***
Setelah berbagai masalah yang rumit, Adelia mulai menjalin hubungan dengan Egi kembali, pun atas dasar kehendak Budi. Kini, Adelia lebih sering diantar jemput oleh Egi. Meskipun Egi sibuk bekerja sebagai tim kreatif di perusahaan TimeY, dia selalu menyempatkan diri untuk mengantar dan menjemput Adelia ke berbagai tempat, termasuk saat perjalanan menuju Oradi.
Saat dalam perjalanan, Egi melirik Adelia yang terus memandang keluar jendela. Ia tersenyum lembut dan mengajak Adelia berbicara untuk menghindari kesunyian di mobil.
"Del, nanti pas sore, kita mau makan apa?" Egi bertanya dengan riang. "Mau yang ayam katsu itu, atau mie udon?"
Namun, Adelia tidak merespon dan bibirnya membentuk ekspresi tidak senang. Tatapan matanya sedikit mengerling dengan ketidaksukaan.
"Atau kita makan mie ayam aja di pinggir jalan?" tawar Egi dengan penuh semangat.
"Terserah," jawab Adelia tanpa banyak emosi. Matanya tidak menatap Egi.
"Yang apa dulu dong, Del?" tanya Egi dengan sedikit mendesak.
Adelia menggeram pelan, beruntung suaranya tidak terdengar oleh Egi. "Mie ayam aja. Kamu menaikkan suaramu waktu sebut mie ayam. Kita makan itu sore nanti."
"YES!" Egi girang, mengacungkan kepalan tangannya, dan bersorak kecil.
Adelia menghela napas dalam-dalam, lalu kembali memandang keluar jendela. Hatinya dipenuhi dengan perasaan tidak ingin kembali menjalin hubungan dengan Egi. Ia menyadari betul sifat Egi yang menurutnya terlalu kekanak-kanakan.
Mobil semakin melaju kencang setelah mereka kehabisan topik obrolan. Dalam waktu 20 menit, mereka sampai di kantor tempat Adelia bekerja.
Ketika berada di depan lobby Oradi, Adelia keluar dari mobil tanpa memberi ucapan pamit kepada Egi, pengemudi mobilnya. Aturan sopan santun sepertinya tidak penting bagi Adelia saat ini, yang lebih ingin segera menenangkan diri dengan langkah-langkahnya yang tinggi di sekitar lobby.
Setelah sampai di depan lift, Adelia merasa lega. Dia melihat jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul delapan pagi.
Tidak lama kemudian, Adelia sampai di ruangan divisinya dengan langkah mantap. Mengenakan kemeja warna biru muda, dia mendekati lemari dan meletakkan tasnya sebentar sebelum menuju pantry untuk membuat minuman pagi.
Di pantry, Adelia terkejut melihat Hardi, seorang pria yang dikenalnya dengan sebutan 'Mas Hardi', berdiri di depan kulkas dengan lengan kemejanya digelung. Walau sudah mengenali Hardi, Adelia tetap bersikap cuek dan seolah-olah mengabaikan keberadaannya.
"Del, jam berapa kamu sampai?" Hardi membuka percakapan dengan penuh kehati-hatian, sesekali melirik ke arah Adelia yang tampak mulai menjauh darinya.
Namun, tak ada jawaban yang keluar dari bibir Adelia. Ia memilih untuk diam, menunjukkan ketegasannya dengan tidak memberi respon apapun kepada Hardi.
"Del. Kamu masih marah tentang video itu?" tanya Hardi to the point. Dia berusaha mendekati Adelia agar wanita tersebut mau mendengar penjelasannya.
Adelia tetap bersikap cuek, tidak mau membicarakan video yang disebutkan oleh Hardi. Setelah mengambil yogurt dari kulkas, ia beringsut pergi dengan langkah hati-hati.
Namun, Hardi dengan spontan menahan pergelangan tangan Adelia. Tatapan mereka saling bertemu, dan Hardi berusaha menunjukkan ekspresi yang mengharapkan belas kasihan dari Adelia. Dia menggenggam tangan wanita itu dengan erat, enggan untuk melepaskannya.
"Del, aku tahu kamu marah karena video itu. Beri aku kesempatan untuk menjelaskan ..." kata Hardi mencoba mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
Namun, Adelia dengan tajamnya bertanya, "Mas Hardi nggak ingat ya? Ini wilayah kantor. Apa memegang tangan seorang pegawai itu etis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission to be Liar
Roman d'amourDiduga tidak setia karena menceraikan istrinya, Hardi seakan membawa beban baru. Hardi dihujat tanpa sebab, membuatnya tertekan dan memilih resign dari kantor tempatnya bekerja. Tanpa sengaja, Hardi dipertemukan dengan Adelia. Keakraban kembali terj...