003

634 49 1
                                    

Ditengah gelap dan dinginnya malam aku melangkahkan kakiku menyusuri kota Jakarta. Bisingnya suara kendaraan tak mampu merubah rasa kesepianku malam ini.

Sesekali aku menyeka air mataku, banyak pasang mata menatapku curiga, ada pula yang menatapku dengan tatapan kasihan. Dan tentu, aku tak peduli akan hal itu.

Aku menghentikan langkah kakiku, netraku tak henti-hentinya menatap sebuah jembatan di hadapanku.

Arusnya cukup kuat, setidaknya jika aku meloncat dari sana aku akan kehilangan nyawaku saat itu juga, namun jika tidak, mungkin aku akan mati perlahan dalam dinginnya arus sungai yang ada di bawah jembatan itu. Toh ujung-ujungnya aku akan mati juga.

Tanpa pikir panjang aku berlari mendekati jembatan yang cukup ramai kendaraan lalu lalang itu, jembatannya cukup tinggi dan besar. Meski awalnya aku agak ragu, namun aku meyakinkan tekadku lagi. Lagipula untuk apa juga aku tetap hidup jika terus saja di permainkan oleh takdir?

Dengan kakiku yang sedikit gemetar aku mulai menaiki besi pembatas jembatan itu. Sekali lagi, aku menyeka air mataku, menatap arus air sungai itu yang terlihat sudah menungguku.

Semilir angin berhembus yang membuat rambutku meliuk-liuk mengikuti hembusannya, dan di saat bersamaan aku memejamkan kedua mataku, terbayang wajah kedua orang tuaku yang sudah menungguku saat ini.

Aku mulai menghitung mundur dalam hatiku, dan tepat saat hitungan terakhir aku melangkahkan satu kakiku dan bersamaan dengan itu tubuhku terjun dengan bebasnya.

Aku tersenyum dengan mataku yang masih terpejam dan dengan tubuhku yang terasa bebas.

Rasa dingin mulai menjalar di seluruh tubuhku bersamaan ketika tubuhku mendarat dengan sempurna di sungai itu, aku membuka mataku, ternyata aku masih hidup dan hanyut dalam arus sungai ini. Aku kembali memejamkan kedua mataku dan membiarkan tubuhku mengikuti arus sungai yang akan mengantarku pergi dari sini. Mungkin sebentar lagi aku akan kehabisan nafas dan mati.

Namun sepertinya pikiranku itu salah setelah aku merasa ada yang meraih tubuhku dan menarikku berenang bersamanya. Sontak aku membuka mataku lagi dan menatap seorang pemuda yang kini bisa aku lihat samar karena air sungai yang tak terlalu jernih.

Apa dia mermaid? Apa dia benar-benar mermaid yang pernah aku baca di buku dongeng dulu?

Tanpa aba-aba semuanya terasa gelap, aku tak bisa membuka mataku lagi, dan sialnya aku belum sempat melihat wajah mermaid itu. Aku benar-benar menyesal karena tak sempat melihat mermaid yang menjadi legenda itu di detik-detik terakhir sebelum kematianku.

*****

Aku mengerjapkan mataku, menatap langit-langit berwarna putih dan sebuah cahaya terang di atasnya.

Apa sekarang aku sudah berada di surga?

"Pasien siuman!" Teriak seorang wanita yang aku dengar samar.

Dan di saat bersamaan pula aku mendengar derap kaki yang mendekat ke arahku. Betul saja, samar-samar aku melihat seorang wanita dengan pakaian dokter mulai memeriksa keadaanku, dan aku hanya bisa terdiam lemah saat ini, entahlah mungkin ini termasuk pemeriksaan sebelum aku bisa bertemu dengan ke dua orang tuaku atau apa, aku pun tak tahu.

"Semuanya normal." Ujar dokter itu sembari melepas stetoskop nya.

"Segera pindahkan pasien ke ruang rawat inap." Lanjutnya lagi sembari melangkah meninggalkanku.

Kini sepertinya aku tahu, aku belum mati. Karena sangat jelas aku bisa melihat beberapa perawat yang saat ini mencoba untuk memindahkan brangkarku.

Apa mermaid kemarin yang menyelamatkanku? Tapi untuk apa?

Tak berselang lama setelah aku di pindahkan, seorang pemuda menghampiriku dengan balutan perban di kedua tangannya.

Ia menatapku untuk sesaat dan menundukkan kepalanya lalu berdiri tepat di samping kiri brangkarku.

"Bagaimana kondisi anda?" Tanyanya dengan pandangannya yang masih tertunduk.

Sementara kini aku memalingkan pandangan ku, aku belum siap untuk berbicara dengan siapapun. Dan aku tak ingin bicara.

"Saya Alif. Orang yang kemarin secara tidak sengaja melihat anda akan mengakhiri hidup anda sendiri." Lanjutnya.

Deg

Sontak aku menatap wajah pemuda itu dengan perasaan yang masih terkejut. Jadi dia yang membawaku ke sini? Apa dia juga yang membawaku ke tepian malam itu?

°

°

°

°

°

Haii Reader's ❤️
Gimana masih semangat kan puasanya?
Semangat donggg,,,

Jangan lupa vote and tinggalin jejak kalian di chapter ini.

And jangan lupa follow Ig akun ini yaa, karena banyak informasi yang aku share di sanaa,,,

IG : @lgwiin

Jangan lupa tinggalin jejak kalian di sana juga okeee,,,

Happy Reading

Takdir TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang