034

317 25 0
                                    

"Mau ngapain kamu sama itu semua?" Tanya Alif serius pada Ozzi yang membawa sebuah boneka beruang berwarna pink dan sebuah buket bunga mawar. Tak biasanya Ozzi membawa barang seperti itu, apalagi Ozzi sangat tak menyukai bunga mawar.

"Ini?" Tanya Ozzi balik.

Alif menganggukkan kepalanya dan melanjutkan mencuci motornya yang nanti sore akan ia gunakan bersama Mina untuk menghadiri majlis ta'lim.

"Buat Mina." Sambung Ozzi dengan senyumnya yang terihat begitu manis.

Deg

Sontak Alif berdiri dan menatap Ozzi tajam, ia mengamati Ozzi dari atas kepala sampai ujung kakinya, pagi ini Ozzi terlihat berbeda, pakaiannya terlihat lebih rapih, tak sekadar mengenakan hoodie dan sarung seperti dirinya yang biasa, tentu hal itu semakin membuat Alif curiga.

"Jangan!" Timpa Alif cepat.

Ozzi pun menelengkan kepalanya, "Kenapa?" Tanyanya penasaran.

"Yaa,, pokoknya jangan!"

Ozzi menatap Alif curiga, ia lebih mendekat pada Alif. "Hak gue kan bayyy,," Bisik Ozzi dan langsung melenggang meninggalkan Alif yang sampai saat ini masih meihat punggungnya yang semakin lama semakin menjauh.

"Siapa cepat dia dapat!" Sahut Husna yang ternyata sedari tadi memperhatkan Ozzi dan Alif di teras rumah lengkap dengan sebuah piring brisikan bakwan sayur di tangannya.

"Tapi kan belum tentu juga Mina mau sama manusia kayak Ozzi." Gumam Alif lalu segera melanjutkan kegiatannya lagi menghiraukan adiknya yang masih memperhatikannya.

"Mas Alif tahu darimana kalau mbak Mina nggak mau sama Ozzi?" Sahut Husna lagi.

"Emangnya mbak Mina pernah bilang kalau mbak Mina nggak suka sama Ozzi?"


*****


"Ini? Buat apa?" Tanyaku terheran-heran melihat Ozzi yang tiba-tiba menghampiriku yang kebetulan akan ke perpustakaan untuk meminjam sebuah buku. Tanpa basa-basi ia menyodorkan sebuah buket lengkap dengan sebuah boneka beruang padaku.

"Buat kamu." Jawabnya cepat dengan senyum yang terlihat sangat cerah. Dan yaa, hari ini pakaiannya terlihat lebih rapi daripada biasanya, ditambah dengan aroma parfumnya yang sedikit lebih strong.

"Ta-tapi buat apa?" Tanyaku lagi yang masih belum mengerti apa maksudnya ia memberikanku semua ini dan tentu aku tak langsung menerima semua itu begitu saja.

"Hadiah."

"Hahh? Hadiah? hadiah buat apa?"

"Buat deketin kamu." Jawabnya singkat namun langsung membuat mulutku terkatup tak bisa mengatakan apa-apa. Apa ia sedang ingin bercanda?

"Udah cepet diterima!" Ucapnya sembari mengalihkan buket dan boneka itu ke kedua tanganku. Dengan terpaksa aku menerimanya

"Oh ya, makanan kemarin yang aku beliin buat kamu, kamu makan kan?" Tanyanya lagi dan dengan segera aku menganggukkan kepalaku.

Ia tersenyum lega dan menatapku penuh harap.

"Ke-kenapa lagi?" Tanyaku yang tak mengerti arti dari tatapannya itu.

"Tadi kamu mau ke perpus kan?"

"Iya."

"Aku ikut ya!" Pintanya dengan semangat yang berkobar di matanya.

"Mau cari buku juga?"

Ia menggelengkan kepalanya, "Mau ngikut kamu aja." Jawabnya membuatku hanya bisa tersenyum kecut.

"Mau ikut siapa?" Tanya Alif yang terlihat berjalan mendekati kami.

Aku menghela nafas beratku, padahal aku ingin ke perpustakaan dan membaca beberapa buku dengan tenang di sana tapi apa-apaan ini? Tak hanya satu, tapi akan ada dua orang yang akan mengacaukan rencanaku itu.

Berbeda denganku, terbit senyum di wajah Ozzi, ia menepuk pundak Alif perlahan, dan mulai berbisik pada Alif. "Nyusul juga ternyata."

Tanpa basa-basi Alif menepis tangan Ozzi dari pundaknya."laki-laki dan wanita yang bukan mahramnya itu nggak boleh berduaan aja." Ujar Alif serius. "Jadi saya juga akan ikut kalian!" Sambungnya yang semakin membuatku tak bisa berkata-kata lagi.

Aku menundukkan kepalaku dan tersenyum kecut di bawah sana, benar-benar hari yang buruk untukku.

"Tapi kita berdua mau ke perpus loh, jadi bakal lama, dan lo kan harus lanjut nyuci sepeda lo, yakin mau ikut kita?" Sahut Ozzi dengan senyum liciknya dan dengan nada yang biasanya ku dengar untuk membujuk anak-anak jika tak mau makan.

"Emangnya kenapa kalau lama?" Jawab Alif yang justru balik bertanya.

"Ohh iya, berhubung Mina nggak mungkin bawa itu semua, jadi Mina harus bawa itu ke kamarnya dulu. Dan daripada nunggu di sini mending kita berangkat ke perpus dulu berdua gimana?" Ucapnya pada Ozzi.

"Iya kan Mina?" Tanyanya seakan meminta persetujuanku.

Dengan berat hati aku menanggukkan kepalaku dan, "Tapi masalahnya sekarang aku udah nggak mood buat ke perpus jadi kalian bisa ke perpus berdua kan?" Ucapku dengan senyum palsu yang ku sunggingkan.

Spontan dua manusia itu menatapku dalam dan menelengkan kepala mereka.

"Tapi-" Ucap Ozzi yang langsung saja ku potong daripada semakin panjang.

"Ini, aku masih belum butuh ini, jadi ini buat kamu aja." Potongku sembari memberikan buket bunga dan boneka yang ada di tanganku pada Alif, aku benar-benar tidak ingin berurusan dengan salah satu dari antara mereka berdua.

"Haah?" Gumam Alif yang menerima barang itu dengan sangat pasrah.

"Kalau gitu udah ya, aku mau balik ke kamar lagi, kalian ke perpus berdua aja. Assalamualaikum." Tambahku langsung melenggang meninggakan mereka berdua.

Sementara itu Alif dan Ozzi hanya saling pandang, dan menatapku yang semakin lama semakin menjauh dari mereka.

"Sini balikin!" Pinta Ozzi ketus berusaha merebut buket dan boneka yng saat ini Alif bawa. Namun usahanya itu sia-sia karena dengan cekatan Alif menjauhkan buket bunga dan boneka itu dari jangkauan Ozzi.

"Maaf, tapi ini udah bukan punyamu lagi!!!" Jawab Alif yang langsung berlari menjauhi Ozzi agar buket dan bunga yang kini ada di tangannya tak jatuh ke tangan Ozzi lagi.

"Aliff!!! Balikinn!!!" Teriak Ozzi yang langsung berlari mengejar Alif.



*


*


*


*


*



HAI READER'S💖


Apa kabar nihh?

Jangan lupa tinggalin jejak kalian dengan vote dan komen di bab ini yaaa😉

Jangan lupa follow akun ig sama tik-tok Amiw juga yupss

IG: lgwiin

TIK-TOK: Lgwiin

INGET!!!!! 

FOLLOW DULU KALAU MAU NEXT CHAPTER!!!!


HAPPY READING🥰

Takdir TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang