya.

"Masuk!" seru Hardi memerintah orang tersebut.

"Mas Hardi." Adelia masuk di ruangannya dengan santai. "Anak-anak udah pada pulang. Apa Mas Hardi masih ada pekerjaan?"

Hardi sengaja pura-pura mengecek jam padahal tahu sudah jam 5 sore. "Sebenarnya sih masih ada, tapi aku belum berani ambil lembur. Sepertinya besok aja aku kelarin pekerjaanku."

"Baiklah. Aku tunggu di pantry kalau Mas Hardi sudah selesai beres-beres." Adelia meminta, kemudian Hardi menahan langkah wanita itu saat mendekati pintu keluar.

"Jangan pergi, Del. Ada yang mau aku katakan padamu."

Adelia menoleh lalu kembali menghampiri meja Hardi. "Mau bilang apa, Mas?"

"Emm ... kamu mau ke apartemen?"

Hardi mendadak menutup mulut namun tidak begitu erat. Pertanyaannya sungguh sangat ambigu. Takut saja Adelia malah menyimpulkan yang bukan-bukan.

"Hah? Apartemen?" tanya Adelia mengerutkan kening.

"Emm, maksudku ... Clearbright Apartemen. 20-9. Nggak bermaksud apa-apa, kok. Aku cuma minta kamu habisin makanan yang ada di unit. Kebetulan kemarin aku adakan perayaan kecil-kecilan menyambut tempat tinggal baru. Dan makananku masih banyak banget, takutnya dibuang."

Adelia termangu menatap Hardi, seakan memberikan kesempatan untuk berpikir dahulu.

"Kamu mau datang, kan?" tawar Hardi dengan hati-hati. "Aku akan antar kamu, kok. Nggak perlu naik taksi online."

"Bo--boleh." Adelia mengangguk menerima tawaran Hardi meski tadinya dia terbata-bata. "Aku tunggu di pantry ya, Mas."

Adelia mulai menjauh dari mejanya kemudian Hardi mematikan komputer yang ada di sebelah kiri. Lalu kembali mengecek dokumen yang bakal dikerjakannya besok. Setelah dirasa selesai, Hardi pun berdiri dari kursi putarnya dan melangkah menarik kenop pintu. Hardi spontan menoleh begitu berada di ambang pintu.

Ruangan yang akan menjadi tempat bersantaiku. Mungkin ... Oradi semacam 'surga' untukku.

***

"Tumben, kamu undang mantan suamimu yang pengecut itu," celetuk Rafli di meja makan, sambil mengunyah kimbap yang baru saja dibuat untuk siaran langsung video makan di TikTok. Kebetulan waktunya selesai tinggal menyantap hidangan yang ada.

Irma yang mengenakan piyama merah gelap hanya mendengus. Lalu tangannya bergerak menyumpit kimchi di mangkuk kecil.

"Bukan bermaksud apa-apa sih. Aku tuh hanya ingin menjatuhkan harga dirinya sekali lagi." Irma menanggapi ucapan Rafli barusan.

Mission to be LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang