070

108 6 1
                                    

"kamu suka kan sama bunga-bunga yang aku kirim?" Tanya Alif sembari membelai lembut puncak kepalaku yang masih bersandar di pundaknya.

Dengan cepat ku anggukkan kepalaku, memangnya wanita mana yang tidak suka di beri bunga oleh laki-laki yang dicintainya?

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu terdengar dari arah balik pintu kamar ini.

Sontak aku dan Alif saling pandang, lalu aku memutuskan untuk beranjak dan membuka pintu itu.

Ceklek...

Ku buka pintu ini perlahan.

"Ada apa Bi?" Tanyaku spontan begitu mendapati salah seorang pembantu di rumah ini berdiri di balik pintu.

"Itu non, nyonya muda di luar..." Ucapnya terbata-bata.

Mendengar ucapannya spontan aku memincingkan kedua mataku, berusaha untuk memahami maksudnya. "Maksud bibi tante Mei?" Ucapku memastikan.

"Iya non, nyonya muda. Ditangkap polisi." Lanjutnya lagi yang sontak saja membuatku membelalakkan mata tak percaya.

"Polisi? Bibi yakin?"

Tanpa pikir panjang bibi menganggukkan kepalanya. "Benar non, di luar banyak sekali polisi, dan nyonya muda di borgol tangannya." Jelasnya lagi ikut kebingungan.

Aku terdiam untuk sesaat, masih tak percaya dengan apa yang dikatakan bibi barusan. Lagian mana mungkin ada polisi di hari bahagia ini.

Hari di mana aku dan Alif bertunangan sekaligus akad nikah.

"Ada apa?" Tanya Alif yang ikut menghampiriku.

Spontan ku tatap ia lekat dengan mulutku yang masih diam membisu.

"Ada apa? Hemm?" Tanyanya lagi sembari membelai lembut kedua pipiku.

"Tante Mei ditangkap polisi." Ucapku masih tak percaya.

"Tante Mei? Kamu yakin?"

Ku gelengkan kepalaku dan mengalihkan pandanganku pada bibi yang masih berdiri di sini.

"Tante Mei masih di bawah?" Tanya Alif yang langsung diangguki oleh Bibi yang kini menundukkan kepalanya.

"Iya den, polisinya juga masih ada di bawah." Jawab Bibi.

"Kalau gitu sekarang kita ke bawah dulu ya. Kita pastiin tante Mei beneran dibawa polisi atau enggak. Oke..." Ucap Alif berusaha untuk menenangkanku.

Aku oun menganggukkan kepalaku dan dengan cepat ia mendekap tubuhku yang masih membeku.

Dan tak butuh waktu lama akhirnya kami turun ke lantai bawah.

Benar saja, ada banyak polisi di depan sana. Dan ada beberapa mobil pengawal polisi yang ikut berjaga.

Ku tatap Alif sekali lagi yang juga memandangku. Apa ini sungguhan? Tante Mei? Tapi kenapa?

Ku langkahkan kakiku perlahan, melewati beberapa pembantu dan juga pengawal rumah ini.

"Tante?" Gumamku begitu tepat berhadapan dengan tante Mei yang terlihat memberontak dan mencoba untuk melepaskan borgol yang memborgol ke dua tangannya.

"Jangan. Biarkan, ini hukuman untuknya." Sahut Nenek yang tiba-tiba menahan tubuhku yang ingin lebih mendekat pada tante Mei.

"Maksud Oma?"

"Ini tidak akan selesai sampai di sini! Sampai kapanpun aku tidak akan menerimanya! Keluarga Sialan!" Pekik Tante Mei begitu polisi membawanya untuk naik ke dalam mobil tahanan.

Di titik ini aku hanya bisa terdiam dan mencoba memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Sekarang kita masuk ke dalam dulu. Oma jelaskan semuanya di dalam." Ucap Oma sembari mengisyaratkan agar Alif membantuku masuk ke dalam.

Aku pun hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah kaki Nenek meskipun kepalaku masih dipenuhi dengan tanda tanya.

Terlebih dengan apa yang tante Mei katakan tadi. Apa maksudnya itu? Ini kali pertama aku melihat sosok tante Mei yang seperti itu. Dan jujur itu membuatku takut padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang