049

289 19 0
                                    

Ku tatap seisi ruangan berwarna putih ini. Saat ini aku, warda, serta Ustadz Farid berada di dalam ruangan ustadzah Luluk. Setelah aku menceritakan bagaimana aku bisa menemukan benda yang saat ini sudah berada di tangan Ustadzah Luluk Warda memintaku untuk menyerahkannya pada Ustadzah Luluk setelah memastikan Gadis dan yang lainnya keluar.

Karena ditakutkan kejadian tak teduga ini tersebar dikalangan santri di saat belum ada titik terang dari siapa pemilik benda itu

"Positif? Ini milik siapa Mina?" Tanyanya padaku yang terlalu sibuk memandangi sekitar.

"Yang jelas itu bukan punya saya ustadzah." Jawabku yakin.

"Lalu punya siapa? Tidak mungkin kan test pack ini datang ke sini sendiri?"

"Itu juga bukan punya saya Ustadzah." Jawab Warda takut-takut dirinya jua terkena imbas dari barang yang memang bukan miliknya.

"Apalagi saya ustadzah. Jelas nggak mungkin saya pakai begituan kan ustadzah." Sahut Ustadz Farid diikuti dengan tawanya mencoba untuk mencairkan suasana, namun tentu saat ini bukan saat yang tepat untuk melakukan itu.

ustadzah Luluk mendengus kesal dengan ekspresinya yang terlihat sangat lelah telebih dengan permasalahan Gadis yang mencoba untuk mengakhiri hidupnya sendiri. "Mulai nanti malam sampai satu bulan ke depan Ustadz Farid bantuin pengurus lain siapin makan buat anak-anak ya, sama bantuin saya beres-beres gudang besok." Titah Ustadzah luluk tak main-main dengan senyum yang terkesan dipaksakan.

Wajah Ustadz Farid yang semula sumringah kini berubah 180°, memangnya siapa yang akan bahagia saat mendapat hukuman. "Siap Ustadzah." Jawab Ustadz Farid patuh meskipun ekspresinya terlihat sedikit tertekan.

Ustadzah Luluk kembali bertanya padaku tentang dari mana dan bagaimana aku bisa menemukan test pack itu. Akupun menjelaskannya sekali lagi.

"kamar mandi?" Tanya Ustadzah Luluk memastikan dan aku menganggukkan kepalaku sebagai jawabannya.

"Jangan-jangan itu punya Gadis!" Timpa Warda yang membuat suasana sunyi seketika.

Jika dipikir-pikir lagi aku memang menemukannya di dalam kamar mandi yang tadi diunakan oleh Gadis. Tapi apa mungkin?

Setelah beberapa asumsi lain disampaikan Warda serta ustadz Farid yang juga menjadi saksi saat aku menemukan benda itu, Ustadzah Luluk memutuskan agar kami segera kembali ke aula dan menyimpan rahasia ini rapat-rapat, serta Ustadzah Luluk lah yang akan menyimpan test pack itu dan akan menunggu acara kajian selesai untuk merundingkannya dengan Ummi Rifa, serta Abi Umar.

Kamipun hanya bisa menyetujui hal itu dan segera menuju aula. Dengan pikiran yang dipenuhi berbagai pertanyaan dan rasa penasaran akupun tiba di Aula. Kami segera mencari tempat duduk dan segera mendengarkan kajian yang disampaikan oleh Ummi Rifa. Kami mendengarkannya dengan seksama meskipun kami sudah tertinggal cukup jauh.

***** 

Krucukkkk,,,,

Geraman itu berasal dari perutku. Tentu semua mata kini tertuju padaku, termasuk Ozzi yang saat ini ikut dalam acara rapat dengan topik pembahasan test pack yang tadi ku temukan.

Malu rasanya terlebih saat ini semua orang tengah tegang membahas beberapa kandidat yang mungkin saja menjadi pemilik test pack ini.

Tanpa aba-aba Ozzi bangkit dari duduknya dan melenggang keluar dari ruang baca ini. Ruang baca Abi Umar yang berisi banyak sekali koleksi kitab dan buku-buku yang super lengkap.

"Mau Ummi ambilin makan dulu nak?" Tanya Ummi Rifa lembut.

Cepat-cepat ku gelengkan kepalaku menolak, rasanya tak pantas dan memalukan jika aku mengatakan iya dengan anggukan kepalaku di saat-saat seperti ini meskipun toh sebenarnya aku memang lapar.

Rapatpun kembali berjalan, dan beberapa kali perutku kembali bergemuru sehingga Ummi Rifa kembali menawariku untuk istirahat sejenak dan mengambil makan ke dapur.

"Assalamualaikum." Salam Ozzi bersamaan dengan pintu ruang baca yan terbuka perlahan.

"Waalaikumussalam." Jawab kami semua kompak.

Sontak mataku membelalak. Menatap kedua tangan Ozzi yang dipenuhi dengan camilan ringan yang terlihat sangat menggiurkan.

"camilan datang ukhtiku!" Ucapnya membuat bulu kudukku berdiri. Apa seperti ini juga rasanya saat kita mendengar kuntilanak tertawa?

"Makasih loh Gus udah mau repot-repot, sini saya bantuin bawa! Kebetulan saya juga laper hehehehe,,," Sahut Ustadz Farid yang langsung mengambil alih beberapa camilan dari tangan Ozzi.

Melihat hal itu Ozzi hanya bisa diam dan pasrah dengan senyumnya yang terlihat sehambar air tawar. Toh ia tak akan bisa berbuat apa-apa jika itu bersangkutan dengan Ustadz Farid, Ustadz yang dulu pernah mengunduli kepalanya.

"Ambil semua ustadz! Ambil!" Ucap Ozzi dengan ekpresi datarnya seakan berharap Ustadz Farid tersindir.

"Oh! Oke! Makasih ya, mayan makanan gratis!" Jawab Ustadz Farid cepat sembari mengambil semua sisa camilan di tangan Ozzi.

"Asem emang!" gerutu Ozzi dalam hatinya. Berbeda dengan Ustadz Farid yang kini tersenyum cerah sembari membagikan camilan itu pada kami. Terkecuali pada Ozzi.

Takdir TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang